Â
[caption caption="candi ijo"][/caption]
Suasana gelap sudah menyelimuti Candi Ijo, meski demikian puluhan pengunjung yang mayoritas anak muda itu masih asyik berselfiria. Mereka sepertinya tidak peduli dengan waktu. Di tengah keasyikan mereka, tiba-tiba terdengar suara dari toa yang mengatakan bahwa seluruh pengunjung yang ada diharap untuk meninggalkan tempat itu.
Pembawa toa itu adalah satpam Candi Ijo. Satpam itu menghalau para pengunjung bisa jadi jam yang diberikan kepada mereka sudah habis. Satpam itu mengharap mereka agar segera meninggalkan tempat itu selain faktor keamanan, juga agar Candi Ijo tidak dijadikan tempat yang bebas, semau mereka.
Bila malam berada di tempat ini, kita akan melihat lampu-lampu berbaris lurus, itulah landasan pacu Bandar Udara Adisucipto. Kita juga akan melihat gemerlap lampu yang terang bendera dan membujur lurus, itulah Jl. Laksda Adisucipto, sebuah jalan utama yang menghubungkan Kota Jogjakarta dengan Kota Solo, Jawa Tengah. Pemandangan gemerlap malam di Kota Jogja inilah yang bisa membuat pengunjung betah di Candi Ijo.  Â
Candi Ijo merupakan komplek percandian yang terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Jogjakarta. Candi yang berada di lereng pegunungan di atas ketinggian 425 meter di atas permukaan laut itu terdiri dari candi induk dan di hadapan candi induk itu ada tiga candi yang ukurannya lebih kecil. Ketiga candi yang berukuran kecil itu disebut untuk memuja Brahma, Wisnu, dan Syiwa.
Candi induk memiliki bentuk bangunan segi empat. Pada arah menghadap barat terdapat pintu. Untuk mencapai pintu tersebut, dari tanah dibuat tangga setinggi sekitar 120 cm. Pada sisi-sisi candi itu terdapat relung yang dihiasi oleh kala makara. Makara yang ada berbentuk ikan dan mempunyai belalai gajah. Candi Ijo diduga dibangun pada kurun Abad X hingga Abad XI ketika daerah itu di bawah kekuasaan Kerajaan Medang (Mataram Kuno).
Candi Ijo merupakan alternatif pilihan bagi masyarakat bila ke Prambanan ingin melihat candi selain Candi Prambanan yang sudah kesohor lebih dahulu. Ada candi lain yang mulai tersohor di Prambanan, selain Candi Ijo, yakni Candi Ratu Boko (Ratu Baka). Candi ini terletak pada posisi barat laut Candi Ijo dengan jarak sekitar 4 km. Bila dari arah jalan besar, Jl. Laksda Adisucipto, Candi Ratu Boko lebih dekat.
Candi Ratu Boko disebut bukan candi untuk melakukan pemujaan kepada dewa namun sepertinya sebagai Istana Kerajaan Medang pada masa Wangsa Sailendra. Candi ini dibangun pada Abad VIII. Sebab sebagai istana, tak heran bila di komplek ini bangunan-bangunan yang ada terpisah-pisah. Ada paseban, pendopo, dan keputren. Masing-masing bagian memiliki peran dan fungsi masing-masing seperti paseban untuk tamu yang hendak menghadap raja, pendopo tempat raja bertahta, dan keputren sebagai tempat istri dan anak perempuan raja dan keluarganya.
Menurut asal muasal, nama Ratu Boko berasal dari nama legenda masyarakat pada masa itu. Ratu Boko yang dalam bahasa jawa artinya Raja Bangau, konon adalah ayah Loro Jonggrang. Loro Jonggrang sendiri adalah nama yang melekat pada Candi Prambanan.
Candi Ratu Boko yang berada pada ketinggian 196 meter dan berada pada area seluas 25 ha itu tepatnya berada di Dukuh Dawung, Desa Bokoharjo; dan Dukuh Sumberwatu, Desa Sambireja, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Selman, Provinsi Jogjakarta. Candi-candi yang ada di Kecamatan Prambanan itu bila kita menyusuri merupakan perjalanan satu paket wisata.Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI