Mohon tunggu...
Ardi Pramudika
Ardi Pramudika Mohon Tunggu...

Mahasiswa Jurusan Konseling Sosial dan Agama di IAIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Candi Dieng

4 Januari 2014   20:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:09 1348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388843839544411942

Maharkarya Nusantara : Candi Dieng. Sejarah Candi Dieng Wonosobo, merupakan kompleks percandian yang sangat luas yang terletak di sebuah dataran tinggi bernama Dieng. Dataran tinggi Dieng sendiri sebenarnya merupakan sebuah dataran vulkanik aktif yang sangat luas, dan bisa dikatakan sebagai gunung berapi raksasa. Sebagian orang menyebut tempat ini dengan Dieng Plateu, ada juga yang menyebut Gunung Dieng. Daratan tinggi Dieng teletak di sekitar Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, dan berada di sebelah barat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng terletak pada ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut. Sebagai gunung vulkanik aktif, dataran tinggi ini juga memiliki beberapa kawah yang masih sangat aktif yang tersebar di beberapa tempat dengan jarak yang cukup berjauhan. Posisinya yang cukup tinggi membuat suhu udara di kawasan ini sangat dingin bagi orang Indonesia. Pada siang hari suhu udara pada kisaran 15°-20° Celsius, dan 10°Celcius pada malam hari. Sedangkan pada bulan-bulan tertentu suhu bisa mencapai 0° Celsius. Sejarah Candi Dieng Wonosobo – Penemuan Candi Dieng Candi Dieng adalah sebuah kompleks candi Hindu. Awal ditemukannya kompleks Candi Dieng Wonosobo terjadi pada sekitar tahun 1814. Diawali ketika seorang tentara Inggris yang pada waktu itu bermaksud berwisata di kawasan dataran tinggi Dieng. Secara tidak sengaja dia melihat beberapa bagian atas candi yang terendam di dalam kubangan air. Lalu akhirnya pada tahun 1856 dimualilah upaya pengeringan dan pengerukan areal sekitar kompleks candi. Upaya ini dipimpin oleh seorang Belanda bernama Van Kinsbergen. Dan berawal dari situlah lalu ditemukan beberapa bangunan candi yang tersebat di beberapa tempat yang tidak terlalu jauh. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan proses pencatatan dan pengambilan gambar pada tahun 1864. Sejarah Candi Dieng Wonosobo Sejarah candi dieng sampai dengan saat ini memang tidak begitu jelas, karena tidak ada satupun ditemukan bukti tertulis yang menyebutkan mengenai kapan tepatnya Candi Dieng dibangun. Hanya sebuah prasasti yang ditemukan di kawasan itu, yang memiliki angka tahun 808 Masehi. Ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa kompleks Candi Dieng dibangun sekitar abad 8 – 9 Masehi berdasarkan perintah dari para raja pada masa dinasti Sanjaya. Namun menurut penelitian lanjut, kompleks Candi Dieng diperkirakan dibangun melalui 2 tahap pembangunan. Tahap pertama diperkirakan dimulai pada akhir abad ke-7 dan diakhiri pada awal abad ke-8. Sedangkan pembangunan tahap kedua berlangsung pada pertengahan abad ke-8 sampai sekitar tahun 780 Masehi. Sejarah Candi Dieng Wonosobo – Kompleks Candi Dieng Candi Dieng Wonosobo sendiri merupakan sebuah kompleks percandian. Artinya tidak hanya terdiri dari satu bangunan candi, melainkan terdiri dari banyak gugusan candi yang tersebar di beberapa lokasi yang agak berjauhan. Kompleks Candi Dieng Wonosobo secara keseluruhan menempati areal seluas 1.9 x 0,8 kilometer persegi. Kompleks candi ini terdiri dari 3 kelompok gugusan candi dan 1 buah candi yang berdiri sendiri. Uniknya semua kelompok candi ini dinamai berdasarkan tokoh-tokoh pewayangan seperti yang dalam kitab Mahabharata yaitu Kompleks Candi Gatotkaca, Kompleks Candi Arjuna, Kompleks Candi Dwarawati, dan satu lagi adalah Candi Bima yang bukan merupakan kelompok candi (berdiri sendiri). Sejarah Candi Dieng Wonosobo – Kompleks Candi Arjuna Kompleks Candi Arjuna merupakan salah satu kompleks percandian di Candi Dieng Wonosobo. Kompleks Candi Arjuna terdiri dari 5 candi yaitu Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Puntadewa, Candi Sembadra, Candi Srikandi. 1. Candi Arjuna Candi Arjuna merupakan candi utama di kelompok candi ini. Candi Arjuna berbentuk persegi berukuran sekitar 4 m2. Candi Arjuna berada di ujung paling selatan dan menghadap ke arah barat yang ditandai dengan adanya tangga pada sisi barat candi. Badan Candi Arjuna berada pada sebuah batur setinggi 1 meter.

2. Candi Semar

Candi Semar merupakan satu-satunya candi di kompleks ini yang letaknya tidak berada dalam satu deret dengan candi lainnya. Candi Semar terletak persis di depan Candi Arjuna, dan posisinya saling berhadapan. Candi Semar berbentuk persegi panjang dan mempunyai ukuran yang lebih kecil dari Candi Arjuna. Dalam Candi Semar hanya ada ruangan kosong dengan dinding yang dihiasi jendela-jendela kecil.

3. Candi Srikandi

Candi Srikandi terletak persis di sebelah utara Candi Arjuna. Candi Srikandi berbentuk kubus dengan dinding luar yang dihiasi relief Dewa Wishnu di bagian utara, Dewa Brahma di dinding selatan, dan Dewa Syiwa di dinding timur.

4. Candi Sembadra

Candi sembadra berada di sebelah utara Candi Srikandi. Bentuknya kubus di bagian atap dan bentuk seperti poligon di bagian tubuhnya.

5. Candi Puntadewa

Candi Puntadewa terletak di ujung paling utara dari deretan candi ini. Candi Puntadewa terlihat ramping dan tinggi karena berdiri di atas batur setinggi 2,5 meter. Candi ini memiliki sebuah ruangan kosong yang sempit di dalamnya. CANDI DIENG, KRONOLOGI DAN DESKRIPSI Pembicaraan tentang candi-candi di Dieng telah dibicarakan oleh N.J.Krom di dalam bukunya yang berjudul Inleiding tot de Hindoe-Javaansche Kunst (1923) , 3 jilid, E.B.Vogler dalam De Monsterkop in de Hindoe-Javaansche Bouwkunst (1949), yang membicarakan kronologi candi-candi Jawa Tengah berdasarkan ragam hias Kala-makaranya, kemudian Soetjipto Wirjosuparto membahas candi Dieng dalam karangannya berjudul Sedjarah Bangunan Kuna Dieng (1957) . Menurut Soetjipto Wirjosuparto,Kompleks Dieng ini pertama kali dikunjungi tahun 1814 oleh H.C.Cornelius, dan menurut laporannya, dataran Dieng masih berupa danau dan di antara candi-candinya ada yang terendam air. Baru tahun 1856 J.van Kinsbergen membuat gambar candi-candi Dieng ini, air dialirkan sehingga dataran menjadi kering. E.B.Vogler membagi secara kronologis candi-candi di wilayah Jawa Tengah, berdasarkan ciri-ciri ragam hias Kala-makara. Ia membuat pembabakan candi-candi sebagai berikut: Seni bangunan Jawa Tengah Kuna, namun telah hilang karena terbuat daribenda-benda yang mudah rusak Seni bangunan masa Sanjaya (pertengahan abad VII-pertengahan abad VIII),Walaupun tidak ada bekas2nya , Vogler menentukan bahwa bangunan masa Sanjaya ini berakarkan seni bangunan Pallwa India Selatan. Seni bangunan inijuga disebut bangunan Dieng Kuna. Seni bangunan Sailendra (pertengahan abad VIII-pertengahan abad IX), merupakan perpaduan unsur kesenian Dieng Kuna dan India Utara. Seni bangunan Sailendra dapat dibagi menjadi dua aliran, yaitu: Seni bangunan Dieng Baru, yang tetap meneruskan seni bangunan Dieng Kuna. Contoh adalah bangunan2 di Dieng Seni bangunan Sailendra-Jawa yang berakarkan seni bangunan India Utara, contoh adalah candi2 di daerah Kedu Selatan dan sekitar Prambanan, yaitu candi Kalasan, Sari, Lumbung, Sewu, Borobudur, Mendut, Pawon Seni bangunan Kesatuan, (pertengan abad IX-kira-kira tahun 927). Disebut “kesatuan”karena Sanjayawamsa telah bersatu dengan Sailendrawamsa melalui perkawinan. Terdapat percampuran dengan gaya seni bangunan Jawa Timur dan gaya seni bangunan dari luar Jawa . Termasuk kelompok ini adalah candi Puntadewa di Dieng, candi2 Gedongsanga, Plaosan, Sojiwan dan Lara Jonggrang. Seni bangunan Jawa Tengah akhir ((500-928), seni bangunan yang meniru candi Candi Sembadra, candi Srikandi, candi Gunung Wukir. Pembabakan candi-candi oleh Vogler ini, kemudian diikuti oleh Soetjipto Wirjosuparto dalam pengelompokan candi-candi Dieng, dalam bukunya tersebut di atas. Seperti telah dikemukakan terdahulu, candi-candi di Dieng sekarang ada delapan buah, walaupun terdapat kemungkinan dahulunya jumlah candi lebih dari delapan. Empat buah candi berjejer di sebelah utara, yaitu candi Arjuna, candi Srikandi, cabdi Puntadewa dan candi Sembodro, yang menghadap ke arah barat. Berhadapan dengan candi Arjuna terdapat candi Semar, yang berfungsi sebagai candi Perwara, menghadap ke timur. Sementara itu ada pendapat bahwa candi Perwara pun terdapat di depan candi-candi Srikandi, Puntadewa dan Sembodro, namun sekarang sudah tidak tersisa. Kelima candi ini merupakan satu kelompok, karena terdapat sisa-sisa pagar yang mengelilingi. Referensi : dari berbagai sumber http://dikkaardhi.wordpress.com/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun