Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Stasiun Jatake dan Migrasi Penduduk

12 Juli 2025   20:18 Diperbarui: 14 Juli 2025   00:39 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Progres konstruksi fisik Stasiun Jatake yang terletak di Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, telah mencapai 92,78 persen. (Dok. PT KAI)

Stasiun kereta (KRL) akan bertambah lagi. Satu stasiun yang pembangunannya disebut sudah mencapai 93 persen itu adalah stasiun yang dinamakan Jatake. Ia berada di lintasan jalur kereta Tanah Abang (Jakarta)-Rangkasbitung (Lebak, Banten), tepatnya stasiun ini dijepit antara Stasiun Cicayur dan Stasiun Parung Panjang. Stasiun ini masuk wilayah administrasi Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten.  

Kita apresiasi PTKAI yang telah melahirkan Stasiun Jatake meski disebut melakukan kerja sama dengan pihak lain. Lahirnya stasiun baru tersebut menunjukan bahwa bisnis perusahaaan kereta milik negara ini berkembang pesat. PTKAI tidak hanya membangun stasiun baru namun juga menghidupkan stasiun yang selama ini tidak berfungsi (mati) menjadi berfungsi kembali, seperti menghidupkan kembali Stasiun Pondok Rajeg (Depok, Jawa Barat) yang sebelumnya adalah stasiun mati.

Dengan semakin banyaknya stasiun membuat semakin banyak masyarakat tertarik untuk menggunakan moda transportasi ini sebagai sarana untuk menunjang aktivitas. Semakin banyaknya stasiun juga akan semakin memperbanyak pilihan bagi masyarakat untuk menuju tempat tinggalnya. Misalnya, seseorang yang biasa turun di Cicayur atau Parung Panjang, ia bisa turun di Jatake yang lebih dekat.

Sebagai moda transportasi yang bebas macet, kereta merupakan sarana angkutan umum pilihan masyarakat di Jabodetabek. Dengan naik angkutan ini, orang bisa memprediksi kepastian menuju ke tempat tujuan. Berbeda dengan angkutan lain yang menggunakan jalur aspal yang kerap dilanda macet terutama saat jam pergi dan pulang kantor.

Kecepatan dan ketepatan waktu inilah yang membuat orang (pekerja di Jakarta) berani memilih tempat tinggal yang jauh dari Jakarta namun tak jauh dari stasiun kereta. Dari sinilah berkembang perumahan bahkan apartemen di sekitar stasiun. Kalau kita lihat, selepas Stasiun  Jurangmangu hingga menjelang Rangkasbitung, terbangun dan dibangun berbagai macam hunian. Begitu juga arah ke Cikarang. Sementara arah ke Bogor sudah lama ada.  

Pengembang berani membangun perumahan di kawasan-kawasan yang jauh dari Jakarta namun dekat dengan stasiun, yakin bahwa banyak orang berminat pada produk rumahnya karena mudahnya akses dari dan ke Jakarta dengan naik kereta. Saya punya teman yang bekerja di kawasan Kebayoran Lama memilih rumah di Maja (Lebak) karena dekat stasiun. Kelebihan dekat stasiun dan kecepatan serta ketetepatan kereta inilah yang membuat ia berani tinggal di sana. Tanpa adanya stasiun di Maja, belum tentu ia mau membeli rumah di tempat itu. Sangat sukar dibayangkan bila setiap hari menggunakan angkutan umum yang berada di jalur aspal saat harus ke dan dari Jakarta.

Dengan semakin banyaknya stasiun ditambah semakin membaiknya layanan kereta, harus kita akui PTKAI ikut memeratakan migrasi (memindahkan penduduk) dari Jakarta ke daerah-daerah penyangga. Andaikan Stasiun Gunung Putri yang tidak berfungsi dan difungsikan kembali dan jalur Stasiun Citayam ke Stasiun Nambo dibuat double track, maka di sana juga akan tumbuh perumahan-perumahan baru dan akan menjadi pilihan pekerja di Jakarta untuk membeli hunian di sekitar stasiun-stasiun laluan Citayam-Nambo.

Di kawasan Cibubur hingga Jonggol saja banyak tumbuh perumahan meski tanpa jalur kereta, bayangkan kalau PTKAI membangun jalur kereta dari Cibubur hingga Jonggol, pasti di sepanjang laluan itu akan tumbuh banyak kota mandiri.

Resep mengurangi kepadatan penduduk dan kemacetan di Jakarta salah satunya bisa ditempuh dengan semakin banyak membangun rangkaian jalur kereta dan stasiunnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun