Mohon tunggu...
Araska Mada
Araska Mada Mohon Tunggu... -

Semua tulisannya boleh disebarkan secara bebas... :)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mencari Wujud Kebahagiaan

8 April 2016   15:07 Diperbarui: 8 April 2016   15:13 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setiap makhluk hidup berusaha mencari kebahagiaan tetapi apakah wujud dari kebahagiaan itu sebenarnya?

Pada saat kita kanak-kanak, kita tampaknya hidup dengan begitu bebas, tidak peduli apapun dan hanya ingin bersenang-senang dalam kehidupan kita. Saat kita mulai beranjak dewasa dan melihat dunia. Kita tanpa sadar mengikuti jalur yang mengatakan jika kekayaan adalah kebahagiaan.

Kita melihat banyak orang kaya yang mampu bersenang-senang karena memiliki banyak uang. Maka kita pun mulai mencari uang mati-matian. Bersedia melakukan apapun, bekerja keras, belajar keras, mengais-ngais tanah bahkan bersedia mengais-ngais langit. Semua dilakukan demi untuk mendapatkan kekayaan.

Harus kuakui, aku adalah salah satu korbannya. Pada masaku dulu, aku berpikir dunia adalah milikku, dengan kerja keras, dan kecerdasanku, aku dapat menaklukkan kehidupan dan mengumpulkan kekayaan ke dalam hidupku. Aku berani dan bersedia melakukan apapun demi mencapai mimpiku. Pada kenyataannya, hal itu membuatku tidak pernah puas dalam hidupku, aku selalu menemukan seseorang yang lebih baik dariku dan keinginanku selalu berkata, “Jika kamu belum mencapai tahap seperti dia, sukses seperti dia, kamu tidak pantas untuk beristirahat, tidak pantas untuk bersenang-senang, kamu harus menjadi sapi dan kerbau untuk berkerja lebih keras lagi.”

Lalu untuk meningkatkannya, aku mulai mengikuti seminar-seminar bisnis, pengembangan diri, dan semua yang berkata, “Pikirkan bisa, kamu pasti bisa.” Semua itu membuatku merasa lebih baik dan merasa dapat melakukan apapun. Maka aku bekerja sebagai budak yang baik atas keinginanku dan terus mengejar impainku.

Bukannya aku patah semangat, akan tetapi perjuangan bertahun-tahun, mencoba untuk positif thinking, perjalanan mencari kebahagiaan, terjerat oleh keinginan. Saat menemukan aku tidak mencapai apa yang kuinginkan, bahkan malahan semakin terlihat menjauh, apalagi saat melihat rekan-rekan lain yang bergerak maju tanpa berusaha keras. Aku tidak menyerah, aku hanya kembali duduk berpikir, apa yang salah denganku.

 Siapapun pasti merasa lelah dalam perjalanan panjang tanpa hasil. Maka di sebuah seminar cara menjadi sukses yang dihadiri orang terkenal, pembicara dan pebisnis terkenal internasional. Aku memberanikan diri bertanya akan sebuah pertanyaan yang sudah mengantung cukup lama.

“Pak pembicara, aku telah mengikuti banyak seminar, membayar mahal setiap tiket masuknya. Tadi aku mendengar bagaimana anda dengan mindset yang tepat dapat membuat anda menjadi kaya. Aku hanya ingin bertanya, diriku sudah belajar begitu banyak, membaca begitu banyak, juga menghadiri banyak seminar mengapa aku belum juga sukses? Apa lagi yang kurang dariku sehingga aku bisa sukses?”

Beberapa penonton ikut bersorak membenarkan. Mereka juga seperti diriku haus akan kesuksesan namun tidak pernah berhasil meraihnya. Pembicara tersebut tidak dapat menjawab dengan tepat namun berputar-putar. Namun akhirnya aku menyadari bahwa kami tidak memiliki sesuatu yang namanya “KESEMPATAN”.

Kata orang sukses paduan kesuksesan adalah Orang yang Tepat, di tempat yang Tepat, dan juga di saat yang tepat. Jika ketiga kondisi itu bertemu, seseorang dapat naik dengan mudah menuju kesuksesan.

Akan tetapi, banyak orang-orang yang tepat, yang cerdas dan memiliki semangat saing tinggi, tidak berada pada tempat yang tepat atau saat yang tepat, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk sukses. Bahkan tidak jarang terdengar sarjana yang jadi Pedagang Kaki Lima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun