Mohon tunggu...
Ardhansyah PML
Ardhansyah PML Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Mahasiswa Fakultas Pertanian

Sedang belajar menulis,bahasa inggris dan berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Luka Lama

2 Juli 2020   08:15 Diperbarui: 2 Juli 2020   08:17 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dita berdiri di tepi Pantai dengan hembusan angin yang mengibarkan layar pesiar. Tatapan mata yang tenang tertuju ke satu arah di ujung pantai dihiasi senyuman indah bidadari. Perempuan berhidung mancung itu menanjaki bebatuan yang agak tinggi. Pakaian panjangnya menyapu pasir pantai dengan perlahan. Dita hanya memandang kosong sinar senja itu. Tergambar jelas imajinasi yang telas Ia ciptakan sendiri skenarionya. Yang tergambar hanyalah rasa ingin kebebasan. Dita bergegas turun dari bebatuan itu, lalu menyusuri setapak jalan tikus yang menuju rumahnya. Teringat akan suatu hal yang harus dilakukannya saat itu. Terdengar suara adzan dengan indahnya mengringi langkah Dita menuju ke rumah,tanda bahwa kewajibannya harus dilaksanakan. Sudah menjadi rutinitasnya untuk melaksanakannya, terlihat di balik kain penghalang pintu kamarnya dengan tenangnya Dita berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Penuh syukur karena telah melewati hari ini dengan baik. Sungguh langka rasanya melihat pemandanagan serupa di masa sekarang bahwa para gadis dengan hikmatnya beribadah.

Dipandangnya bingkai foto di dinding kamarnya terpampang jelas memori lama bersama orangtuanya. Masih terekam jelas kejadian malam itu, yang jika mengingatnya Dita bisa terhilang pandangannya karena sakit itu masih terasa jelas di kepalanya. Semakin ingin melupakannya maka semakin jelas tersaji drama masa lalu itu.

"Dita,sudah makan belum?" Tanya Bibi Salehah kepada Dita.

            Bibi salehah adalah ibu angkatnya saat ini,setelah kejadian malam itu Dita tinggal bersama Bibi Salehah dan Paman Ahsan serta anaknya Halimah yang masih sekolah dasar kelas 4 itu. Setidaknya tempat yang paling nyaman saat ini adalah istana sederhana ini. Langkah kakinya membawanya menuju meja makan yang telah siap menyambutnya untuk makan malam bersama. Berkumpul keluarga kecil itu menikmati makan malam yang syahdu. Paman Ahsan memulai pemnbicaraan dengan bertanya kepada Dita.

"Dita,kamu ini anak yang kuat,kamu masih ingatkan kejadian malam itu?" Paman masih ingat betul dalam mimpi-mimpi setiap tidur Paman. Masih jelas Paman melihat Ayah dan Ibumu bersimbah darah karena orang itu.

Paman Ahsan menceritakan jelas kejadian malam itu. Tepat 10 tahun lalu kedua orang tua Dita meninggalkannya,tiba-tiba rumahnya didatangi seseorang misterius yang mengenakan kain hitam dan penutup kepala seperti ninja. Kejadian itu terjadi setelah Ayah Dita dapat mengungkap kasus penyebaran narkoba. Ayah Dita yang merupakan seorang anggota Intel Satreskrim Polisi Daerah itu merupakan orang yang penuh dengan kasus tersembunyi,keluarganya selalu tertutup agar tak terendus keberadaannya. Bahkan Dita tak bisa hidup bebas dan bahagia layaknya keluarga lainnya. Meninggalkan kejadian tak terlupakan tadi. Dita sekarang tumbuh menjadi gadis yang kuat dan tegar. Paman Ahsan pun mengakhiri cerita panjangnya itu sekaligus menutup acara makan malamnya hari itu.

 "Paman,bibi terima kasih ya telah merawatku hingga saat ini, aku tak bisa membalas jasa dan kasih sayang yang telah diberikan padaku." Ucapnya dengan meneteskan air mata.

 "Sudah menjadi kewajiban Paman dan Bibi untuk merawatmu,bagaimanapun juga Ayahmu itu adalah adik Paman dan kamu ini keponakan Paman, dan sekarang kamu itu Anak Paman.Jadi kamu tidak usah segan lagi dengan Paman dan Bibimu."

"Ia Dita,kamu gak usah pikirin itu sekarang kamu raihlah cita-citamu itu dengan baik,kamu dikuliahkan oleh Paman dan Bibi agar kamu bisa melihat orang tuamu ini dan orangtuamu di surga sana senyum bahagia." Sahut bibi salehah.

            Percikan suara air kran di sudut belakang rumah Paman Ahsan menandakan Dita bangun mengawali hari dan siap untuk melaksanakan ibadah menghadap Illahi. Fajar telah berlalu kicauan burung mengiringi langkah Dita bersiap menuju kampus tempat Ia menempuh perguruan tinggi saat ini. Dita sudah memasuki semester 5 dengan jurusan Pendidikan Matematika. Prestasinya semasa sekolah hingga kini lah yang mengantarkannya dapat bertahan hingga biaya kuliahnya ditanggung oleh negara,karena ia termasuk salah satu penerima beasiswa Mahasiswa berprestasi. Hal itulah yang membuat Paman dan Bibinya tidak keberatan jika Dita melanjutkan pendidikannya. Walaupun Dita seorang Yatim Piatu tentu Dita tidak kekurangan kasih sayang dari Paman dan Bibinya. Hari itu Dita berangkat ke kampus dengan kendaraan umum kota yang biasa menuju ke kampus. Duduk di bangku terdepan adalah favoritnya sejak dulu,menandakan Dita selalu datang pagi hari tanpa terlambat.

"Eh.. maaf ya.." ucap seorang Pria di sebelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun