Bila jalan-jalan ke Ancol, Jakarta, khususnya di Pantai Cakalang, di sana ada beberapa patung yang menggambarkan budaya nusantara seperti gejog lesung, fahombo batu, barong bali, dan sisingaan. Hadirnya patung-patung tersebut diharap menambah daya tarik wisatawan ke Ancol.
Namun dalam realita, kehadiran patung-patung tersebut seolah-olah tidak membawa arti yang banyak bagi Ancol. Pengunjung sepertinya tak menghiraukan kehadiran patung itu. Mengapa demikian? Patung-patung itu sebenarnya sangat bagus. Bentuk dan ukurannya persis dengan ukurana manusia dan alat budaya lainnya tetapi karena letak penempatan patung yang tidak strategis sehingga tidak menonjol dan tidak menjadi perhatian banyak orang.
Bagaimana strategis lha patung itu berada di belakang para reseller (pedagang), kemudian terhalang dan tertutupi oleh banyaknya pohon penghijauan sehingga membuat patung itu terisolasi, jarang mata memandang. Saat ini kondisi patung itu juga sangat memprihatinkan, di antaranya ada tangan dan piranti lainnya hilang, rusak. Kondisi yang demikian membuat tingginya seni pada patung itu hilang auranya sehingga jarang orang berfoto atau bervideo dengan latar patung-patung tersebut sebab sudut pengambilan gambarnya sempit dan tidak luas meski patungnya sendiri sebenarnya sangat bagus.
Coba kita lihat Patung Selamat Datang di Bundaran HI, Dirgantara, Pemuda, dan Pembebasan Irian Barat (Papua), patung-patung yang bercokol di tempat-tempat strategis tersebut membuat patung yang ada menjadi monumental dan kerap menjadi sasaran foto dan video untuk medsos maupun foto pariwisata.
Pun demikian bila jalan-jalan di Singapura, tak jauh dari kawasan Merlion, ada patung yang menggambarkan perbincangan antara orang Eropa, Melayu, dan China. Ukuran dan bentuk patung itu sama dengan patung yang ada di Ancol namun bedanya, patung yang ada di Singapura itu menjadi ikonik dan landmark bagi negara kecil itu. Para wisatawan yang jalan-jalan ke sana terkadang sampai antri untuk bisa berfoto dengan patung yang berada di pinggir Sungai Singapura itu.
Belajar dari patung-patung yang ada di jalan protokol Jakarta dan Singapura, pengelola Ancol seharusnya memikirkan bagaimana patung-patung yang memiliki seni tinggi yang berada di sana bisa menjadi daya tarik wisatawan dan akhirnya menjadi ikonik dan landmark bagi Ancol itu sendiri. Untuk itu perlu relokasi ke tempat yang lebih strategis. Di Ancol kan banyak sudut srategis sehingga di tempat-tempat itulah patung ditempatkan.