Nah, belajar dari pengalaman di atas, organisasi semacam HKTI di satu sisi bisa menjadi salah satu mesin politik dan pendulang suara dalam Pemilu nasional bahkan Pilkada bagi calon kepada daerah yang menjadi Ketua HKTI di daerah.
Dari sinilah lalu muncul pertanyaan, fusi, islah dari HKTI kubu Fadli Zon dan HKTI kubu Moeldoko itu mau dibawa ke mana? Kita bersyukur kalau mereka bersatu memang benar-benar untuk memperbaiki nasib para petani. Namun bila mereka bersatu hanya untuk kepentingan politik tertentu, nah itu yang akan menjadi masalah selanjutnya. Masalah dualisme HKTI akan muncul kembali bila HKTI hasil islah atau fusi tetap digunakan untuk kepentingan politik.
Jadi harus dipertanyakan secara tegas kepada HKTI islah itu, mau dibawa organisasi ini?