Mohon tunggu...
Ardi
Ardi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Swasta Mengabdi 12 Tahun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menulislah Jangan Lelah

14 Desember 2018   22:09 Diperbarui: 14 Desember 2018   22:22 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya sedang berpikir, apa yang akan saya tulis hari ini? Iseng saya pergi ke perpustakaan karena tak kunjung mendapat ide. Menyambangi rak buku berlabel 'Bahasa dan Sastra.' Saya ambil satu buku darinya. Langsung saya buka halaman yang membahas tentang keterampilan menulis.

Istilah-istilah bahasa itu tak asing bagi saya, namun pengertiannya tak lagi ingat. Melihat istilah kebahasaan tersebut hanya mengingatkan saya akan pelajaran bahasa Indonesia di bangku sekolah, yang masa itu menjemukan bagi saya. Paragraf deduktif dan induktif, juga ada paragraf campuran.

Saya membalik beberapa halaman berikutnya. Ada ambigu, hiperbola, metafora, koherensi, kohesi dan lain-lain. Agh, saya pusing! Saya sendiri tak pernah memakai teori itu setiap kali menulis artikel. Yang saya tahu ya, menulis, menulis, dan menulis saja.

Butuh empat tahun bagi saya memompa keterampilan menulis ini. Berawal dari membaca novel karya kang abik yang berjudul 'ayat-ayat cinta' di tahun 2006. Saya berpikir 'wah, alangkah hebatnya penulis ini, bisa menyajikan tulisan yang asik untuk dinikmati. Mempunyai karya yang dapat dibanggakan. Menginspirasi pembaca melakukan kebaikan. Menebar ilmu lewat cerita novel. Kelak saat telah tiada, anak cucu keturunan tetap bisa mengenal sosok sang penulis'.

Sayapun mulai membeli buku-buku tentang  kepenulisan. Mempelajarinya secara otodidak. Tanpa pernah mengikuti kelas menulis sekalipun. Hingga suatu hari saya mendapat SMS dari redaksi majalah online yang memberitahu bahwa cerpen saya akan dipublikasi, berikut minta nomor rekening saya. Senang bukan kepalang. Jinkrak-jinkrak bukan lagi hal yang memalukan kala itu.  

Cerpen berjudul 'Tatapan Matanya' dengan nama pena 'Ardhi Shiraz' adalah cerpen pertama saya yang lolos dapur redaksi pada tahun 2010. Ini semakin memompa semangat saya untuk menulis. Berarti saya mampu menulis walaupun sempat saya down, kala tak satu pun karya tulis saya diterima redaksi.

Menulis kini sudah menjadi bagian dalam diri saya. Saya mencoba untuk mendisiplinkan diri dengan target menyelesaikan tulisan perharinya. Ya, disiplin. Bukankah kesuksesan itu akar dari kedisiplinan? Tidak ada yang instan dalam meraih harapan. Butuh kegigihan dan kesabaran. Semoga bagi anda yang saat ini tengah memulai langkah menjadi penulis, dapat meraihnya dengan segera.

                                                                                                                             

Lalu, sudah menulis apa anda hari ini?

Medan, 14/12/2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun