Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

PSSI, Berbahasa Indonesia-lah

24 Mei 2016   09:32 Diperbarui: 24 Mei 2016   09:36 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Lahir dalam suasana penjajahan, pada tahun 1930, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) seperti organisasi lainnya dilahirkan sebagai alat perjuangan bangsa. Sebagai organisasi yang menyematkan kata Indonesia, aktivitas para pendiri organisasi ini juga diintai oleh polisi Belanda karena mengancam wibawa pemerintah kolonial. Tak heran meski bidang ini sebenarnya jauh dari nuansa politik namun untuk melakukan konsolidasi, para pendiri PSSI untuk melakukan pertemuan saja mereka harus dengan sembunyi-sembunyi.

Soeratin Sosrosoegondo sebagai orang yang disebut pendiri PSSI, pada masa itu adalah juga seorang pemuda aktivis. Kegiatan Kongres II Pemuda yang diselenggarakan pada tahun 1928 disimak dan dicamkan betul-betul. Hasil kongres yang melahirkan keputusan monumental, Sumpah Pemuda, dijadikan semangat bagi alumni Sekolah Teknik Tinggi Heckelenburg, Jerman, tahun 1927, untuk ikut menanamkan nasionalisme lewat sepakraga, sepakbola.

Sebagai organisasi perlawanan terhadap penjajahan lewat sepakbola, semua sepakat organisasi yang dibentuk namanya sesuai dengan Sumpah Pemuda butir ketiga, yakni menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Padahal pada masa itu klub-klub sepakbola di berbagai daerah menggunakan bahasa Belanda, seperti Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond, Vortenlandsche Voetbal Bond Solo, Madioensche Voetbal Bond, Indonesische Voetbal Bond Magelang, Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond, Voetbalbond Indonesische Jakarta.

Dari penggunaan bahasa Indonesia untuk wadah tunggal organisasi sepakbola pada masa itu, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, membuat klub-klub yang ada di berbagai kota tadi mengikuti penggunaan bahasa Indonesia untuk nama klubnya, seperti Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond menjadi Persatuan Sepakbola Indonesia Surabaya (Persibaya), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond menjadi Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB), Vortenlandsche Voetbal Bond Solo menjadi Persatuan Sepakbola Indonesia Solo (Persis).

Meski dalam suasana penjajahan namun PSSI mampu menggelar Kompetisi Perserikatan pada tahun 1931. Perserikatan ini menggelar pertandingan antarklub seperti Persib, Persebaya, PSIM, PSMS, Persija, dan lainnya. Perserikatan bukan kompetisi klub bayaran namun mereka adalah klub dari Pemda, tak heran pada masanya, pemain klub perserikatan mayoritas adalah pegawai negeri sipil (PNS).

Indonesia baru menggelar kompetisi sepakbola dengan pemain bayaran, di tahun 1979. Pada masa ini, nama yang disematkan untuk kompetis itu juga masih menggunakan bahasa Indonesia, yakni Liga Sepakbola Utama (Galatama).


Ketika industri sepakbola di Eropa, di tahun 1985-an, menyeruak di televisi, PSSI mulai goyah dari tujuan awal organisasi ini dibentuk, yakni menanamkan semangat nasionalisme Sumpah Pemuda. Nama kompetisi dari waktu ke waktu berubah menjauh dari  penggunaan bahasa Indonesia, setelah Galatama, menjadi Liga Indonesia, Liga Primer Indonesia, Indonesia Super League.

Di tengah kemelut pengurus PSSI, sanksi FIFA, dan minimnya prestasi, kegiatan yang digelar oleh PSSI semakin tidak karuan dalam soal bahasa. Penggunaan kata piala, sudah tidak dipakai oleh PSSI. PSSI lebih suka menggunakan kata cup. Tak heran dari sini ada pertandingan sepakbola antarklub yang berlabel Sudirman Cup, Bhayangkara Cup, Interland Cup, dan lain sebagainya.

Penggunaan bahasa asing (Inggris) semakin menggila dilakukan oleh PSSI. PSSI sepertinya tidak sadar bahwa organisasi ini adalah organisasi milik orang Indonesia namun mereka lebih suka memakai bahasa Inggris. Lihat saja saat ulang tahun PSSI tahun 2016 di Gelora Bung Karno, terlihat tulisan dengan sangat jelas di papan yang berbunyi We Are PSSI. Jauh-jauh hari sebelum itu muncul slogan One Natian One Team. Di samping logo organisasi pun dengan jelas-jelas memakai bahasa Inggris dengan tulisan Football Association of Indonesia.

Pemerintah dan pihak swasta yang menyelenggarakan kompetisi pun juga sama dengan sikap PSSI, yakni menggunakan bahasa Inggris. Lihat saja kompetisi yang akan digelar oleh pihak swasta, mereka menggelar kompetisi dengan sebutan Indonesia Soccer Championship yang kemudian berubah menjadi Torabika Soccer Championship. Di sini penggunaan bahasa Ingrris pun berganti pula, dari football menjadi soccer.

Bila di tahun 1930 dan 1940-an, klub di daerah mengganti namanya dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia, sekarang justru sebaliknya. Di daerah-daerah, klub pada mengganti namanya dengan bahasa asing, seperti Bali United, Madura United, Sriwijaya Football Club, Persebaya United.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun