Arung Palakka atau LA TENRI TATTA TO UNRU ARUNG PALAKKA PETTA TORISOMPAE DATU MARIO RIWAWO NAMA ISLAMNYA SULTAN SAADUDDIN NAMA MAKASSARNYA DAENG SERANG MALAMPE GEMME'NA RI BONE. adalah Raja Bone Thn 1667-1696, dari Kerajaan Bone tempo dulu sekarang Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Banyak gelar dan jabatan yang disandangnya, dari negrinya Bone dan dari daerah-daerah yang dibebaskannya serta daerah yang disinggahi.
Buton atau disebut Butuni adalah salah satu daerah singgahannya, mencari suaka politik disana. Bersama kurang lebih 400 rombongannya. Ia ke Buton untuk mundur mengatur strategi akan penguasaan kerajaan Gowa atas negrinya, dan menjadikannya sebagai target utama penangkapan.
Nama LAKINA HOLIMOMBO adalah Gelar Raja (Lakina = Raja) pada salah satu daerah dari 72 kadie yang ada di masa Kesultanan Buton. disitu ia menjadi Raja untuk para pengikutnya dan rakyat Kesultanan Buton yang berada di wilayah Holimombo selama tahun 1660-1663.
Dengan gelarnya, sang Arung tercatat dalam arsip Nasional Kesultanan Buton sebagai salah satu bangsawan (bc. pejabat) dalam struktur pemerintahan Kesultanan Buton, juga sebagai warga negara dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat dalam negara kesatuan Kesultanan Buton yaitu negara yang terdiri dari 4 barata bersifat otonom dan 72 kadie dengan ibu kotanya Wolio (bc. Keraton Buton). Ber UUD Martabat Tujuh, berdasarkan "Laa Ilaha Ilallahu" dengan sifat duapuluhNya, melaksanakan syariat islam dan berakhlak sifat Rasul Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam.
Nama LA TONDU adalah nama yang diberikan kepadanya ketika hendak meninggalkan tanah Buton untuk pergi ke Batavia ibu kota Hindia Belanda (bc. sekarang Jakarta Indonesia).
Sebelum pergi para Imam  sara Agama Kesultanan Buton,  negeri yang dijuluki sebagai negeri Butuni Khalifatul Khamis, Sulthonik Qaim Ad-din, mengkhalwatinya (bc. berkhalwat) dibawah tanah Benteng Keraton Kesultanan Buton, ia sementara tenggelam dalam proses khalwati 40 hari 40 malam (menyepi dan mendalami ilmu kekanuragaan). Peristiwa ini sangat menegangkan karena bersamaan dengan datangnya pasukan Kerajaan Gowa yang mengetahui keberadaannya diatas tanah Buton.
Sultan Buton Negri Butuni Khalifatul Khamis Sultanik Qaim ad Din bersumpah, "tidak ada Arung Palakka diatas tanah Buton, kalau ada di atas tanah Buton akan ditenggelamkan, dan rakyatku akan menderita bibir pecah-pecah atas sumpahku ini,"
Sumpah itu sah, dipercaya oleh pasukan Kerajaan Gowa. Arung Palaka terselamatkan, sultan tidak berbohong karena memang sang penyepi tidak berada diatas tanah Buton tetapi berada dibawah tanah Buton tenggelam dalam proses khalwati.
Dengan peristiwa spritual ini Arung Palakka kemudian dikenang dengan sebutan LA TONDU yang diartikan seorang bangsawan (La =sebutan untuk bangsawan) yang tenggelam (bahasa walio "tondu" = tenggelam) dalam proses khalwati. Â
Karena keberhasilannya berkhalwat, ia kemudian di kenal sebagai seorang yang disegani kawan maupun lawan dan  disebut-sebut sebagai salah satu wali pitue (wali tujuh) dalam sejarah Sulawesi.
Sang Arung pergi meninggalkan tanah Buton setelah selama 3 tahun menetap, pergi dengan nama baru LA TONDU, nama yang diberikan agar sang Arung selalu mengingat, "Tenggelamkan semua rasa dengki, dendam, dan jahat. Tetapi pergilah, bebaskan negri dari penjajahan dengan rasa kemanusiaan". begitulah yang dikenang rakyat Butuni dengan nama LA TONDU.
Tercatat dalam sejarah Arung Palakka berhasil membebaskan Negrinya Kerajaan Bone dari cengraman Kerajaan Gowa. Mengenang kisah Arung Palakka dinegri Buton ini, setiap tahun sejak tahun 2016 oleh pemerintah kota Baubau sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Buton melakukan karnaval budaya acara nampak tilas perjalanan Arung Palakka di Negeri Butuni.
Sumber :
1. Cerita tutur rakyat butuni
2. Manuskrip kesultanan buton
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI