Mohon tunggu...
Ardana Pramayoga
Ardana Pramayoga Mohon Tunggu... Jurnalis

saya seorang jurnalis muda dan kreatif yang aktif meliput isu-isu sosial, budaya, dan peristiwa aktual di Indonesia. Memiliki minat besar dalam dunia multimedia, fotografi, dan penulisan feature, saya dikenal lewat gaya narasi yang berusaha memberikan ilmu baru kepada pembaca. saya juga terlibat dalam produksi konten kreatif dan promosi digital untuk berbagai event, serta terus mengembangkan kemampuannya di bidang jurnalistik, desain grafis, dan videografi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komunitas Bocil Bantengan di Batu Bangkitkan Tradisi Lewat Edukasi Anak

14 Juli 2025   02:25 Diperbarui: 14 Juli 2025   02:35 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak Bantengan Bocil tampil penuh semangat dalam atraksi kesenian Bantengana, Kota Batu, (Sabtu, 5/7/2025, Ardana Pramayoga)

Batu - Tradisi kesenian Bantengan kembali hidup di tengah masyarakat Jawa Timur melalui pendekatan edukatif oleh Komunitas Bocil Bantengan di Desa Sejahtera Astra, Bumiaji, Kota Batu, sejak beberapa tahun terakhir.

Anjani Sekar Arum, penggagas komunitas tersebut, memfasilitasi anak-anak dan remaja untuk mempelajari seni Bantengan sebagai media pendidikan nilai-nilai luhur dan pelestarian budaya. "Kami ingin meregenerasi pelestari Bantengan dan mengubah stigma negatif tentang kesenian ini menjadi ruang pembelajaran yang positif," kata Anjani saat menjadi pembicara dalam Lomba Foto Astra 2025 dan Anugerah Pewarta Astra 2025, Sabtu (5/7/2025).

Anjani merupakan putri dari Agus Tobron, pendiri kelompok Bantengan Nuswantara. Berbekal latar belakang keluarga seniman, ia memilih mengembangkan Bantengan melalui pendekatan sosial dan pendidikan. Ia juga menggagas pelatihan membatik dengan motif Bantengan dan membina pembatik cilik dari kalangan peserta komunitas.

Kesenian Bantengan sendiri merupakan warisan budaya yang berkembang sejak tahun 1960-an di wilayah Malang Raya, dengan akar tradisi dari kebo-keboan Ponorogo. Dalam geraknya, Bantengan memuat nilai bela diri tradisional, penghormatan leluhur, serta ajaran karakter seperti gotong royong, keberanian, dan tanggung jawab sosial.

Bocah peserta Bantengan Bocil mengangkat kepala banteng dengan bangga sebelum pertunjukan (Sabtu, 5/7/2025, Beril Bestarino Otniel Sasongko)
Bocah peserta Bantengan Bocil mengangkat kepala banteng dengan bangga sebelum pertunjukan (Sabtu, 5/7/2025, Beril Bestarino Otniel Sasongko)

Di era digital, kesenian ini mengalami lonjakan popularitas. Hingga 5 Juli 2025, tagar #Bantengan tercatat dalam lebih dari 362 ribu unggahan di TikTok, 107 ribu di Facebook, dan 30 ribu di Instagram. Di Kabupaten Malang, pertunjukan Bantengan rutin digelar mingguan sejak Agustus 2023 dan menjadi hiburan yang diminati anak-anak di berbagai kecamatan.

Menurut Anjani, ada beberapa faktor yang mendorong meningkatnya minat terhadap Bantengan, khususnya di kalangan muda. Di antaranya adalah paparan media sosial, keterlibatan keluarga dalam pelestarian tradisi, serta daya tarik visual dari kostum Bantengan yang penuh warna. Selain itu, kegiatan Bantengan turut mendukung perkembangan motorik dan keterampilan sosial anak-anak.

"Banyak anak-anak yang rela berlatih hingga larut malam untuk mendalami gerakan Bantengan. Ini bukan sekadar hiburan, tapi ruang eksplorasi budaya yang mendidik," tambahnya.

Seorang anak menari menggunakan kostum macan dalam pertunjukan Bantengan Bocil yang disaksikan puluhan warga.  (Sabtu, 5/7/2025, Ardana Pramayoga)
Seorang anak menari menggunakan kostum macan dalam pertunjukan Bantengan Bocil yang disaksikan puluhan warga.  (Sabtu, 5/7/2025, Ardana Pramayoga)

Melalui Komunitas Bocil Bantengan, tradisi ini juga memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat. Batik motif Bantengan yang diproduksi oleh anak-anak menjadi produk kreatif khas desa. Pertunjukan seni juga menarik wisatawan, mendukung pelaku UMKM, pengrajin, dan pelaku wisata lokal.

Pendekatan Anjani menjadi contoh bagaimana seni tradisi dapat direvitalisasi sebagai sarana pendidikan, ekonomi, dan pariwisata. Ia tidak hanya merawat warisan budaya, tetapi juga membingkai ulang kesenian Bantengan sebagai bagian dari identitas masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun