Mohon tunggu...
Ardi Wijaya
Ardi Wijaya Mohon Tunggu... Nelayan - Hadir dan Mengalir

Hadir dan Mengalir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi dan Covid-19 dalam Masyarakat Agraris

21 April 2020   12:40 Diperbarui: 21 April 2020   13:54 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perspektif kelompok masyarakat agraris yang pola kehidupannya dititik beratkan pada sektor pertanian yang diolah secara tradisional, tradisi adalah bentuk kegiatan yang secara fungsional dianggap dapat menangkal atau menjauhkan mereka dari marabahaya. 

Kepercayaan ini tentu memiliki dasar filosofi yang sangat kuat dan mampu memberikan pembuktian bahwa kearifan lokal dalam konteks masyarakat dapat dijadikan sebagai aktivitas yang mampu membangkitkan rasa percaya diri dalam kelompok masyarakat. Basisnya didasarkan pada pengalaman hidup yang pernah dilalui oleh leluhur sebagai generasi pendahulu yang mampu bertahan hidup dalam berbagai kondisi dengan memanfaatkan tradisi sebagai ujung tombak.

Di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara misalnya, kelompok masyarakatnya masih menjunjung tinggi kearifkan lokal sebagai nilai-nilai yang diwarisi secara turun temurun dari generasi ke generasi. 

Sebut saja tradisi kaago-ago, masyarakat masa lampau melakukan hal ini dikarenakan atas ketidakmampuan menghadapi berbagai masalah yang muncul akibat gangguan yang berasal dari luar kendali mereka. 

Di era milenium, hal ini masih dijumpai dalam kultur sosial budaya masyarakat Muna. Tradisi ini dianggap sebagai kegiatan yang dapat menghidarkan kelompok masyarakat dari bahaya yang tidak dapat dilihat secara kasat mata oleh manusia.

Menurut Laode Aris (2012) menjelaskan kaago-ago merupakan ritual pencegahan penyakit yang dilaksanakan sebelum pergantian musim, yaitu sebelum memasuki musim barat dan sebelum memasuki musim timur. 

Menurut pengetahuan orang Muna, pergantian musim dapat menyebabkan penyakit. Penyakit yang dimaksud adalah nomaigho nekawea (berasal dari angin). Mereka beranggapan bahwa penyakit yang berasal dari angin disebabkan oleh makhluk halus berupa jin dan setan.

Tradisi kaago-ago secara tersirat dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan sebagai pengirim pesan kepada komunitas masyarakat bahwa kondisi kebatinan saat ini sedang dalam keadaan yang tidak kondusif akibat adanya gangguan makhluk tak kasat mata. 

Di sisi lain tanpa disadari proses pelaksanaan tradisi kaago-ago dapat meningkatkan rasa optimisme dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam masyarakat, bahwa kondisi yang saat ini tidak stabil dapat dilalui setelah melakukan ritual tersebut. Melakukan pengondisian atau pengendalian situasi melalui pendekatan tradisi merupakan upaya untuk mengelola perasaan cemas yang selama ini menghantui kelompok masyarakat.

Kholil Lur Rochman (2010) menyatakan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan perubahan fisiologis dan psikologis.

Kecemasan yang berlebihan dalam diri manusia harus selalu dapat dikendalikan dengan terus memproduksi sugesti positif kepada diri sendiri. Mengurangi kecemasan dalam diri manusia adalah langkah yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Tradisi, budaya, kearifan lokal yang sampai saat ini masih terpelihara dengan baik dapat dimaksimalkan sebagai alternatif yang dilakukan untuk menghasilkan rasa optimiseme dalam kelompok masyarakat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun