Mohon tunggu...
Abah Iqbal
Abah Iqbal Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, tepat tatkala mentari berkalang rembulan. Bergelar Abah bukan karena ahli agama atau orang alim, melainkan menjadi doa agar segera berkeluarga. Pakai Peci karena atribut nasional. Berkalung sorban bukan karena perempuan, melainkan takut masuk angin. Hanya seorang sontoloyo (mencari kewarasan dalam kesintingan). Menulis dalam rangka menenangkan "the beast" di dalam "suksma", "menggugah", sekaligus mengingatkan diri sendiri. Terkadang butuh dihina agar dapat selalu ingat dan waspada untuk merendahkan hati kepada sesama dan merendahkan diri kepada Yang Maha..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perkeliruan Istana Singa; Kisah Dibalik Perseteruan Cicak & Buaya

13 November 2009   06:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:21 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mak!! Ada peristiwa biadab di hutan kala bendu kita! Buaya memangsa dan mencuri domba-domba yang sedang merumput di tepi sungai; domba-domba milik penghuni hutan yang dititipkan kepada Panda. Aku yang kebetulan sedang berada di sana untungnya masih sempat melarikan diri dan bersembunyi di balik pepohonan. Namun Cicak menyaksikan peristiwa tersebut. Lalu Buaya menangkap dan menganiaya Cicak sampai babak belur tak berdaya..hingga buntung ekor dan picak matanya.. Mak!! Hatiku luka. Jiwaku menangis menyaksikan kebiadaban itu. Hampir saja kulupakan lemahnya ujud utuh tubuhku untuk menerjang terjang Buaya, mencoba enyahkan kesemena-menaan di depan mata... kalau saja Paman Burung Hantu tidak mendadak berkukuk dan menuturkan sebuah Hikayat dari dahan pohon sebelah.. Inilah Sahibul Hikayat yang dikukukkan Paman Burung Hantu.. "..Anakku, yang sedang kau saksikan hanyalah sebuah nukilan dari Maha Rencana Jahil dari Istana Singa. Inilah buah keterlenaan rayuan candu segenggam kekuasaan. Raja Singa sesungguhnya adalah pemimpin yang baik walau tak bergigi dalam memerintah. Namun kepemilikan atas candu segenggam kekuasaan ditambah hasilnya, yaitu candu segenggam berlian karena buaian dan kerjasama dengan para Lelembut Hutan, membuatnya enggan turun dari tampuk kekuasaan tertinggi di Hutan Kala Bendu. Demi mempertahankan kepemilikan atas candu segenggam kekuasaan, maka disusunlah sebuah Maha Rencana Jahil yang nukilannya engkau saksikan saat ini, wahai anakku.. Raja Singa dan antek-anteknya, termasuk Buaya kerap kali melakukan pencurian demi pencurian terhadap ternak penghuni hutan dalam penjagaan Panda. Patut engkau ketahui, sesungguhnya Panda adalah jelmaan Lelembut Hutan, yang sering pula menjelma menjadi Tikus Botak Berbulu Menjijikkan. Itulah alasan mengapa antek-antek Raja Singa sedemikian mudah mencuri ternak penduduk. Anakku, ini salah satu pembelajaran agar engkau dapat melihat melintas batas bentuk dan warna..tak selamanya yang indah dan lucu seperti Panda, sesungguhnya adalah bentuk dan warna aslinya. Lalu untuk apa ternak-ternak itu dicuri? Jawabannya adalah untuk ditukar dan dialih rupa, lalu diberikan kembali kepada penghuni hutan. Untuk apa? Sehingga penghuni hutan akan mendaulat kembali Raja Singa ke tampuk kekuasaan tertinggi. Dan telah engkau saksikan sendiri salah satu realisasi dari Maha Rencana Jahil itu.. Raja Singa kembali berkuasa. Bahkan demi melanggengkan kekuasaannya, ia siasati sehingga sebagian besar Dewan Hutan diisi oleh para penjilat bokongnya. Pada nantinya, Dewan Hutan akan berusaha mengubah batas waktu kepemilikan candu segenggam kekuasaan dari 2 periode menjadi tak terbatas. Bila siasat ini tidak berhasil, maka ia persiapkan Ratu Singa menjadi Ketua Partai Hewan yang mendukungnya, dimana nantinya Ratu Singa akan disokong menjadi penerus pemegang tampuk kekuasaan tertinggi. Dan kemudian akan dilanjutkan oleh anak mereka, Singa Muda Mahkota. Sama seperti kisah Raja Singa Tua dan Raja Singa Muda yang diselingi oleh Panda sebagai pimpinan tertinggi di Negeri Singa sana. Itulah mengapa pembantu-pembantu Raja Singa saat ini hanya ada 1-2 hewan muda, agar Singa Muda Mahkota tampil tanpa pesaing dalam melanjutkan penguasaan atas candu segenggam kekuasaan... Sungguh Raja Singa telah terlena dan terbuai... Anakku, Cicak adalah perwakilan Dewa Bumi, memberikan laporan secara berkala sehingga Dewa Bumi dapat senantiasa menyeimbangkan diri-Nya. Melalui dinding-dinding Istana Singa, Cicak mengendus Maha Rencana Jahil ini. Pemadat kekuasaan pasti membuat kerusakan di muka bumi ini. Candu kekuasaan membuatnya merasa lebih dari makhluk-makhluk lainnya, sehingga akan menindas sesama dan memperkosa bumi ini demi kepuasan batinnya. Cicak menyadari perkeliruan yang sedang berlangsung di Istana Singa. Namun, sebelum sempat ia melaporkan kepada Dewa Bumi, Penghuni Istana Singa dan antek-anteknya mengetahui perbuatan Cicak.. dan inilah muasal perbuatan biadab yang terjadi di depan matamu saat ini.. Singkat kata… Raja Singa terbuai candu segenggam kekuasaan… Lelembut Hutan mengimbas-imbasnya dengan ternak yang dapat dimangsa dan curi demi mempertahankan kepemilikan candu tersebut.. Lelembut Hutan berkepentingan atas penguasaan terhadap candu segenggam berlian... Cicak mengendus permufakatan jahat ini... Raja Singa dan antek-anteknya, yaitu oknum Buaya ditambah oknum makhluk baru hasil rekayasa genetika, Godzilla, berusaha membinasakan Cicak sehingga tidak melaporkan Maha Rencana Jahil tersebut kepada Dewa Bumi... ...Inilah tragedi dan perkeliruan yang sedang berlangsung di Hutan Kala Bendu tercinta kita, wahai anakku...” Demikianlah tutur Paman Burung Hantu kepadaku, Mak... Dan, Mak.. Ternyata Dewa-Dewa tidaklah tidur. Tak lama setelah Paman Burung Hantu berkukuk, kulihat Katak, Kadal, Jangrik, Lebah, Laba-Laba, Semut Rang-rang, dan jutaan penghuni hutan bertubuh kecil lainnya bergerombol. Bahkan para Buaya dan Godzilla muda ikut bergabung!! Semutpun kan marah bila diinjak, Mak. Maha Rencana Jahil yang telah lama berlangsung ini memuakkan mereka. Kini mereka semua bersatu padu melawan Maha Rencana Jahil itu. Mereka mengusir Buaya antek Raja Singa dan melindungi Cicak secara spontan. Lalu perlahan mereka menuju Istana Singa... Rupanya, tanpa Dewa Bumi campur tangan, para penghuninya yang merupakan ”darah” bumi, secara naluriah berusaha menyeimbangkan bumi ini. Air akan terus mengalir mencari jalannya, Mak. Membanjir dan meluluhlantakkan bila terus-menerus dibendung secara paksa. Mak, sengaja aku pulang menjemputmu. Walau renta tubuhmu, namun ini merupakan panggilan semesta dalam menyeimbangkan dirinya. Mari kita bergabung dengan jutaan penghuni hutan. Mari kita ikuti aliran air yang sedang mencari jalan keluar karena terlalu lama dibendung secara paksa... Semoga Penghuni Istana Singa sadar sebelum Istana Singa luluh lantak oleh terjangan kita, Mak... Catatan: Kesamaan waktu, tempat dan nama dalam cerita ini merupakan suatu kebetulan semata By: Muhammad Iqbal 13 November 2009 Kupang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun