Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Jadinya Jika Seorang Guru Terus-menerus Menjadi Pribadi yang Kolot?

23 Mei 2024   08:00 Diperbarui: 23 Mei 2024   08:05 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.quora.com/Menurutmu-apakah-pantas-jika-seorang-guru-memarahi-siswa-ketika-mereka-melakukan-kesalahan-di-depan-siswa-lainnya-atau-lebih-baik-menegur-mereka-secara-pribadi-setelah-jam-belajar-usai

Profesi guru merupakan salah satu profesi yang memiliki peran vital dalam pembentukan karakter dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hakikat profesi guru terletak pada tanggung jawabnya dalam mendidik, membimbing, dan mengarahkan siswa untuk mencapai potensi maksimal mereka, baik secara akademis maupun moral. Guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai teladan yang memberikan inspirasi dan motivasi kepada siswa untuk terus belajar dan berkembang.

Menjalankan profesi guru dengan sungguh-sungguh adalah keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hal ini melibatkan komitmen tinggi, dedikasi, dan kesungguhan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Guru harus selalu berupaya memperbarui pengetahuan dan keterampilannya agar mampu mengatasi tantangan zaman dan memenuhi kebutuhan siswa yang semakin kompleks. Selain itu, guru harus menunjukkan sikap profesional, integritas, dan kejujuran dalam setiap tindakannya. Dengan menjalankan profesi ini dengan sepenuh hati, guru tidak hanya berkontribusi pada kesuksesan individu siswa, tetapi juga pada kemajuan masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.

Guru zaman dulu adalah sosok yang dihormati dan dianggap sebagai sumber utama pengetahuan dan kebijaksanaan di masyarakat. Pada masa itu, peran guru tidak terbatas pada penyampaian materi pelajaran di kelas, tetapi juga mencakup bimbingan moral dan etika bagi siswa dan komunitas sekitarnya. Metode pengajaran yang digunakan biasanya lebih bersifat satu arah, dengan guru sebagai pusat dari seluruh proses pembelajaran. 

Guru sering kali menjadi figur otoritatif yang diandalkan dalam mengambil keputusan penting terkait pendidikan dan perkembangan siswa. Teknologi belum banyak berperan dalam proses pendidikan, sehingga guru menggunakan alat bantu tradisional seperti papan tulis dan buku. Meskipun begitu, komitmen dan dedikasi guru zaman dulu dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sangatlah kuat, menjadi fondasi penting bagi perkembangan pendidikan di masa kini.

Figur guru otoritatif zaman dulu yang agaknya banyak dipertahankan caranya di era pendidikan sekarang. Ada sebagian guru yang karena mempertahankan alasan konsisten serta idealis terhadap apa yang sudah didapatkan zaman dulu, justru berdampak pada keengganan mereka melakukan segala macam penyesuaian hingga perubahan besar dalam hal kompetensi maupun karakteristik mengajar di kelas. 


Ada beberapa guru yang terkesan kolot dan enggan menerima perubahan dalam dunia pendidikan yang terus berkembang. Mereka cenderung berpegang teguh pada metode dan pendekatan lama yang sudah tidak relevan dengan kebutuhan dan tantangan zaman sekarang. Sikap ini sering kali disebabkan oleh ketidaknyamanan terhadap teknologi baru, kurangnya pelatihan yang memadai, atau rasa takut akan ketidakpastian yang dibawa oleh perubahan. 

Akibatnya, mereka menjadi kurang responsif terhadap inovasi pendidikan, seperti penggunaan teknologi dalam pembelajaran atau penerapan kurikulum yang lebih fleksibel dan berpusat pada siswa. Sikap kolot ini tidak hanya menghambat perkembangan profesional guru itu sendiri, tetapi juga menghalangi siswa untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan era digital dan globalisasi. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk membuka diri terhadap perubahan, terus belajar, dan beradaptasi agar dapat memberikan pendidikan yang relevan dan efektif bagi generasi masa depan.

Lantas, jika guru tak mau menerima perubahan, idealis, dan cenderung kolot, apa dampaknya bagi mereka dan kualitas pendidikan?

Jika guru tidak mau menerima perubahan, bersikap terlalu idealis, dan cenderung kolot, dampaknya bisa sangat signifikan bagi mereka dan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:

1) Keterbatasan dalam Pengembangan Profesional:
Guru yang enggan menerima perubahan cenderung tidak mengikuti perkembangan terbaru dalam metode pengajaran dan teknologi pendidikan. Hal ini dapat menyebabkan mereka tertinggal dari rekan-rekan mereka yang lebih adaptif dan progresif, sehingga menghambat kemajuan profesional mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun