Mohon tunggu...
Dr Akhmad Aflaha SE MM
Dr Akhmad Aflaha SE MM Mohon Tunggu... Dosen

Akademisi, penulis, dan praktisi pendidikan yang dikenal melalui karya-karyanya di bidang pengembangan karakter, manajemen strategik, dan pemberdayaan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Makan Bergizi Gratis: Tanggung Jawab Profesional Guru dalam Menyikapi Program yang Kontradiktif

30 September 2025   15:21 Diperbarui: 30 September 2025   15:20 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu program unggulan pemerintah dengan niat mulia: memastikan anak-anak Indonesia, khususnya siswa sekolah, mendapatkan asupan gizi yang cukup agar tumbuh sehat, cerdas, dan berdaya saing. Namun, di balik niat tersebut muncul sejumlah problem yang patut dikritisi secara sehat.

Di satu sisi, pemerintah mengalokasikan anggaran hingga Rp 15.000 per porsi sebagaimana disampaikan dalam berbagai pemberitaan (Detik, 24 Juni 2024; Tempo, 3 Juli 2024). Akan tetapi, di lapangan, implementasi program ini kerap hanya menggunakan kisaran Rp 10.000 per porsi dengan menu yang justru diragukan kandungan gizinya. Beberapa daerah bahkan terpaksa mengganti menu standar dengan roti tawar atau sereal instan karena keterbatasan anggaran dan logistik (Kumparan, April 2024).

Lebih jauh, kasus keracunan massal yang terjadi di Sukabumi dan Palembang (Kompas TV, Liputan6, Detik, Juni–Juli 2024) semakin menegaskan bahwa pelaksanaan MBG tidak semudah slogan yang digaungkan.

Guru sebagai Garda Terdepan Profesionalisme

Dalam situasi ini, peran guru menjadi krusial. Guru tidak hanya berfungsi sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pengawal profesionalisme dalam memastikan program yang masuk ke sekolah selaras dengan tujuan pendidikan. Ada beberapa tuntutan profesional yang perlu dipegang guru dalam menyikapi MBG:

1. Mengutamakan keselamatan dan kesehatan siswa

Guru harus berani menyuarakan keberatan jika menu MBG tidak memenuhi standar gizi atau bahkan berpotensi membahayakan siswa.

2. Mengintegrasikan pendidikan gizi dalam pembelajaran

MBG seharusnya tidak hanya dimaknai sebagai konsumsi makanan gratis, tetapi juga sebagai media edukasi. Guru dapat menanamkan kesadaran pentingnya gizi seimbang kepada siswa.

3. Menjadi mitra kritis pemerintah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun