Apakah Literasi Sama Dengan Membaca?Â
Apakah membaca sama saja dengan literasi? Pada dasarnya literasi tidak semata-semata hanya sekadar membaca. Melainkan memiliki makna yang lebih luas yakni mencakup keterampilan dalam hal menggunakan sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, hingga auditori.
Literasi yang dimaksud di sini adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan kemampuan berpikir kritis, bernalar, menghidupkan logika berpikir, hingga memunculkan daya analisis dalam hal membaca suatu informasi di banyak sumber. Kemampuan membaca inilah yang bisa dilakukan dengan cara dilatih. Hal tersebut diperkuat dengan beberapa teori yakni sebagai berikut.
 1. UNESCO (2005)
UNESCO mendefinisikan literasi sebagai:
"Kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi, menciptakan, mengkomunikasikan, dan menghitung menggunakan bahan cetak dan tertulis dalam berbagai konteks. Literasi melibatkan proses belajar yang memungkinkan individu untuk mencapai tujuan mereka, mengembangkan pengetahuan dan potensi mereka, serta berpartisipasi penuh dalam masyarakat."
2. James Paul Gee (1996)
James Paul Gee berpendapat bahwa:
"Literasi adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa, baik lisan maupun tertulis, dalam situasi sosial yang berbeda untuk tujuan tertentu."
3. National Literacy Trust (UK)
National Literacy Trust mendefinisikan literasi sebagai:
"Kemampuan untuk membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan dengan cara yang memungkinkan individu untuk berkomunikasi secara efektif dan berpikir kritis tentang dunia di sekitar mereka."
4. Thomas L. Friedman (2005)
Dalam bukunya The World is Flat, Thomas L. Friedman berpendapat bahwa:
"Literasi di abad ke-21 tidak hanya berarti mampu membaca dan menulis, tetapi juga mampu menavigasi dan memanfaatkan informasi digital secara efektif."
Dari berbagai teori di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga melibatkan:
- Pemahaman dan Interpretasi: Kemampuan untuk memahami dan menganalisis informasi.
- Komunikasi: Kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan ide secara efektif.
- Konteks Sosial: Pemahaman bahwa literasi adalah praktik sosial yang dipengaruhi oleh budaya dan ideologi.
- Digital Literacy: Kemampuan untuk menggunakan teknologi dan media digital secara efektif.
- Kritis dan Kreatif: Literasi juga mencakup kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah.
Paparan Data dan Kepedulian Penulis
Survei dari CEOWORLD beberapa waktu lalu dilakukan guna mengetahui jumalh masyarakat di negara mana sajakah yang rajin membaca buku. Dari total 6,5 juta orang yang tersebar di 102 negara responden, menempatkan bahwa Indonesia berada di urutan ke-31 di dunia yang penduduknya rajin membaca buku. Lebih lanjut, survei dari Perpusnas pun pada tahun 2022 lalu juga memaparkan bahwa tingkat kegemaran masyarakat Indonesia dalam membaca buku menyentuh angka 63,9 poin. Perhitungan tersebut didasarkan pada frekuensi membaca responden tiap minggu hingga durasi akses internet mencari akses bahan bacaan.
Survei tersebut dilakukan dengan melibatkan 11.158 responden dari 102 kabupaten/kota. Untuk daerah yang masyarakatnya paling gemar membaca buku adalah Jogjakarta (72,29), Jateng (70,96), Jabar (70,1), Â DKI Jakarta (68,71), dan Jatim 68,54). Â Adapun rata-rata durasi waktu terlama membaca orang Indonesia adalah 1 jam 37,8 menit perharinya. Jika dikalkulasikan dalam minggu berarti ada sekitar 9 jam lebih waktu yang diluangkan masyarakat untuk membaca buku tiap minggunya.
Dari paparan data tersebut, dapat dikatakan tingkat kemampuan literasi masyarakat Indonesia masih berada di tahap memprihatinkan. Mengingat, yang dibaca pun juga belum tentu referensi-referensi yang terkait dengan isu-isu terkini seperti sosial, pendidikan, budaya, kebijakan, dan lain sebagainya. Belum lagi, kebiasaan masyarakat kita yang masih gemar mengonsumsi informasi yang ada di media sosial dengan utuh dan mentah, membuat anggapan bahwa permasalahan literasi di dunia pendidi8kan kita masih menjadi masalah serius yang perlu diselesaikan berasama.
Atas dasar itulah, saya tergerak sejak 1 tahun lalu mengadakan program "Bank Literasi" untuk mapel Bahasa Indonesia yang dimulai di kelas VII. Menggunakan media jurnal atau lembar formulir literasi berjudul "Jurnal Membaca Hari Ini", siswa setiap seminggu sekali saya akan tugaskan untuk membaca buku atau setidaknya membaca minimal satu bahan bacaan boleh buku tentang sejarah, novel, artikel, e-book, watpadd, dll.
Saya pun tak memaksa siswa harus menyelesaikan bahan bacaan atau satu buku dalam waktu seminggu, melainkan hanya semampu mereka misalnya hanya 10 halaman dalam satu buku, maka itulah yang akan dicatat di jurnal membaca hari ini nantinya. Setelah disalin di jurnal baik dalam bentuk ketikan maupun tulis tangan, siswa selanjutnya akan diarahkan untuk mengunggahnya melalui googleform yang rutin saya krimkan selama satu minggu sekali.Â
Tak lupa, saya juga mengadakan bedah bacaan selama satu minggu kemarin dari jurnal yang sudah dibuat untuk memperkuat daya kritis siswa dan menggali informasi apa yang didapatkan dari buku yang sudah mereka baca pada satu minggu kemarin. Selain itu, saya juga menyediakan reward berupa buku novel yang akan saya berikan kepada mereka yang beruntung, tentunya dengan kriteria tertentu yang sudah saya tetapkan di awal.
Hasil dan Keberlanjutan Program
Walau masih banyak kendala yang dihadapi setidaknya dari program yang telah saya berlakukan, selama setahun ini saya sudah mendapatkan banyak pelajaran dan sharing dari siswa tentang bahan bacaan yang telah dibaca. Siswa juga mampu meningkatkan daya kritisnya melalui membaca buku di rumah, di sekolah, dan di manapun ia berada.Â
Manfaat lainnya, guru seperti saya dan rekan sejawat lainnya juga mendapatkan beberapa siswa pilihan yang memiliki bakat di bidang komunikasi, kreasi menulis, hingga berpidato untuk kemudian diikutkan lomba-lomba yang diadakan oleh pemerintah kota Samarinda.Â
Hadirnya program yang saya jalankan ini juga telah memantik rasa kepedulian saya untuk terus mengasah daya kritis anak dan membekali mereka dalam urusan membaca karena pada dasarnya membaca buku adalah sebuah kebutuhan bukan suatu paksaan apalagi kepentingan tertentu.Â
Yuk mari bersama-sama kita giatkan kemampuan literasi anak di sekolah dengan melakukan ragam gerakan atau inovasi ideal dan relevan yang baik bagi peserta didik. Salam sehat dan bahagia untuk bapak/ibu guru hebat di seluruh Indonesia.Â
#SalamLiterasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI