Pengeboman 3 situs nuklir Iran dengan pesawat B-2, membuka cerita sesungguhnya bahwa konflik di Timur Tengah pelaku utamanya adalah Amerika Serikat. Di awal cerita Israel melakukan serangan kepada Iran pada 13 Juli. Entah Israel kuat atau tidak dalam menghadapi Iran, bagi Amerika itu tidak penting. Serangan yang dilakukan oleh Israel merupakan jalan bagi Amerika untuk melakukan serangan kepada Iran.
Di sini negara yang disebut Paman Sam itu berkedok melindungi sekutunya paling dekat, Israel; dan menghentikan rencana pembuatan bom nuklir padahal niatnya memang menyerang Iran. Israel oleh Amerika dijadikan umpan agar Iran melakukan serangan balasan dengan demikian ada alasan bagi Amerika di dunia internasional untuk melakukan tindakan serupa.
Menyerang Iran bagi Amerika adalah tujuan yang ingin dilakukan sejak lama, sejak Revolusi Islam Iran pada tahun 1979. Sejak negara para mullah itu tidak mau lagi bersekutu dengannya. Upaya untuk melumpuhkan Iran dilakukan dilakukan dengan banyak cara, penyusupan, proxy war tidak hanya menggunakan Israel namun juga dengan negara-negara Arab seperti Perang Irak-Iran yang berlangsung hingga 8 tahun dari tahun 1980 -- 1988.
Namun berbagai upaya untuk menundukan Iran bahkan dengan sangsi dan embargo ekonomi dan perdagangan belum berhasil melemahkan Iran bahkan negara yang dulunya bangsa Persia semakin menunjukan eksistensinya. Eksistensi yang semakin kuat tidak hanya membuat Amerika dan Israel risau namun negara-negara Arab lainnya juga demikian.
Negara-negara Arab lebih memilih jalan pragmatis ketika phobia pada Iran muncul. Iran oleh negara-negara Arab bukan dianggap satu bangsa meski sama-sama Islam. Perbedaan mazhab inilah yang memisahkan Iran dengan negara Arab meski punya satu kepentingan, awalnya anti Barat (Amerika) dan membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. Dalam perjalanan waktu satu persatu negara-negara Arab bersekutu dengan Amerika. Akibatnya dukungan pada Palestina mengendur sebab salah satu syarat bersekutu dengan Amerika adalah mengakui Israel.
Ketika bangsa-bangsa Arab satu persatu 'menyerah' tanpa syarat atau digulingkan seperti Presiden Irak Sadam Husein dan Presiden Libya Muamar Khadafi, Iran di bawah para mullah belum bertekut lutut pada Amerika. Belum ditaklukan Iran agar mau menjadi bagian sekutu di Timur Tengah inilah yang menjadi ganjalan bagi Amerika untuk menguasai atau menghegemoni kawasan hingga serangan terus dilakukan hingga mengebom 3 situs nuklir Iran.
Serangan ini akan terus dilakukan sampai di Iran terjadi pergantian rezim sebab Amerika mempunyai ambisi menguasai Timur Tengah tanpa saingan atau rival. Menguasai Timur Tengah tanpa Iran adalah ambisi Amerika yang hingga saat ini belum tercapai. Mengapa Amerika ingin menguasai Timur Tengah tanpa gangguan Iran? Pertama, Amerika ingin menguasai kawasan ini selain untuk kepentingan ekonomi, minyak, juga ideologi. Sebagai kawasan yang kaya minyak hingga 30 persen pensuplai kebutuhan dunia, kawasan ini merupakan kawasan strategis. Iran sebagai salah satu penghasil minyak teratas di dunia dan berada di Selat Hormuz kerap menjadikan komoditas dan selat ini sebagai alat untuk melakukan tawar menawar kepentingan kepada bangsa lain. Ketika dijadikan kartu oleh Iran maka ini dianggap sebagai gangguan kepentingan Amerika. Untuk itulah Iran bagi Amerika perlu ditaklukan.
Sebagai kawasan yang menghimpun banyak bangsa dan jumlah penduduk, Timur Tengah merupakan pasar yang sangat berarti bagi Amerika. Kawasan ini saat ini tidak hanya diincar oleh Amerika namun juga oleh China. Untuk itulah maka Amerika ingin menjadikan seluruh bangsa yang berada di Timur Tengah menjadi sekutunya sehingga mudah diatur dan mau menuruti kemauan Amerika.
Kedua, mengamankan Israel dari segala gangguan. Keamanan di Israel di Timur Tengah sebenarnya sudah hampir sempurna ketika negara-negara di Timur Tengah satu persatu rela atau tidak rela menjadi sekutu Amerika. Sekarang bangsa-bangsa Arab tidak ada lagi yang mengusik Israel bahkan dukungan kepada kemerdekaan Palestina mengendur bahkan tak peduli. Meski bangsa-bangsa Arab tak lagi mengusik Israel namun hal demikian dirasa  oleh Amerika dan Israel belum cukup bila rezim kekuasaan Iran saat ini belum takluk atau diganti.Â
Untuk itulah Amerika dan Israel akan terus melakukan serangan dan upaya menundukan Iran sampai negara itu bisa dikendalikan. Cara untuk bisa mengendalikan itu adalah mengganti rezim yang selama ini di bawah para mullah dengan pemimpin boneka seperti di negara Timur Tengah lainnya.
Bila ambisi Amerika tidak tercapai maka Timur Tengah akan terus bergejolak. Tidak adanya keseimbangan dunia di Timur Tengah membuat kawasan itu selalu dalam keadaan tensi yang panas. Beda dengan di kawasan Laut China Selatan dan Eropa di mana di tempat itu ada China dan Rusia yang membuat Amerika dan sekutunya berpikir seribu kali bila melakukan aksi militer. Meski di Eropa Timur dan Laut China Selatan ada tensi yang tinggi namun semuanya masih bisa terkendali, beda di Timur Tengah yang di sana sekarang berlaku hukum rimba.Â