Selama pandemi Covid-19, banyak masyarakat terpaksa beraktivitas di rumah. Berbagai perusahaan mulai menerapkan sistem kerja dari rumah (work from home). Pelajar dan mahasiswa pun banyak yang "dirumahkan" selama pandemi belum berakhir.
Untuk menyiasati kejenuhan saat di rumah, muncul berbagai hobi baru yang dapat dilakukan. salah satunya bercocok tanam dengan cara hidroponik. Hidroponik sendiri adalah metode penanaman yang menggunakan air, oksigen dan juga nutrisi, tanpa tanah.
Masyarakat yang melakukan aktivitas hidroponik tidak selalu berorientasi pada keuntungan, banyak yang melakukannya hanya untuk menghilangkan kejenuhan.
"Saya juga baru belajar, ternyata hidroponik mudah dan menyenangkan. Tanam sawi, tanam kangkung, menanam seledri. Setidaknya kebutuhan pribadi kita, bisa kita ambil dari pekarangan rumah kita. Untuk lahan kecil pun bisa," ujar Kepala Sekretariat Presiden atau Kasetpres Heru Budi Hartono yang juga memiliki hobi hidroponik, dilansir dari kumparan.com (28/9/2020).
Dari kacamata pebisnis tentu bisnis sayuran hidroponik terlihat menggiurkan karena berbagai alasan, seperti kemudahan perawatan, efisiensi lahan, harga yang lebih tinggi dan lain sebagainya. Namun, hal yang juga memiliki potensi bisnis tak kalah tinggi adalah mengenai ketersediaan alat dan bibit hidroponik itu sendiri. Jika banyak orang yang bercocok tanam dengan cara hidroponik, maka permintaan terhadap bibit dan alat penunjang pun semakin tinggi.
Dengan alasan kemudahan, banyak masyarakat yang membeli starter kit/perlengkapan awal hidroponik lengkap berisi bibit, media tanam, dan nutrisi yang dijual sekaligus dalam bentuk paket, tidak dijual secara terpisah.
Hal ini bisa dilihat sebagai ceruk pasar, penjual bisa menjual paket hidroponik untuk rumahan, sekaligus menjual beraneka ragam bibit sayuran maupun buah. Pembeli yang sudah membeli starter kit dan berhasil panen kemungkinan besar akan kembali membeli bibit dan perlengkapan hidroponik lainnya. Sehingga peluang pembelian ulang (repeat order) akan tinggi, penjualan pun akan terus bertambah.
“Tiga bulan terakhir peningkatan penjualan sampai tiga kali lipat. Mungkin menggunakan starter kit mudah, dan banyak orang perkotaan yang coba,” ujar Ridwan, salah satu penjual alat dan bibit tanaman hidroponik kepada Kontan.co.id, (25/6/2020).
Ridwan bisa menjual 7.000 hingga 8.000 unit starter kit perbulan. Omzetnya bisa mencapai Rp 200 juta dengan marjin keuntungan hingga 50%. Bagaimana? Tertarik mencoba?