Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rusuhnya Geng Kompal Ketemu Kang Maman Suherman (1)

5 Maret 2018   00:19 Diperbarui: 5 Maret 2018   01:15 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertengahan Februari lalu, dengan semangat 45, geng Kompasianer Palembang (Kompal) ramai-ramai mendaftar  sebuah undangan event bertajuk "Gerakan Tebar Virus Literasi di Indonesia." Nama dan foto Kang Maman Suherman yang terpampang dalam e-poster jelas jaminan kalau event-nya pasti akan jauh dari kata membosankan. Penulis, jurnalis, No Tulen program ILK Trans 7, sekaligus penyebar virus literasi selama lebih dari 30 tahun ini jelas punya banyak cerita untuk dibagikan.

Sayangnya, Sobat Literasi Jalanan selaku panitia rupanya mem-PHP kami. Tepat H-1 sebuah pesan instan masuk ke ponsel saya. Isinya pemberitahuan acara esok ditunda lantaran Kang Maman kena musibah. Entah musibah apa, saya lupa menanyakannya tadi. (Eh, iya lho. Musibah apa ya, Kang?)

Alhasil, kami dibiarkan gelisah, gundah gulana menanti tanpa kepastian. Untunglah, penantian itu tidak terlalu lama. Hanya dua pekan. Di Minggu (4/3) sore yang agak mendung hari ini, akhirnya Geng Kompal bersama puluhan anak muda (dan mereka yang berjiwa muda) dari berbagai komunitas di Palembang berkumpul di Dipo Cafe untuk bertemu langsung dengan Kang Maman. Yeeeyyy :D

***

Kebagian tempat duduk di sudut belakang tak menghalangi eksistensi Geng Kompal, tentu. Kami kan selalu siap dengan banner kebangsaan setinggi lemari itu kapan pun dimana pun :D

 Sembari menunggu acara dimulai, dokter Posma Siahaan selaku Ubak (=ayah) Kompal kami todong dari jauh-jauh hari untuk bertanggung jawab penuh dalam sesi menyumbang buku. Buku-buku hasil sumbangan itu kelak akan disalurkan ke desa-desa yang membutuhkan banyak bahan bacaan.

Ubak Posma selaku perwakilan Kompal menyerahkan buku sumbangan secara simbolis
Ubak Posma selaku perwakilan Kompal menyerahkan buku sumbangan secara simbolis
Sementara itu, saya, Bik Cik Kartika sekeluarga, Ayuk Dona, serta Molly lebih memilih fokus pada gelas es cappucino dan sepiring pempek lezat di depan kami. Tak hanya lidah, gesekan dawai biola Dayat Violin rupanya juga memanjakan telinga kami. Adem.

Tak lama kemudian, giliran Kang Maman berbicara akhirnya tiba. Melihat beliau berdiri di atas panggung, rasanya sulit percaya kalau beliau seumuran dengan mendiang papa saya. Kok terlihat masih sangat muda dan segar, sih? Apa mungkin ada korelasi antara ketiadaan rambut di kepala dengan tingkat ke-awet-muda-an seseorang. Besok saya akan tanya Dokter Posma kalau ketemu.

Kang Maman yang Awet Muda
Kang Maman yang Awet Muda
Bagi seorang penyandang ADHD seperti saya, duduk diam mendengarkan orang berbicara berjam-jam itu biasanya bakal jadi neraka. Entah kenapa, ini tidak berlaku dengan Kang Maman. Sedari awal, saya sudah dibuat terpesona oleh pemaparan beliau tentang betapa pentingnya membaca dan menulis. Bagaimana tingkat minat baca suatu negara sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan kebahagiaan masyarakatnya, termasuk kaitannya pula dengan angka kriminalitas. Negara-negara dengan minat baca tinggi seperti negara di jazirah Skandinavia, negaranya maju dan penduduknya cenderung bahagia. Sebaliknya, negara dengan minat baca rendah (termasuk Indonesia, yang berada di urutan 60 dari 61 negara) , penduduknya cenderung rentan melakukan tindak kriminal seperti korupsi, serta mudah diadu domba.

Lebih jauh, Kang Maman menjelaskan, dunia literasi tak sebatas baca dan tulis saja. Selain dua hal tersebut, masih ada empat literasi dasar lainnya yang harus dikuasai oleh setiap orang yang tergerak ikut andil menjadi penggiat literasi. Ada literasi numerik (harus paham angka, termasuk yang berhubungan dengan data dan statistik), literasi digital (karena zaman terus berkembang, kemajuan teknologi tidak bisa dihentikan, sehingga melek digital mutlak diperlukan), literasi finansial (harus mampu menghasilkan uang), literasi sains dasar, serta literasi budaya dan keragaman.

GUBRAAAAAKKK!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun