Mohon tunggu...
Ardi Yansyah
Ardi Yansyah Mohon Tunggu... guru -

Menggali nalar mengasah pikiran | Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemimpin Non Muslim di Kekhalifahan Islam

2 Februari 2016   11:10 Diperbarui: 4 April 2017   17:31 10943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dilantiknya Basuki Cahya Purnama yang akrab di panggil Ahok menjadi gubernur menuai kontroversi. Ahok menjadi gubernur ditengah-tengah masyarakat yang mayoritas Muslim. Kelompok yang tidak setuju mengatakan bahwa haram memilih pemimpin non Muslim, sedangkan kelompok yang setuju boleh mengangkat pemimpin non Muslim selama dia tidak membuat kekacauan dan korupsi.

kelompok yang mengharamkan pemimpin non Muslim sebenarnya tidak mempunyai konsep yang jelas mengenai pemimpin. Apakah yang diharamkan menjadi pemimpin non Muslim dalam tingkatan RT, RW, Camat, Lurah, Gubernur atau Presiden? hal ini yang tidak mereka batasi tentang batas larangan pemimpin non Muslim. 

Dalam sejarah kekhalifahan Islam, seorang non Muslim pernah diangkat menjadi pemimpin (jika melihat konteks sekarang menjadi perdana menteri) untuk mengadakan degalasi kekaisaran yang ada pada waktu itu. Dia bernama Hasdai bin Saphrut dilantik oleh Abdurrahman III. Pada 949 M, dia ditugasi memimpin delegasi mewakili kekhalifahan Cordoba untuk melakukan pelbagai negosiasi yang tidak mudah dengan pihak asing. Khalifah Umayyah, yang saat itu telah 20 tahun memisahkan diri dari Baghdad, tertarik mengadakan kerja sama strategi dengan kaisar Byzantium di Konstantinopel. kerajaan Kristen Timur yang berbahasa Arab memiliki musuh bersama, yakni kerajaan Abbasiyah di Baghdad yang dianggap menjadi ancaman kedua bagi kekhalifahan Umayyah.

Pertemuan antara dua negara berlangsung di tempat yang paling mewah di Andalusia yang bernama "Madinah al-Zahra." Dalam perundingan itu, Hasdai sukses untuk bekerjasama dengan Byzantium, dari situlah Hasdai menjadi duta bani Umayah disetiap perundingan dengan negara-negara lain. Selain Hasdai, kekhalifahan Umayah juga menjadikan orang Kristen yang bernama Rabi bin Ziyad menjadi duta mewakili Khalifah Umayah ke Istana Otto I. Hasil delegasinya, Istana Otto memberikan hadiah berupa air mancur untuk diletakkan di istana "Madinah al-Zahra."

Selain menjadi duta khalifah Umayah, Hasdai juga ditugasi membuat ensklopedia medis untuk diserahkan keperpustakaan di Cordoba. Terkadang Hasdai meminta bantuan kepada seorang Uskup dari Konstantinopel untuk menerjemahkan bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.

Dalam hal ini meskipun Hasdai seorang Yahudi dan dibantu oleh seorang Kristen, apakah dia membuat makar sehingga kekhalifahan Umayyah hancur? tidak, justru dia mengharumkan nama Khalifah Umayah kepada negara yang dikunjunginya. Adapun ayat-ayat al-Quran yang mengatakan haram memilih pemimpin non Islam, itu dilihat dari konteksnya, konteks dimana dalam keadaan perang. 

Bahkan di dalam hadis, yang harus menjadi pemimpin itu harus seorang yang ahli, karena jika tidak ahli maka suatu urusan bisa hancur,

"Apabila perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kiamat." (HR Al-Bukhari dari Abi Hurairah).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun