Pameran bis surat dari masa ke masa juga terasa sangat sayang jika dilewatkan. Mulai dari bis surat beton peninggalan kolonial, bis surat logam produksi Jepang, hingga gerobak paket besi kehitaman yang sempat digunakan untuk mengangkut surat dan paket di Maluku di masa lalu.
Museum Pos Indonesia bak sebuah mesin waktu ajaib. Bukan sekadar mengajak saya menjelajah masa lalu, tetapi membantu saya menemukan sebuah harta karun tak ternilai. Betapa zaman boleh berubah dan era berganti, tapi jejak literasi ternyata tetap abadi.
Hari Bhakti Postel ke-80 dan Eksistensi Pos Indonesia
Berbicara tentang Museum Pos Indonesia juga gedungnya, tidaklah lengkap tanpa menyebut perjuangan Angkatan Muda Pos, Telegraf, dan Telepon (AMPTT) yang berhasil mengambil alih gedung dan kantor PTT dari kekuasaan Jepang pada 27 September 1945. Peristiwa itu diperingati setiap tahunnya hingga kini sebagai Hari Bhakti Postel. Mereka yang terlibat dalam perjuangan, namanya terukir dalam monumen batu yang berdiri tepat di depan gedung Pos Indonesia.
Memperingati 80 tahun Hari Bhakti Postel dan 279 PT Pos Indonesia tahun 2025 ini, kita seperti kembali diingatkan pada perjuangan, dedikasi juga konsistensi Pos Indonesia melayani negeri tanpa henti.
Di tengah gempuran era digital dan kemajuan zaman yang tak terbendung saat ini, PT Pos Indonesia rupanya terus beradaptasi dan berinovasi. "Saat ini, kami memang lebih banyak fokus ke layanan logistik dan jasa keuangan melalui aplikasi Pospay. Kami akan terus bertransformasi seiring perkembangan zaman, termasuk sudah melakukan digitalisasi. Harapannya, Pos Indonesia bukan hanya berulang tahun sampai 279 tahun saja, tapi juga tetap bisa melayani negeri sampai 972 tahun atau lebih," ujar Andi Bintang optimis.
Meski kunjungan saya dan Kompasianer Bandung ke Museum Pos Indonesia banyak bicara tentang masa lalu, tetapi ada satu hal yang patut diapresiasi: Pos Indonesia masih eksis sampai masa kini.
Di balik megahnya gedung heritage berusia seabad lebih, rupanya tersimpan ketangguhan sebuah institusi yang terbukti mampu mendekap sejarah sekaligus tetap menjaga langkah tetap ke depan.