Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Guru yang Bermindset Dinamis, Bagaimana Caranya?

25 September 2025   07:33 Diperbarui: 25 September 2025   07:33 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokpri Ardi Bagus Prasetyo)

Di era perubahan yang begitu cepat, guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga memiliki mindset dinamis. Istilah ini mengacu pada pola pikir yang lentur, terbuka, adaptif, dan siap berkembang mengikuti perubahan zaman. Jika dahulu guru dipandang sebagai "sumber utama ilmu", kini perannya lebih pada fasilitator yang membimbing siswa agar mampu berpikir kritis, kreatif, dan mandiri.

Namun, pertanyaannya: bagaimana sebenarnya cara seorang guru bisa memiliki mindset dinamis? Apakah cukup dengan mengikuti pelatihan? Ataukah harus rajin membaca teori-teori pendidikan terbaru? Mari kita bahas lebih dalam.

Mengapa Guru Perlu Mindset Dinamis?

(Dokpri Ardi Bagus Prasetyo)
(Dokpri Ardi Bagus Prasetyo)

Mindset guru bukan sekadar cara berpikir pribadi, melainkan pondasi utama proses belajar di kelas. Psikolog Carol Dweck (2006) dalam penelitiannya tentang growth mindset menyebutkan bahwa individu yang percaya kemampuan dapat berkembang melalui usaha, strategi yang tepat, dan dukungan orang lain akan lebih berhasil daripada mereka yang merasa kemampuannya tetap (fixed).

Data dari UNESCO (2022) menunjukkan bahwa 70% keberhasilan siswa dipengaruhi oleh kualitas guru, termasuk cara guru menanamkan semangat belajar. Jika guru berpikir kaku, mudah menyerah, dan enggan mencoba hal baru, besar kemungkinan siswanya juga meniru pola pikir tersebut. Sebaliknya, guru yang terbuka pada perubahan akan menulari murid dengan rasa ingin tahu, optimisme, dan ketangguhan.

Di Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga menekankan pentingnya "Guru Penggerak" yang berpikir kreatif, inovatif, dan reflektif. Artinya, seorang guru tidak bisa lagi nyaman dengan cara lama. Dunia kerja berubah, teknologi maju, tantangan sosial makin kompleks---guru harus ikut bergerak.

Tanda-Tanda Guru Bermindset Dinamis

Sebelum membicarakan cara, mari kenali dulu ciri-cirinya:

  1. Mau belajar ulang meski sudah berpengalaman bertahun-tahun.

  2. Tidak alergi kritik, justru menjadikannya bahan refleksi.

  3. Berani mencoba metode baru, walau ada risiko gagal.

  4. Melihat potensi murid, bukan hanya kelemahan.

  5. Menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata, agar relevan.

Jika kita melihat guru yang selalu update teknologi pembelajaran, mendengarkan ide siswanya, atau mengubah cara mengajar saat melihat kelas kurang kondusif---itulah contoh nyata guru dengan mindset dinamis.

Strategi Menjadi Guru yang Bermindset Dinamis

Lalu, bagaimana cara menumbuhkan pola pikir seperti ini? Ada beberapa langkah praktis:

1. Melatih Diri untuk Terbuka pada Perubahan

Perubahan sering menimbulkan rasa takut. Misalnya, munculnya platform belajar digital membuat sebagian guru merasa "terancam". Padahal, teknologi bukan pengganti guru, melainkan alat bantu. Menurut survei Pusat Inovasi Digital Indonesia (2023), 65% siswa merasa lebih semangat belajar jika gurunya memadukan teknologi dalam pembelajaran. Jadi, guru perlu mengubah cara pandang: teknologi sebagai peluang, bukan ancaman.

2. Rajin Refleksi Diri

Guru dinamis adalah guru reflektif. Setelah mengajar, tanyakan pada diri sendiri:

  • Apakah metode saya hari ini efektif?

  • Bagian mana yang membuat siswa aktif?

  • Apa yang harus diperbaiki besok?

Menulis jurnal mengajar atau berdiskusi dengan rekan sejawat dapat menjadi cara sederhana untuk terus berkembang.

3. Belajar dari Siswa

Mungkin terdengar terbalik, tapi faktanya siswa adalah sumber belajar yang luar biasa. Anak-anak generasi Z dan Alpha sangat akrab dengan teknologi, tren, dan cara belajar baru. Jika guru mau mendengar pengalaman mereka, kelas bisa menjadi ruang kolaborasi, bukan sekadar ruang transfer ilmu.

Misalnya, guru meminta siswa membuat presentasi dengan aplikasi yang sedang mereka sukai. Guru belajar teknisnya, siswa belajar materinya. Win-win solution.

4. Mengikuti Pelatihan dan Komunitas

Mindset dinamis tidak tumbuh dalam ruang hampa. Bergabung dengan komunitas guru, mengikuti pelatihan daring, atau membaca buku pendidikan terbaru adalah cara ampuh menjaga semangat belajar. Data Balitbang Kemendikbud (2021) menyebutkan bahwa guru yang aktif di komunitas profesional cenderung 2,5 kali lebih inovatif dalam mengajar dibanding yang pasif.

5. Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil

Guru dengan mindset dinamis menilai keberhasilan bukan hanya dari angka ujian, tetapi dari proses belajar. Jika siswa berani mencoba, bertanya, atau bereksperimen, itu sudah bentuk keberhasilan. Dengan pola pikir ini, guru mendorong siswa untuk tidak takut salah, karena kesalahan adalah bagian dari proses belajar.

Tantangan di Lapangan

Tentu saja, menjadi guru dengan mindset dinamis bukan hal mudah. Ada beberapa tantangan nyata:

  • Keterbatasan sarana: Tidak semua sekolah memiliki fasilitas memadai.

  • Beban administrasi: Guru sering terjebak pada laporan dan dokumen, sehingga waktu untuk refleksi berkurang.

  • Budaya sekolah yang kaku: Kadang inovasi terbentur aturan atau kebiasaan lama.

Namun, tantangan ini bisa diatasi dengan kolaborasi. Misalnya, guru-guru bisa berbagi praktik baik, memanfaatkan teknologi gratis, atau menyederhanakan administrasi dengan alat digital.

Inspirasi: Guru Dinamis yang Mengubah Kelas

Mari ambil contoh sederhana. Seorang guru bahasa Indonesia di Samarinda mencoba mengganti metode ceramah dengan "kelas proyek". Ia meminta siswanya membuat vlog tentang tempat wisata lokal. Awalnya, banyak yang canggung. Tapi setelah berjalan, siswa antusias. Mereka belajar menulis naskah, berbicara di depan kamera, hingga mengedit video. Nilai akademik naik, keterampilan abad 21 pun terasah.

Inilah bukti bahwa mindset dinamis bukan teori kosong, melainkan praktik nyata yang membuat pembelajaran hidup.

Penutup

Menjadi guru yang bermindset dinamis bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan. Perubahan zaman menuntut guru untuk lentur, terbuka, dan terus berkembang. Kuncinya ada pada kesediaan untuk belajar ulang, berani bereksperimen, dan melihat potensi dalam setiap murid.

Seperti kata pepatah, "Guru yang hebat tidak mencetak murid yang seragam, melainkan menumbuhkan murid yang beragam." Dengan mindset dinamis, guru bukan hanya pengajar, tetapi pembelajar sejati---yang tak pernah berhenti tumbuh bersama siswanya.

#SalamLiterasi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun