Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sisi-Sisi Problematik dari Profesi Guru yang Tak Diketahui Banyak Orang

6 Maret 2025   08:00 Diperbarui: 25 Februari 2025   09:49 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://projectmultatuli.org/waktu-guru-diabaikan-guru-dibebani-segunung-tugas-administratif)

Profesi guru sering kali dianggap sebagai pekerjaan mulia yang membentuk generasi penerus bangsa. Guru dipandang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, sosok yang berdedikasi tinggi, dan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, di balik citra positif tersebut, ada banyak sisi problematik dari profesi guru yang jarang diketahui oleh masyarakat luas. Mulai dari beban kerja yang berat, tekanan psikologis, hingga tantangan finansial, masalah-masalah ini sering kali tersembunyi di balik layar kehidupan seorang guru. Artikel ini akan mengupas tuntas sisi-sisi problematik tersebut, didukung dengan fakta dan data, untuk memberikan gambaran yang lebih utuh tentang realitas profesi guru.

1. Beban Kerja yang Melebihi Kapasitas

Guru tidak hanya bertugas mengajar di depan kelas. Tanggung jawab mereka mencakup persiapan materi pelajaran, evaluasi hasil belajar siswa, rapat dengan pihak sekolah, hingga tugas administratif seperti mengisi rapor dan membuat laporan pembelajaran. Menurut data dari Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pada tahun 2018, guru di Indonesia menghabiskan rata-rata 52 jam per minggu untuk bekerja, jauh di atas rata-rata global yang hanya 38 jam per minggu.

Selain itu, guru juga sering kali harus menghadapi kelas dengan jumlah siswa yang melebihi kapasitas ideal. Data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menunjukkan bahwa rasio guru dan siswa di Indonesia adalah 1:16, tetapi di daerah terpencil, angka ini bisa mencapai 1:30 atau lebih. Kondisi ini membuat guru kesulitan memberikan perhatian individual kepada setiap siswa, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas pembelajaran.

2. Tekanan Psikologis yang Tinggi

Profesi guru tidak lepas dari tekanan psikologis yang besar. Guru harus menghadapi tuntutan dari berbagai pihak, termasuk orang tua, sekolah, dan pemerintah. Mereka dituntut untuk menghasilkan siswa yang berprestasi, sementara di sisi lain, mereka juga harus menghadapi siswa dengan latar belakang dan kemampuan yang beragam.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tahun 2020 mengungkapkan bahwa 65% guru di Indonesia mengalami stres akibat beban kerja yang tinggi. Selain itu, guru juga sering kali menjadi sasaran kemarahan orang tua ketika nilai siswa tidak memenuhi harapan. Fenomena ini semakin diperparah dengan adanya tekanan untuk memenuhi target kurikulum yang padat, yang sering kali tidak sesuai dengan kondisi riil siswa.

3. Tantangan Finansial yang Tidak Sebanding dengan Tanggung Jawab

Meskipun profesi guru dianggap mulia, penghasilan yang mereka terima sering kali tidak sebanding dengan tanggung jawab yang mereka pikul. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa rata-rata gaji guru honorer di Indonesia hanya sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta per bulan, jauh di bawah Upah Minimum Regional (UMR) di banyak daerah.

Bahkan, guru yang sudah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) pun sering kali mengeluhkan gaji yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, guru dituntut untuk terus mengembangkan kompetensi mereka melalui pelatihan dan sertifikasi, yang sering kali memerlukan biaya tambahan. Kondisi ini membuat banyak guru terpaksa mencari pekerjaan sampingan, yang pada akhirnya mengurangi fokus mereka pada tugas utama sebagai pendidik.

4. Kurangnya Dukungan dari Pemerintah dan Masyarakat

Meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan guru, seperti program sertifikasi dan tunjangan profesi, implementasinya di lapangan masih sering kali menemui kendala. Banyak guru yang mengeluhkan proses sertifikasi yang berbelit-belit dan tunjangan yang tidak tepat waktu.

Selain itu, masyarakat juga sering kali kurang memberikan apresiasi yang layak kepada guru. Guru sering kali dipandang sebagai profesi yang "biasa saja" dan tidak dihargai secara finansial maupun moral. Padahal, peran guru sangat krusial dalam membentuk karakter dan kemampuan generasi muda.

5. Tantangan di Era Digital

Perkembangan teknologi dan digitalisasi juga membawa tantangan baru bagi guru. Di era serba digital ini, guru dituntut untuk menguasai berbagai platform pembelajaran online, seperti Zoom, Google Classroom, dan aplikasi lainnya. Namun, tidak semua guru memiliki kemampuan dan akses yang memadai untuk mengikuti perkembangan ini.

Menurut survei yang dilakukan oleh Kemendikbudristek pada tahun 2021, sekitar 40% guru di Indonesia masih kesulitan mengadaptasi teknologi dalam pembelajaran. Hal ini terutama terjadi di daerah-daerah terpencil yang minim infrastruktur internet. Akibatnya, banyak guru yang merasa tertinggal dan kesulitan memenuhi tuntutan pembelajaran di era digital.

6. Kurangnya Kesempatan untuk Pengembangan Diri

Pengembangan diri adalah hal penting bagi seorang guru untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas mengajar. Namun, banyak guru yang merasa kesulitan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Keterbatasan anggaran dan waktu menjadi faktor utama yang menghambat pengembangan diri guru. Selain itu, tidak semua sekolah memiliki program yang mendukung pengembangan profesional guru. Akibatnya, banyak guru yang merasa stagnan dalam karir mereka dan kesulitan menghadapi perubahan dalam dunia pendidikan.

Penutup

Profesi guru memang penuh dengan tantangan dan problematik yang sering kali tidak terlihat oleh masyarakat luas. Mulai dari beban kerja yang berat, tekanan psikologis, hingga tantangan finansial, masalah-masalah ini perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Pemerintah, masyarakat, dan stakeholders lainnya perlu bekerja sama untuk memberikan dukungan yang lebih baik kepada guru, baik dalam bentuk kebijakan yang pro-guru, apresiasi yang layak, maupun fasilitas yang memadai.

Guru adalah ujung tombak pendidikan. Jika kita ingin meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, maka kita harus mulai dengan memperhatikan kesejahteraan dan kualitas hidup guru. Dengan demikian, guru dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik dan berkontribusi maksimal dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

#SalamLiterasi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun