Mohon tunggu...
Ardy Pratama
Ardy Pratama Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya seorang pengamat, bukan seorang ahli... Yang menyampaikan opini dalam bentuk tulisan dari sudut pandang diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Blunder Super Fatal Tim Foke & Ruhut Sitompul

18 Juli 2012   02:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:51 9238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar http://www.lensaindonesia.com/uploads/1/2011/12/ruhut.jpg

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="sumber gambar http://www.lensaindonesia.com/uploads/1/2011/12/ruhut.jpg"][/caption] Saya rasa inilah hasil dari sebuah kesabaran, Tuhan menunjukkan mana yang bermain jujur mana yang bermain kotor. Masyarakat seluruh Indonesia menyaksikan sendiri bagaimana hancurnya permainan politik kubu Foke-Nara. Jutaan pasang mata melihat langsung permainan politik kotor yang menjurus ke SARA diperlihatkan oleh Ruhut Sitompul. Sentimen negatif berbau sara dengan lancar dan tanpa 'rem' dikeluarkan secara gambalng oleh Ruhut. Isu agama, isi pembangunan gereja, kesengajaan kesalahan penyebutan nama, pekankan pada 'Kristen', 'tidak setuju pembubaran Ormas garis keras', 'orang luar Jakarta tidak kenal Jakarta. Bahkan isu tentang agamanya sendiri juga dijadikan komoditi politik, parah! Lihat saja beberapa pernyataannya :

"Ada calon yang bilang : 'kalau kami berkuasa... Semua Ormas garis keras kami bubarkan!...'(mengutip ucapan sang calon - mengacu pada Jokowi)... Merinding saya Bang..."
"Katanya izin gereja bakal dipermudah... Merinding aku Bang..."
(silakan lihat di video ini http://www.youtube.com/watch?v=8ySlgan0y3U )

Meskipun perkataannya itu merupakan isu yang keliru, tapi hiperbolisme dengan mengucapkan kata: "merinding aku..." ini seakan-akan menunjukkan kebencian yang sangat pada umat Kristiani. Isu SARA ini bisa merembet kemana-mana, bahkan bisa menimbulkan perpecahan di Indonesia jika Ruhut tidak bisa menjaga omongannya. Tindak pantas dia menjadi wakil rakyat kalau kerjanya memperkeruh suasana dan bisa menyebabkan perpecahan! Wakil rakyat macam apa dia?! Mau membenturkan masyarakat demi sebuah kekuasaan pasangan yang didukungnya. [caption id="" align="aligncenter" width="441" caption="sumber gambar http://3.bp.blogspot.com/-EgT-HLOja9w/TuMlMmoqEcI/AAAAAAAAAGk/z_aZTUc7dSc/s1600/No+sara.jpg"]

sumber gambar http://3.bp.blogspot.com/-EgT-HLOja9w/TuMlMmoqEcI/AAAAAAAAAGk/z_aZTUc7dSc/s1600/No+sara.jpg
sumber gambar http://3.bp.blogspot.com/-EgT-HLOja9w/TuMlMmoqEcI/AAAAAAAAAGk/z_aZTUc7dSc/s1600/No+sara.jpg
[/caption] Perbedaan suku, agama, etnis, itu sudah kehendak Tuhan. Tuhanyang menciptakan kita sebagai manusia yang beragam dari suku, agama, etnis. Lalu kenapa harus menjadi hambatan? Kenapa harus takut dengan perbedaan? Alasan-alasan yang diungkapkan Ruhut ini tidak berdasar, tidak ada bukti, dan asal bunyi. Menunjukkan kalau demokarasi yang didengung-dengungkan oleh partainya hanya sebatas ucapan, dalam kenyataannya masih belum dewasa dalam menyikapi demokrasi dan perbedaan. Tidak sedikit yang tambah kecewa dengan hal ini. Sebelumnya banyak yang menyangka bahwa isu SARA yang dibroadcast via BBM itu adalah tindakan dari segelintir oknum atau dari pendukung Foke yang jumlahnya hanya segelintir. Tapi dari ILC semalam pendapat itu ternyata salah, mematahkan anggapan itu. Justru dari tim Foke lah, yang 'diwakili' oleh Ruhut, yang melempar isu SARA. Seakan menjawab sendiri siapa sebenarnya 'sutradara' dari isu-isu meresahkan yang selama ini berseliweran di social media dan pesan berantai yang beredar di masyarakat. Yang saya heran saat diputaran pertama, sebelum pencoblosan, mereka berkoar-koar akan menang satu putaran. Alasannya supaya menghemat anggaran. Terlalu ambisius dan terkesan meremehkan lawan, bahkan terlalu over PD karena dasar hasil survey. Mungkin harapan mereka hasil survey dapat menggiring publik untuk mencoblos Foke-Nara, tapi yang terjadi justru sebaliknya.Tapi ketika ada yang mengajukan judicial review, mereka malah bilang itu bermuatan politis. Lha, katanya pas sebelum pilgub cukup satu putaran saja agar hemat biaya. Sudah kelihatan ketidakkonsistenan kubu Foke-Nara. Dan parahnya lagi, dalam ILC semalam tim LSI akhirnya mau mengakui kalau mereka dikontrak Foke setelah dicecar pertanyaan oleh Karni Ilyas,"Saya kira masalah angka, tidak etis dibuka di Forum ini, Bang Karni..". Sudah jelas hasil survey Foke adalah 'pesanan'. Lucunya, tim Foke malah tidak mengakui kalau mereka mengontrak LSI. "Loh, kan tadi sudah dijawab ada kontrak dengan Foke...Bagaimana ini?",tanya Karni.  "Lah karena itu kami jawab tidak ada, Bang Karni...",jawab salah seorang dari kubu Foke. Semacam lihat komedi politik aja rasanya. Ini pembohongan publik namanya.. Seperti yang saya bilang, semua sudah terlambat bagi Foke. Citranya semakin dirusak oleh kader salah satu partai pengusungnya sendiri dan juga tim suksesnya.

Analisis Biaya Kampanye Foke-Nara

Yang menarik juga dalam pembahasan semalam adalah soal biaya kempanye tim Foke-Nara. Ketika Nara ditanya bersarnya biaya untuk kampanye, Nara tidak menjawab secara tegas di awal. Terkesan berbelit-belit dan gelagapan, walaupun akhirnya dengan berat mengatakan bahwa dana kampanye mereka 'hanya' 20 milyar. Ketika Karni Ilyas mengatakan dengan dana segitu habis di iklan tv saja,belum yang lain-lain, wajah Nara berubah tegang dan Nara hanya diam. [caption id="" align="aligncenter" width="376" caption="sumber gambar http://www.beritasatu.com/fokus/58803-menghitung-tarif-iklan-foke-di-layar-kaca.html"]

sumber gambar http://www.beritasatu.com/fokus/58803-menghitung-tarif-iklan-foke-di-layar-kaca.html
sumber gambar http://www.beritasatu.com/fokus/58803-menghitung-tarif-iklan-foke-di-layar-kaca.html
[/caption] Berapakah sebenarnya dana kampanye Foke? Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh BeritaSatu.com pertanyaan ini terjawab. Dalam artikel berjudul "Menghitung Tarif Iklan Foke di Layar Kaca", Ade Armando, pakar ilmu komunikasi dari Universitas Indonesia mengatakan bahwa untuk tarif iklan komersial (dalam hal ini, kampanye termasuk ke dalamnya) per setengah menit atau 30 detik bernilai kurang lebih Rp 30 juta untuk sekali tayang.
Untuk diketahui, pasangan calon Gubernur Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli atau Foke-Nara memiliki lebih dari delapan versi iklan yang tayang di lebih delapan televisi baik Nasional maupun Lokal. Frekuensi penayangan iklan kampanye milik pasangan nomor urut satu ini adalah 10 kali setiap harinya selama dua minggu masa kampanye atau sejak 24 Juni hingga 7 Juli. Kalau dihitung secara keseluruhan untuk satu televisi saja, berarti pasangan ini menghabiskan sekitar Rp 300 juta setiap harinya atau Rp 4,2 miliar selama masa kampanye.  Nah, bila dikali ada delapan stasiun televisi maka total nilainya mencapai sekitar Rp 33,6 miliar dengan hitungan rate tarif iklan normal. Namun, nilai tersebut belum termasuk iklan yang tayang di bioskop, radio, media cetak baliho, pamflet dan sebagainya. Belum lagi untuk membayar proses pembuatan dan pembayaran artis-artis yang terlibat di dalam iklannya. Untuk sekedar diketahui, untuk membayar sutradara pembuat iklan tersebut, yang dalam hal ini adalah Ipang Wahid, bernilai Rp 100 hingga Rp 125 juta per harinya selama pembuatan iklan. Namun, yang menarik adalah, pelaporan dana kampanye dari pasangan Foke-Nara pada satu hari menjelang kampanye ke KPU DKI hanya melampirkan anggaran sebesar Rp 27,65 miliar saja. (baca http://www.beritasatu.com/fokus/58803-menghitung-tarif-iklan-foke-di-layar-kaca.html )

Tempo.co punya angka yang berbeda. Tempo.co menyebutkan dana kampanye Foke-Nara mencapai angka Rp70 Milyar.

Bandingkan biaya kampanye itu dengan dana kampanye Fauzi atau biasa dipanggil Foke yang mencapai Rp 70 miliar. Dengan dana sebesar itu Fauzi memang bisa melakukan apa saja. Iklannya ada di semua televisi, radio, spanduk, dan baliho. Sebagai inkumben, dia juga leluasa berkampanye mengatasnamakan Gubernur Jakarta. Dukungan tokoh juga tak kurang. Ryaas Rasyid, Wiranto, dan Sutiyoso berada di belakangnya. Sutiyoso bahkan diminta langsung oleh Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Menurut orang dekatnya, Gubernur Jakarta sebelum Fauzi ini dipanggil ke Istana Negara pada 8 Mei lalu. Namun, upaya itu gagal. (baca http://www.tempo.co/read/news/2012/07/16/228417175/Jokowi-Hanya-Punya-Rp-15-Juta-untuk-Mengebom )

Pembohongan publik lagi dari Nara? Silakan jawab sendiri :D Kalau memang Foke sudah merasa berhasil membangun Jakarta, harusnya masyarakat banyak memilih beliau. Tapi kenyataannya kan tidak. Apa iya seorang pemimpin yang berhasil tidak dipilih lagi oleh masyarakatnya? Bahkan Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Martin Hutabarat menyarankan calon gubernur Fauzi Bowo (Foke) berbesar hati mundur. Sebab hasil pemilukada putaran pertama menunjukkan dua per tiga mayoritas rakyat Jakarta menilai Foke tak berhasil. (baca http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/07/17/98749/Foke-Disarankan-Mundur/6 ). Dengan kejadian ini saya rasa masyarakat yang mendukung Foke harus berpikir ulang jika mau memilih Foke diputaran kedua. Dan buat Foke ini sudah jadi bukti ketidaksolidan barisan pendukung dan tim suksesnya. Isu SARA yang dihembuskan, tuduhan politik uang yang ternyata juga mereka lakukan, perbedaan pendapat dari LSI dan tim Foke saat ILC semalam sudah memberikan gambaran dan bukti siapa sebenarnya yang bermain curang untuk meraih kursi DKI-1. Saya yakin semua yang menonton menjadi paham kenapa isu-isu SARA yang beredar dan siapa yang memulainya. Saya yakin yang menonton menjadi tahu siapa yang benar, siapa yang salah. Saya yakin yang menonton menjadi lebih bijak dalam menilai karakter dan memilih seorang pemimpin. Politik kotor sudah banyak terjadi di negeri ini, masyarakat sudah muak dan benci dengan tindakan politik kotor. Masyarakat sudah menempatkan politik kotor pada titik terendah, level bawah, dan masyarakat cerdas dalam mencerna isu-isu yang berkembang. Ketika ada yang mencoba untuk masuk kedalamnya, maka habislah dia.. Dia akan dengan segera disingkirkan oleh masyarakat. Terlebih ketika politik kotor itu diperlihatkan secara jelas di depan mata. Lalu bagaimana dengan Anda? Masih senang dengan keadaan kota Jakarta sekarang selama 5 tahun kedepan? Masih betah dengan permainan politik kotor? Atau menurut Anda sudah saatnya berubah? Sudah saatnya politik kotor disingkirkan? Silakan tentukan pilihan Anda . . .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun