Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berjihad Mempertahankan Keberagaman NKRI

13 Oktober 2017   06:46 Diperbarui: 13 Oktober 2017   07:05 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bhineka Tunggal Ika - www.dafont.com

Beberapa waktu terakhir ini, Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, menjadi sorotan dalam perbincangan kita tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beberapa bulan lalu ketika Gatot harus menjawab pertanyaan Pemimpin Redaksi Kompas TVtentang "peci putih" yang digunakannya dalam aksi yang dilakukan kelompok massa yang menamakan diri sebagai Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI), posisi militer seakan-akan dianggap berada di luar pengertian NKRI karena mendukung kelompok massa yang cenderung "menolak" masyarakat non-muslim.

Ketika itu, Gatot menganggap peci putih itu digunakannya sebagai upaya untuk menenangkan massa agar kerumunan itu merasa bahwa Panglima TNI adalah bagian dari mereka. Namun, permainan simbol seperti ini telah melebarkan anggapan bahwa Panglima TNI membela sikap orang-orang yang memusuhi non-muslim dalam kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Gubernur DKI Jakarta kala itu, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama.

Gatot kembali menjadi populer ketika ia mengusulkan pemutaran kembali film Pengkhianatan G 30 S/PKI usai kerusuhan di Gedung Lembaga Bantuan Hukum Jakarta ketika di tempat itu diadakan seminar para korban kasus 1965. Dalam posisi ini, wacana NKRI muncul kembali, namun dengan perseteruan berbeda: dari Islam ke komunis.

Menyongsong akhir September yang menegangkan itu, muncul juga pernyataan yang cenderung "menenangkan" yang diucapkan Gatot. Pada peringatan Tahun Baru Islam 1439 di Markas Besar TNI di Cilangkap, 27 September silam, Gatot menggunakan kata yang sangat Islami, "jihad", dalam upaya untuk mendukung NKRI. "Apabila keimanan dan ketakwaan kita tebal, kita akan sadar bahwa dalam melaksanakan tugas-tugas membela NKRI (itu) adalah jihad dan tidak ada yang perlu ditakutkan," kata Gatot.

Jelas sudah, ketika seorang pemimpin militer mengatakan tidak ada yang perlu ditakutkan saat membela NKRI karena itu adalah bagian dari jihad, dengan sendirinya pemikiran bahwa jihad hanyalah digunakan dalam khasanah negara Islam dan bukan negara modern seperti Indonesia menjadi luruh. Inilah jihad yang sangat Indonesia. Karena pada dasarnya, perjuangan memerdekakan Indonesia dari penjajah asing pernah diimani sebagai jihad layaknya perang yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Saat ini, sudah menjadi tugas kita untuk menjaga dan menuntut sikap Panglima TNI untuk tetap bertahan pada pemikiran bahwa membela NKRI adalah jihad. Dengan demikian, jihad untuk NKRI juga adalah jihad terhadap kebhinnekaan, terhadap seluruh golongan masyarakat yang hidup di Indonesia, apapun suku dan agamanya. Seperti kita tahu, Indonesia merupakan negara yang beragam. 

Indonesia mempunyai banyak suku dan budaya, yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Semuanya itu penuh dengan perbedaan. Namun bukan berarti perbedaan itu menjadi sumber persoalan. Perbedaan itu justru memperkaya negeri ini. Ibarat taman bunga, Indonesia merupakan taman yang dipenuhi beraneka warna bunga yang enak dipandang. Karena itulah, mari pertahankan keberagaman negeri ini. Dengan berjihad terhadap negara, maka secara tidak langsung kita juga turut andil dalam mempertahankan keberagaman Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun