Dalam proses terapi psikologi terutama konseling atau konsultasi, salah satu tugas utama terapis adalah membentuk hubungan yang baik dengan klien.Â
Hubungan antara terapis dan klien ini nantinya akan berdampak pada proses jalannya terapi. Terapis harus menerima klien secara positif dan tanpa syarat serta bersikap empati. Di sisi lain, klien memang bertujuan untuk mencari bantuan.
Proses terapi akan berjalan lancar dan diharapkan hasil dari terapi tersebut dapat mengembangkan dan membantu klien ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan apa yang dikehendaki. Tentunya ini memang menjadi tujuan terapi yang ada.Â
Tapi itu yang terjadi di dalam proses terapi psikologi, dimana psikolog maupun konselor atau pekerja sosial memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan. Dalam hal ini, orang tersebut (klien) datang kepada mereka karena ingin ditolong dan meminta bantuan.Â
Namun dalam kehidupan sosial, sering kita jumpai, orang yang sangat keras kepada diri  sendiri untuk menolong, memberikan bantuan, bahkan berusaha mengubah "kepribadian dan sifat" orang lain.
Hal ini sebenarnya cukup menyimpang, jika melihat dari perspektif "terapi psikologi". Dimana klien memang sadar akan permasalahannya dan mencari bantuan profesional.Â
Baca juga: Mengapa Kita Suka Menolong Orang Lain?
Keterbukaan klien akan masalahnya menjadi salah satu kunci untuk tercapainya tujuan terapi psikologis yang dilakukan.Â
Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari tak jarang kita berusaha menolong orang yang tidak ingin ditolong. Dan hal ini akan menciptakan konflik tersendiri yang bakal merugikan si penolong.Â
Lalu memang apa salahnya kita menolong orang yang kita "rasa" butuh untuk ditolong?Â
Orang Tidak Akan Berubah Jika Tidak Mau Berubah