Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Puasa dan Arti Menang Melawan Nafsu

14 Maret 2024   21:19 Diperbarui: 14 Maret 2024   22:41 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Puasa sering dilihat secara salah oleh beberapa orang atau pihak. Alih-alih Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim, kita yang sedang menjalankan puasa itu sering menuntut orang lain untuk mengerti kita.

Dalam sebuah kantor misalnya, orang yang sedang tidak berpuasa harus bersembunyi jika harus makan siang. Kantin kemungkinan tidak buka dan warung-warung di sekitar kantor juga begitu.

Padahal jika kita tilik bersama, perintah dari nabi untuk berpuasa tidak makan, tidak minum dantidak melakukan persetubuhan selama matahari ada (bersinar) hakekatnya adalah latihan menahan diri agar tidak kebablasan. Hawa nafsu (makan termasuk hawa nafsu) yang tidak termanage (di atur) dengan baikbisa menjadi sumber petaka. Misal terlalu banyak makan mungkin menyebabkan kita menjadi gemuk dan berpenyakitan. Begitu juga dengan syahwat, jika tidak dikendalikan akan menjadi hal yang buruk bagi keluarga dan masyarakat. Pelanggaran terhadap norma-norma agama dan sosial berawal dari hawa nafsu yang diperturutkan.

Latihan menahan diri dalam perintah puasa Ramadan tersebut memiliki tujuan membentuk pribadi yang bertakwa. Bertakwa berarti menaati peraturan dan menjauhi larangan agama.

Memang bagi beberapa orang sangat tidak mudah untuk menahan diri atau mengendalikan diri. Ibarat pasukan, peperangan tidak terelakkan dan ada tuntutan untuk menang. Hawa nafsu bisa diibaratkan sebagai pasukan untuk harus mengendalikan diri. Dengan mengendalikan diri dan patuh (takwa) pada aturan, pasukan akan menang. Dan sebaliknya jika pasukan "semau gue" maka akan kalah. Dengan analogi ini, maka di akhir pertempuran, pasukan harus memetik kemenangan.

Kita ingat pada tahun 8 Hijriah, Rasullulah dan para sahabatnya datang ke Makkah untuk merebut kota asal mereka. Peperangan ini amat menakjubkan karena tidak ada korban jiwa diantara mereka karena penduduk Makkah sudah pasrah dengan nasihb mereka. Mereka sadar bahwa selama ini mereka bersikap jahat kepada nabi dan para sahabatnya. Tidak saja jahat tapi kejam.

Namun, apa yang terjadi ? Dalam peperangan itu Nabi Muhammad tetap memafkan dan menerima mereka dengan tangan terbuka. Tidak ada balas dengan atas perbuatan warga Makkah atas para sahabat Nabi dan Nabi sendiri.

Dari ilustrasi peperangan pada 8 Hijriah itu, orang mulai paham soal arti kemenangan sejati yang diajarkan para nabi. Bahwa kemenangan sejati tidak menuntut balas dengan atau merasa superior. Sehingga umat muslim akan tetap menang jika kita kuat menahan godaan apapun saat berpuasa.

Jadi , jangan gusar jika ada yang makan di depan kita. Kitalah yang harus kendalikan diri kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun