Mohon tunggu...
ARCITA DOA SAFITRI
ARCITA DOA SAFITRI Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Financial

Apakah tingginya Country Risk di negara berkembang selalu menjadi hambatan bagi investor?

27 April 2025   22:08 Diperbarui: 27 April 2025   22:07 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Menurut laporan World Bank, negara-negara berkembang saat ini menyumbang hampir 60% pertumbuhan ekonomi global. Ironisnya, mereka juga dikenal memiliki tingkat country risk tertinggi. Situasi ini menciptakan dilema klasik: menghindar karena takut, atau maju dengan keberanian membaca peluang?

Kalau bicara tentang investasi global, negara berkembang sering kali mendapat label sebagai kawasan dengan country risk tinggi. Ketidakstabilan politik, sistem hukum yang belum mapan, hingga isu ekonomi makro yang rentan membuat banyak investor asing berpikir dua kali sebelum menanamkan modal. Namun, apakah benar tingginya country risk di negara berkembang selalu menjadi hambatan investasi? Dalam kenyataannya, negara-negara seperti Indonesia justru menawarkan potensi pertumbuhan yang sulit ditandingi oleh negara maju. Tinggal bagaimana para pelaku ekonomi membaca risiko tersebut sebagai tantangan sekaligus peluang.

Untuk memahami lebih dalam, kita perlu melihat bagaimana perbedaan karakteristik country risk antara negara berkembang dan negara maju.

Negara berkembang dan negara maju memiliki perbedaan karakteristik yang terlihat jelas, Kita bisa ambil contoh Indonesia, Filipina, dan Brazil. Mereka memiliki pasar yang besar dan berpeluang untuk menghasilkan penjualan tinggi dari produk atau jasa yang mereka tawarkan. Selain itu, tenaga kerja di negara-negara tersebut sangat berlimpah dan terus berkembang, dengan biaya tenaga kerja yang relative lebih murah dibanding negara lain. Hal-hal berikut jarang dijumpai di negara maju sehingga menjadikan negara tersebut menarik perhatian para investor.

Namun dibalik banyaknya kelebihkan yang ditawarkan kepada para investor, country risk menjadi pemicu mengapa investor harus berpikir dua kali untuk memarkir modal mereka di negara berkembang. Ketidakstabilan ekonomi, permasalahan politik dan maraknya korupsi menjadi masalah yang membuat negara rentan ditinggal pergi oleh investor. Contohnya di Indonesia pada tahun 1998, Para investor asing pada masa itu beramai-ramai meninggalkan Indonesia karna takut mendapatkan kerugian. Perusahaan yang terlanjur masuk menjual aset mereka dengan harga murah agar bisa cepat keluar dari Indonesia. Proyek asing ditunda bahkan sampai dibatalkan. Kacaunya situasi saat itu tak lain disebabkan oleh kerusuhan sosial dan politik, dan hancurnya ekonomi yang disebabkan oleh krisis moneter parah yang menyebabkan rupiah sangat anjlok sedangkan harga bahan naik drastis. Selain itu, belum ada hukum yang bisa melindungi bisnis asing.

Sedangkan di negara dengan country risk yang rendah, para investor merasa aman karena kondisi politik, hukum, dan ekonomi negara tersebut lebih stabil dibandingkan negara berkembang. Keuntungan lain yang diberikan yaitu aturan bisnis yang jelas dan konsisten membuat investor lebih tenang dalam merencanakan bisnis jangka panjang tanpa takut perubahan yang mendadak. Selain itu, tingkat inflasi dan suku bunga yang lebih terkontrol membuat nilai investasi lebih stabil dibandingkan negara berkembang. Walaupun beberapa hal seperti imbal hasil yang lebih kecil dibandingkan jika berinvestasi di negara berkembang, namun resiko kerugian yang dihasilkan jauh lebih rendah sehingga banyak investor besar tetap memilih untuk investasi di negara dengan country risk rendah untuk parkir modal mereka.

Meski perbedaan ini cukup jelas, kenyataannya country risk di negara berkembang tidak selalu menjadi tembok penghalang investasi. Justru sebaliknya, risiko ini bisa diartikan sebagai peluang besar bagi mereka yang berani mengambil langkah.

Negara dengan country risk yang tinggi seperti Indonesia dan India memiliki penduduk yang banyak sehingga peluang pasar sangat besar dan belum banyak pesaing. selain itu, sumber daya alam yang melimpah seperti minyak, nikel dan lain-lain dapat menjadi keuntungan besar bagi para investor seiring dengan pembangunan infrastruktur yang terus berkembang. Para investor cerdas memiliki cara tersendiri untuk mengurangi resiko yang akan terjadi. Contohnya adalah membuka asuransi politik untuk menutup kerugian perusahaan bila suatu hari ada perubahan politik yang merugikan. Serta membangun Kerjasama dengan partner lokal supaya lebih mengerti pasar dan aturan yang berlaku. Jadi, country risk tidak selalu menjadi alasan investor mundur, bahkan malah menjadi alasan untuk investor masuk. Meskipun banyak resiko yang dapat terjadi, investor tahu cara untuk mengelola resiko itu dengan baik.

Sejumlah contoh konkret bisa menunjukkan bagaimana negara berkembang tetap mampu menarik investasi meski berhadapan dengan country risk yang tinggi. Kita bisa ambil contoh dalam negeri dengan datangnya Tesla sebagai investor. Mengapa mereka bisa tetap investasi di Indonesia? Tesla sebagai salah satu perusahaan mobil listrik terbesar di dunia pastinya membutuhkan bahan baku untuk memproduksi baterai mobil listrik, sedangkan Indonesia memiliki simpanan nikel yang melimpah. Dengan mengesampingkan ketidakpastian politik dan perubahan hukum yang bisa sewaktu-waktu bisa terjadi, Tesla lebih melihat adanya keuntungan besar jika mereka bisa mengambil nikel dari Indonesia karenayang mereka dapat akan jauh lebih besar daripada mendapatkan kerugian dari risikonya.

Contoh lain bisa kita lihat dari negara Afrika Selatan, resiko politik yang tidak stabil dan masalah keamanan negara tidak membuat perusahaan takut untuk investasi di negara tersebut. Afrika Selatan kaya sekali dengan mineral seperti emas, platinum, berlian, dan lain-lain. Sama seperti yang terjadi di Indonesia, Perusahaan besar seperti Anglo American tetap mengambil risiko untuk tetap berinvestasi karena potensi keuntungan dari hasil tambang itu sangat besar dibandingkan risiko yang dihadapi. Jadi, investor tetap tertarik karena ada peluang keuntungan besar yang mereka bisa dapatkan. Sumber daya alam yang melimpah atau pasar yang berkembang pesat memberikan alasan kuat bagi investor untuk tetap masuk meskipun ada risiko karena keuntungan yang bisa didapat jauh lebih besar.

Meskipun peluang terbuka lebar, bukan berarti risiko bisa diabaikan begitu saja. Ada tantangan-tantangan nyata yang tetap harus menjadi perhatian, baik bagi negara berkembang maupun calon investor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun