Mohon tunggu...
Abdur Rahem Seksa
Abdur Rahem Seksa Mohon Tunggu... -

Redaktur Koran Madura

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penetapan Urutan Ayat dan Surat Alquran

4 September 2014   06:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:39 7350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

AYAT DAN SURAT DALAM ALQURAN ALKARIM

Kajian ini dibuat untuk memenuhi tugas maateri Studi Alquran

di pasca STAIN Pamekasan

Oleh ABDUR RAHEM

1.Pengertian surat dan ayat alquran

Dalam KBBI, devinisi ayat adalah alamat atau tanda, beberapa kalimat yang merupakan kesatuanmaksud sebagai bagian surah dalam kitab suci Alquran, kenyataan yang benar atau bukti. Ayat kitabullah berarti bukti yang ada di dalam Alquran[1].

Sedangkan dala Wikipedia BahasaIndonesia, ensiklopedia bebas, disebutkan bahwa ayat (آية ʾāyatun, jamak Ayat آيات ʾāyātun) adalah kata dalam bahasa Arab untuk tanda atau keajaiban,sama dengan bahasa Ibrani ot (אות), yang berarti tanda. Kata ini biasanya merujuk pada satu dari 6236 ayatdalam Alquran (6349 ayat bila termasuk 113 bismillah, tak termasuk satu di Surah At-Taubah).

Muslim menghormati setiap ayat Alquran sebagai tanda dari Allah. Kata Ayat juga digunakan oleh penganut Kristen di negara dengan pengaruh bahasa Arab yang kuat, seperti penganut Kristen di Indonesia[2].

Sedangkan pengertian Surah dalam sejumlah referensi, salah satunya disebutkan sebagai berikut. Kata surah berasal dari tiga kata, yaitu kata al-su’rah yang berarti sisa air dalam bejana, al-sur yang berarti pagar pembata atau dinding, dan kata al-surah yang berarti pasal. Moenawar Kholil mengatakan kata surah sebagai tingkatan atau martabat, tanda atau alamat, gedung yang tinggi yang indah, sesuatu yang sempurna serta susua yang bertingkat-tingkat.

Secara terminologis, surah merupakan sekelompok ayat Alquran yang berdiri sendiri dan mempunyai permulaan dan penutup. Sedangkan Al-Suyuti merumuskan batasan dari surah dengan mengemukakan bahwa batasan surah ialah Alquran yang mencakup sejumlah ayat yang mempunyai permulaan dan penutup.

Berdasarkan uraian di atas, Moenawar berkesimpulan bahwa ada beberapa kecenderungan kandungan dapat dipetik, yaitu barangsiapa yang membaca surah dengan sungguh-sungguh, maka akan mendapatkan tingkatan yang mulia[3].

2.Tertib surah dan ayat

Muhammad Ahmad Abdullah dalam kitabnya Kaifa Takqrou wa Tahfadu wa Tajawwadu Alqurani Alkarim mengatakan bahwa menurut pendapat yang telah disepakati oleh para ulama, susunan surah-surah dalam Alquran –seperti mushaf sekarang-urutan turunnya berlainan dengan urutan pada saat surah-surah tersbut diturunkankepada Nabi Muhammad Saw,karena banyak surah-surah Madaniyah[surat-surat yang diturunkan sesudah peristiwa hijrah]diletakkandi akhir mushaf.

Ada tiga aliran utama[madzhab ulamak]dalam masalah urutan surah-surah dalam Alquran.Pertama,menyatakan bahwa urutan surah-surahAlquran itu adalah berdasarkan hasil ijtihad shabat,bukan berdasarkan tauqif atau petunjuk dari Nabi Muhammad Saw.Kedua,menyatakan bahwa urutan sarah-surahAlquran itu adalah sacara tauqifi atau berdasarkan petunjak dari Nabi Muhammad Saw,kecuali surat Al-Anfaal dan surat Bara’ah.

Penempatan dua surat ini sendiri dilakukan berdasarkan hasil ijtihad Sayyidina Usman bin Affan dan telah mendapat persetujuan dari sejumlah besar sahabat Nabi Muhammad Saw.

Ketiga,urutan surah-surahAlquran sebagaimana ayat-ayat dan huruf-hurufnya adalah berdasrkan tauqifi atau menunggu instruksi Nabi atau Rasulullah Saw.,bukan berdasarkan pada ijtihad sejumlah sahabat. Pendapat yang dikemukakan oleh jumhur ulama ini adalah yang diunggulkan dan dijadikan pegangan.

Dalil-dalil yang melegitimasi pendapat ini juga cukup banyak.Di antaranya dalil tersebut, yaitu dalil dalil yang diriwayatkan ImamBukhari,bahwa”Sesungguhnya Nabi Muhammad Sawketika menempati permadaninya, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya, kemudian menimpakan terhadap keduanya bacaan Qul Huwallahu Ahad dan suratAl-Mu’awidzatain yakni surat al-Falaq dan surat an-Naas.Beliau mengucapkan keduanya secara berurutan seperti urutan yang terdapat dalam mushaf.”

Sementara itu,Imam Muslim meriwayatkan, sesungguhhya Nabi Muhammad Saw menasihatkankalian azzahraawain, yakni surah Albaqarah dan surah Ali ‘Imran.”Kemudian Nabi Muhammad Sawmengucapkan dua surah itu dengan urutan keduanya.

Abu Bakaral-Ambary menuturkan bahwa,”Allah Swtmenurunkan Alquran kesemuanya ke langit dunia, kemudian dia mengatur turunnya selama dua puluh sekian tahun.Maka,surah-surahAlquran merupakan cakupan dari kejadian suatu peristiwa,sedangkan ayat merupakan jawaban mengenai sesuatu yang memerlukan penjelasan.Untuk itulah, malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad Sawuntuk memberikan penjelasan mengenai penempatan surah dan ayat. Maka pengaturan surah-surah seperti pengaturan ayat-ayat dan huruf Al quran,keseluruhannya merupakan instruksi dari Nabi Muhammad Saw.[berdasarkan wahyu Allah Swtyang disampaikan melalui malaikat Jibril]. Karena itulah,barangsiapa yang mengacak- acak[mendahulukan atau mengakhirkan]surat-surat Alquran, berarti dia merusaksusunan Alquran.

Imam Baghawi menjelaskan dalam Syarah As-Sunnah bahwa sahabat Nabi mengumpulkan Alquran yang diturunkan Allah Swtkepada Nabi Muhammad Saw tanpa menambahi atau mengurangi sedikit pun,karena khawatir bagian dan keutuhan Alquran menjadi hilang.Mereka menulis Alquran seperti yang mereka dengarkan dari Rasulullah Saw,tanpa mendahulukan atau mengakhirkan sedikit punayat-ayat dan surah-surah tersebut dan mereka mengurutkannya sesuai instruksi Rasulullah Saw.

Rasulullah Sawmenyampaikan dan mengajarkan kepada sahabat-sahabatnya apa yang telah diturunkan Allah Swtkepada beliau sacaratertib sabagaimana terlihat dalam mushaf-mushaf yang ada sekarang. Susunan Alquran tersebut merupakan instruksi langsung[tuqifi]dari malaikat Jibril kepada Nabi,kemudian setiap kali turun ayat Alquran, Nabi memberitahu para sahabat mengenai urutan ayatnya dan termasuk menjadi bagian surat yang mana,kemudian para sahabat mengumpulkan ayat-ayat[yang diinstruksikan Rasulullah]dalam satu tempat yang teratur. Sesungguhnya Alquran yang ditulis di Lauh Mahfuzh itu konon serupa dengan urutan Alquran [yang ada sekarang ini] yang diturunkan Allah Swtkedunia,yang maskipun turunnya bercerai-berai sesuai dengan kebutuhan umat,namun tetap teratur.

Dari beberapa keterangan di atas,dapat dijelaskan bahwa urutan surah-surahAlquran itu ditulis secara tauqifi dari Rasulullah Sawdan bahwasanya Alquran itu diajarkan dengan cara tersebut. Sesungguhnya Nabi Muhammad Sawtidak menyusul kekasihnya yang Maha Tinggi[menghadap Allah,wafat], melainkan setelah Alquran Alkarim itu secara keselurhan telah ditulis berurutan ayat-ayat dan surah-surahya,maskipun belum dihimpun dalam satu mushaf dan masih berserakanpada pelapah kurma,kulit, dan batu.Lantaspada masa sahabat,mereka mengumpulkan Alquran yang tercerai-berai tersebut ke dalam satu tempat. Kumpulan Alquran inilah yang belakangan dinamai dengan mushaf[4].

Sebagaimana sudah diketahui, ayat dan surah merupakan bagian terpenting dalam Alquran Alkarim. Sebab Alquran terdiri dari surah-surah dan ayat-ayat, baik yang pendek maupun yang panjang. Karena itulah dalam menentukan urutan ayat-ayat dan surah-surah tentu tidak bisa sembarangan, karena ini menyangkut hal yang sangat sakral.

Dalam sejumlah literatur lain disebutkan bahwa penyusunan ayat-ayat dan surah-surah yang ada di dalam Alquran tidak didasarkan pada kehendak hati, tetapi telah dilakukan secara taukifi.

Ayat merupakan sejumlah kalam Allah yang terdapat dalam sebuah surah dalam Alquran. Sedangkan surah merupakan himpunan yang berisi sejumlah ayat Alquran yang mempunyai permulaan dan kesudahan. Tertib atau urut ayat-ayat Alquran ini adalah tauqifi, ketentuan dari Rosulullah atas perintah Allah Swt.

Ulama mengelompokkan surah-surah dalam Alquran menjadi empat kelompok. Pertama, disebut At-Tiwal. Dalam kelompok ini ada tujuh surah, yaitu Albaqarah, Ali Imran, an Nisa`, Al Maidah, An'am, A'raf, dan yang ketujuh ada yang mengatakan Al-Anfal dan surah Bara'ah sekaligus, karena di antara keduanya tidak dipisah dengan basmalah. Bahkan ada pendapat minuritas, surah yang ketujuh dalam kelompok ini adalah surah Yunus.

Kedua, disebut Al mi'un. Dalam kelompok ini, surah-surah yang ayat-ayatnya lebih dari seratus atau sekitar itu. Ketiga, disebut Al Matsani, yaitu surah-surah yang jumlah ayatnya di bawah al Mi'un. Dinamakan matsani, karena surah itu diulang-ulang bacaannya lebih banyak dari at-Tiwal dan al- Mi'un. Keempat, disebut Almufasal. Dalam kelompok ini, surah –surah ini dimulai dari surah qof. Ada pula yang mengatakan dimulai dari surah al-Hujurat.

Mufasal dibagi menjadi tiga, yaitu tiwal, ausat, dan qisar. Mufasal tiwal dimulai dari surat Qaf atau Alhujurat sampai dengan Amma atau Alburuj. Almufasal ausat dimulai dari surah Amma atau Alburuj sampaidengan Adduha atau lamyakun. Sedangkan Almufasal qisar dimiulai dari Adduha atau lam yakun sampai dengan surah Alquran terakhir.

Sesungguhnya penamaan Almufasal, karena banyaknya fasal (pemisah) di antara surah-surah tersebut dengan basmalah.

Jumlah surah Alquran ada 114 surah. Jumlah ayatnya sebanyak 6200 lebih, namun kelebihanya ini masih diperselisihkan. Surah yang terpanjang adalah surat Al Baqarah. Sedangkan surah terpendek adalah Alkautsar[5].

Al-Sayuthi menyatakan disepakati urutannya berdasarkan tauqifi dari Rasul. Karena setiap kali turun ayat Nabi selalu memberikan petunjuk supaya meletakkan ayat tersebut pada tempat tertentu atau pada surat yang di dalamnya disebutkan seperti ini.

Usman bin Abi al-Ash mengatakanSaya duduk di samping Rasul, tiba-tiba pandangannya menjadi tajam lalu kembali seperti semula kemudian memerintahkan aku meletakan ayat ini di tempat ini surat ini.

Ibnu Zubair berkata “Aku mengatakan kepada Usman bahwa ayat 23 surat al-Baqarah telah dimansukhkan oleh ayat lain, tetapi mengapa Anda menuliskannya atau membiarkannya dituliskan. Beliau menjawab: “Kemenakanku, aku tidak mengubah sesuatu pun dari tempatnya”.

Di samping itu diriwayatkan pula bahwa Jibril senantiasa mengulangi dan memeriksa Alquran yang telah disampaikannya kepada Muhammad setiap tahun pada bulan Ramadan, bahkan sampai dua kali pada tahun-tahun terakhir hidup Muhammad saw. Pengulangan Jibril terakhir ini adalah seperti susunan surah-surahAlquran yang dikenal sekarang.Baik surah-surah maupun ayat-ayat, selalu mempunyai korelasi (munasabah). Penjelasan tentang korelasi surah-surah dan ayat-ayat Alquran biasanya dapat dilihat dalam kitab-kitab tafsir[6].

Dalam leksikologi Arab, kata surah (jamak: suwar) mengandung banyak arti, yaitu: bangunan yang menjulang tinggi ke langit, kedudukan/tempat dan keutamaan (Louis Ma’luf, tt: 362). Juga bisa berarti pagar jika terambil dari kata سور . Seperti yang dikatakan W. Montgomery Watt yang dikutipnya dari CF. Jeffery, bahwa pandangan umum asal kata ini adalah bahasa Ibrani, yaitu surah, yang berarti suatu deretan bekas batu bata di dinding dan bekas pepohonan anggur. (Watt, 1991: 90). Dari makna ini surat disimpulkan menjadi “serangkaian bagian” atau “bab” (Inggris: chapter). Tetapi, meskipun penyimpulan ini relevans, Watt mencari alternatif lain. Karena dari beberapa tantangan yang dimajukan, Alquran meminta orang yang tidak membenarkan dirinya mendatangkan sebuah surah (QS. 10: 38), sepuluh surat (QS. 11: 13), dan sebuah kitab (QS. 28: 49) yang semisal dengannya.

Dari beberapa permintaan Alquran ini jelas bahwa makna yang dimaksudkan adalah sesuatu yang seperti wahyu atau kitab suci. Alternatif yang diajukan Watt adalah bahwa kata surah terambil dari bahasa Siria, surta yang bermakna “tulisan teks kitab suci”, atau bahkan “kitab suci”. (Watt: 1991: 90).

Alternatif Watt yang menyatakan bahwa surat yang bermakna tulisan atau teks kitab suci mungkin dapat diterima, tetapi bila itu diartikan kitab suci sebagai suatu kesatuan tentu saja kita akan mengalami kesulitan.Bila Alquran meminta untuk didatangkan sepuluh surah berarti yang dimaksud adalah sepuluh kitab suci yang sama. Sungguh tantangan yang vulgar tak masuk akal dan tak dapat diterima. Padahal tantangan Alquran merupakan tantangan yang sunguh-sungguh.

Pada sisi terminologis, kita tidak melihat batasan surah dalam perspektif yang berbeda. Pada umumnya memberikan batasan yang sama tentu dengan sedikit penjelasan tambahan yang berbeda. Al-Zarkasyi misalnya menjelaskan pengertian surah dengan “sekelompok ayat-ayat Alquran yang mempunyai permulaan dan penutup” (al-Zarqasyi, t.t: I, 263). Al-Zarqani memberikan sedikit tambahan bahwa sekelompok ayat-ayat Alquran yang mempunyai permulaan dan akhir itu adalah berdiri sendiri (Al-Zarqani, 1988: I, 350). Tetapi, meskipun sekelompok ayat dimaksud berdiri sendiri, namun satu sama lain dipercaya berhubungan erat saling melengkapi, sehingga ada yang mengatakan bahwa surah al-Fatihah adalah pengatar surah al-Baqarah, dan surat al-Baqarah adalah pengantar surat al-Nisa’ dan seterusnya.

Batasan surah yang dikemukakan oleh pakar-pakar ilmu Alquran sebagai sekelompok ayat-ayat tampaknya cukup beralasan. Karena Alquran sendiri tampaknya menghendaki pengertian demikian. Alquran menggunakan kata surah dalam ungkapannya sebanyak 7 kali dalam bentuk mufrad yang tersebar 3 surat, yaitu surat al-Tawbah: 64, 86, dan 124, surat al-Nur: 1 dan surat Muhammad: 20 dengan dua kali penyebutan. Sedang bentuk jamaknya hanya satu kali digunakan Alquran dalam surat Hud: 13. Penggunaan kata surah adalah dalam pengertian yang sama yakni merujuk pada sekumpulan ayat-ayat Alquran.

Surah-surahAlquran antara satu sama lainnya, baik dalam mushaf yang ditulis tangan maupun cetak, dipisahkan dengan sebuah mukaddimah yang diletakkan di awal surat. Dalam mukaddimah ini, biasanya pertama-tama disebutkan nama surah, kemudian pernyataan tentang penanggalannya, yakni diskripsi sederhana tentang surah tersebut apakah sebagai surat Makiyah atau Madaniyah , dan diakhiri dengan catatan tentang jumlah ayat. Muqaddimah ini seperti yang dikatakan Watt hanya perlengkapan keserjanaan belaka (Watt, 1991: 93). Setelah mukaddimah disusul dengan basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم) pada setiap surat. Pengecualian penggunanaan frase tersebut hanya pada surat 9. Penulisan basmalah pada setiap surat tentu tak dapat dipandang sebagai hasil penyuntingan yang belakangan, tetapi merupakan bentuk asli yang datang dari Muhammad saw. Hal ini cukup beralasan karena pada surat 27 atau surat al-Naml ayat 30 dimana Sulaiman mengirim sepucuk surat kepada Ratu Balqis, ungkapan basmalah mengawali suratnya seakan-akan kepala yang memadai untuk sebuah dokumen yang berasal dari seorang Nabi.[7].

3.Jumlah surat, nama, dan tujuannya

3.1Surah

Dalam buku Metode Cepat dan Efektif Menghafal Alqurani Alkarim, buku terjemahan penulis tugas ini yang diterbitkan di garailmu Jogjakarta disebutkan jumlah surah Alquran sebanyak 114 diawali dari QS Alfatihah dan diakhiri dengan QS.Annas.

Dalam Alquran juga terdapat 30 juz. Dalam setiap juz terdapat dua hizb. Jumlah hizb sebanyak60 hizb. Dalam setiap hisb ada 4 rib’un. Secara keseluruhan ada 240 rib’un dalam Alquran, sekadar melengkapi pembahasan tentang mengenai surah[8].

Pendapat yang paling umum diterima, jumlah surat Alquran seperti dalam mushaf Usman adalah 114 surat, seperti pembahasan di atas. Tetapi pendapat yang diterima dari Mujahid surat Alquran adalah 113 surat dengan menggabungkan surat al-Anfal dengan surat al-Tawbah menjadi satu surat.

Hasan, ketika ditanya apakah surat al-Bara’ah dan surat al-Anfal itu satu surat atau dua surat, menjawab “satu surat”. Ibnu Mas’ud dalam mushafnya menyatakan terdapat 112 surat dalam Alquran. Ini karena ia tidak memasukan dua surat terakhir (mu’awidzatani) (al-Sayuthi, t.t: 67; Abu Syuhbah, 1996: 288) yang oleh Montgomery Watt dikatakan sebagai jimat-jimat pendek (Watt, 1991: 91).

Sementara sebagian di antara ulama Syi’ah menetapkan bahwa jumlah surat Alquran 116. Hal ini karena mereka memasukkan surat qunut yang dinamai surat Al-Khaf Dan Al-Hafd yang oleh ditulis oleh Ubay di kulit Alqur’an. (Ash-Shiddieqy, 1984: 58).

Penamaan surah-surahAlquran tersebut memiliki nama-nama tersendiri. Sebuah surah boleh jadi mempunyai satu atau beberapa nama. Surat al-Tawbah misalnya, disebut juga dengan surat al-Bara’ah, dan al-Buhus. Surat al-Insan dinamai pula dengan surat al-Dahr, dan lain-lain. Tetapi, nama-nama surat tersebut tidaklah menunjukkan judul atau tema pokok dari surah-surah tersebut—meskipun tak dapat dipungkiri bahwa setiap surat mempunyai tema—tetapi hanya dijadikan sebagai alat metode identifikasi.

Nama-nama surah ini diambil dari kata yang mencolok atau tidak lazim di dalamnya. Biasanya kata ini muncul hampir di awal surah, tetapi tidak demikian selamanya. Surat 16 misalnya, diberi nama dengan surat al-Nahl (lebah) tetapi tidak disebutkan di dalamnya hingga pada ayat 68 lebih separuh dari surat tersebut; bahkan ayat ini (16: 68) merupakan satu-satunya bagian dari al-Qur’an yang berbicara tentang al-Nahl. Senada dengan ini, surat 26 diberi nama dengan al-Syu’ara, kata yang disebutkan al-Qur’an di dalam ayat 224 surat tersebut dan merupakan bagian paling akhir dari surat tersebut.

Jelas sekali bahwa nama-nama surat ini tidak berasal dari al-Qur’an, tetapi diperkenalkan oleh para-pakar al-Qur’an. Tampaknya tidak ada aturan yang umum dalam pemilihan nama-nama surat tersebut. Orang-orang menggunakan kata apa saja yang paling menonjol dalam suatu surat. Sebagian ulama mengasumsikan bahwa nama-nama surat al-Qur’an ini adalah petunjuk Rasul (tawqifi). (petunjuk Rasul). Sedangkan sebagian lagi percaya bahwa penamaan surat tersebut berdasarkan jitihad sahabat yang diambil dari pokok pembicaraan dalam surat itu. (Ismail, tt: 66). Tetapi, tampaknya yang lebih masuk akal adalah bahwa Nabi sangat berperan dalam mensosialisasikan nama-nama surat. Tidak mungkin Nabi saw sebagai transmiter dan penerjemah al-Qur’an untuk para sahabat tidak memiliki nama-nama surat sebagai alat identifikasi. Yang jelas sejak masa yang paling awal Nabi dan sahabat-sahabat telah mengetahui dan mempopulerkan nama-nama surat al-Qur’an.

Di samping nama-nama yang secara an sich diberikan kepada surat-surat al-Qur’an untuk kepentingan identifikasi, juga diberi nama-nama kelompok untuk surat al-Qur’an, baik yang terkait dengan periode kerasulan Muhammad seperti surat Makiyah dan surat Madaniyah, ataupun panjang pendeknya surat-surat al-Qur’an tersebut. Pengelompokan surat-surat al-Qur’an yang terkait dengan periode kerasulan dimaksudkan untuk kepentingan kronologis turunnya surat atau ayat untuk kepentingan penafsiran al-Qur’an, seperti yang akan dijelaskan selanjutnya. Sementara penamaan surat-surat yang berdasarkan panjang pendeknya surat tampaknya hanya untuk identifikasi dalam kerangka yang lebih luas. Al-thiwal, misalnya adalah surat-surat yang dikenal dengan tujuh surat yang panjang yang terdapat pada permulaan mushaf, yaitu surat 2 – 8 (surat al-Baqarah, Ali Imran, al-Maidah, al-Nisa’, al-An’am, al-A’raf dan al-Anfal). Al-mi’un adalah nama yang diberikan kepada surat-surat yang ayatnya seratus atau lebih sedikit. Al-matsani, dikenal sebagai surat-surat yang jumlah ayatnya yang tidak mencapai 100 ayat. Sedangkan al-mufashshal adalah surat-surat yang lebih pendek. Disebut dengan mufashshal karena banyak fashal (pemisah) di antara surat-surat tersebut dengan basmalah (al-Zarqani, 1988 : I, 352).[9]

3.2Ayat

Kata ayat yang digunakan oleh al-Qur’an beberapa kali merujuk pada makna yang berbeda-beda. Di antara makna-makna etimologis ayat tersebut adalah tanda (QS. al-Hijr: 77; al-Nahl: 11, 13, 65, 67, dan 69; al-Baqarah, 248); mukjizat (QS. al-Baqarah: 211); ibrah atau pelajaran (QS. Hud: 102, 103 dan al-Furqan: 37); sesuatu yang menakjubkan (QS. al-Mukmin: 50); bukti atau dalil (QS. al-Rum: 20, 21, 23, dan 24).

Akan tetapi, secara terminologis para ulama memberi batasan ayat dengan sekelompok kata yang mempunyai permulaan dan akhir yang berada dalam suatu surahAlquran (al-Zarqani, 1988: I, 350). Batasan ini didukung oleh Alquran sendiri yang mengungkapkan ayat dengan pengertian tersebut sehingga makna etimologis tetap relevan dengan pengertian terminologis. Salah satunya adalah dalam surat Yusuf ayat 1:


الر تلك ءايات الكتاب المبين


Alif lam ra. Ini adalah ayat-ayat kitab (Alquran) yang nyata (dari Allah). Seperti halnya surat, panjang pendek ayat juga sangat beragam. Dalam beberapa surah, pada umumnya surah-surah panjang, ayat-ayat pun yang panjang dan menggugah[10].

Dalam Alquran terdapat 6236 ayat. Bila diklasifikasikan sesuai dengan golongan ayatnya, maka diketahui yang masuk golongan ayat Makkiyah ada 4475 ayat dan ayat Madaniyah sebanyak 1761 ayat.

Sedangkan jumlah kalimat dalam ayat-ayat yang terdapat di semua surah dalam Alquran tercatat sebanyak 77437 kalimat. Juga hurufnya diketahui berjumlah 323671 huruf[11].

3.3Tujuan

Alquran ini terdiri sejumlah surat dengan nama-nama tersendiri dan juga sejumlah ayat dengan nomor urut tersendiri. Pembagian Alquran ke dalam surat dan ayat tentu memiliki makna yang jelas. Setidaknya di samping menjadi lebih sistematis, akan memudahkan orang untuk membaca, mempelajari, dan menghafalnya Alquran.

Di samping pembagian ke dalam surat dan ayat, al-Qur’an juga dibagi dalam bagian-bagian atau juz yang sama yang keseluruhannya berjumlah 30 juz. Pembagian al-Qur’an menjadi 30 juz berkaitan dengan jumlah hari dalam bulan Ramadhan, ketika satu juz al-Qur’an dibaca setiap harinya. Tetapi, bagian atau juz al-Qur’an tampaknya kurang diperhitungkan untuk menjadi pembicaraan dalam pembahasan ilmu-ilmu al-Qur’an. Berbeda dengan pembicaraan tentang surat dan ayat, banyak persoalan dan komentar tentangnya bahkan satu sama lain saling berbeda bahkan bertolak belakang[12].

4.Perbedaan pendapat ulama tentang jumlah ayat alquran

Ulama berbeda pendapat tentang jumlah ayat al-Quran. Ibnu Katsir menyebutkan beberapa pendapat, dan beliau tegaskan bahwa jumlah ayat Alquran tidak kurang dari 6000 ayat. Sementara lebihnya, diperselisihkan.

Beliau mengatakan dengan ungkapannya berikut.

فأما عدد آيات القرآن فستة آلاف آية، ثم اختلف فيما زاد على ذلك على أقوال، فمنهم من لم يزد على ذلك، ومنهم من قال: ومائتا آية وأربع آيات، وقيل: وأربع عشرة آية، وقيل: ومائتان وتسع عشرة، وقيل: ومائتان وخمس وعشرون آية، وست وعشرون آية، وقيل: ومائتا آية، وست وثلاثون آية. حكى ذلك أبو عمرو الداني في كتاب البيان

Tentang jumlah ayat Alquran ada 6000 ayat. Kemudian ulama berbeda pendapat yang lebih dari angka itu. Diantara mereka berpendapat, tidak lebih dari 6 ribu ayat. Ada yang mengatakan, 6204 ayat. Ada yang mengatakan, 6014 ayat. Ada juga yang mengatakan 6219 ayat. Ada yang mengatakan 6225 atau 6226 ayat. Ada juga yang mengatakan 6236 ayat. Pendapat terakhir ini disampaikan oleh Abu Amr ad-Dani dalam kitab al-Bayan. (Tafsir Ibn Katsir, 1/98).

Ada beberapa catatan terkait keterangan yang disampaikan Alhafidz Ibnu Katsir di atas. Pertaman, sikap yang tepat mengenai jumlah ayat adalah tidak menegaskan dengan bilangan angka tertentu. Kedua, perbedaan jumlah ayat di atas, sama sekali bukan karena perbedaan al-Quran yang mereka miliki. al-Quran mereka sama. Persis seperti Mushaf al-Imam yang diterbitkan di zaman Khalilfah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Karena mengingkari satu huruf dalam al-Quran, sama dengan mengingkari seluruh isi al-Quran. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

مَنْ كَفَرَ بِحَرْفٍ مِنَ الْقُرْآنِ ، أَوْ بِآيَةٍ مِنْهُ ، فَقَدْ كَفَرَ بِهِ كُلِّهِ

”Barangsiapa yang kufur terhadap satu huruf al-Quran atau salah satu ayat al-Quran berarti dia telah kufur terhadap seluruh isi al-Quran.” (Tafsir at-Thabari, 1/55).

Meskipun Alquran yang dimiliki sama, namun hitungan jumlah ayatnya berbeda, ini terjadi karenahal-hal berikut.

1.Perbedaan mereka dalam menentukan titik-titik ayat dalam al-Quran. Terkadang ada dua ayat dalam mushaf kita, yang menurut ulama tertentu, dua ayat itu dihitung satu ayat. Terkadang ada satu ayat panjang, oleh ulama A masih dianggap satu ayat, sementara oleh ulama B dianggap dua ayat. Dan demikian seterusnya, sehingga jumlah ayat al-Quran menurut berbeda-beda sesuai dengan ijtihad mereka.

2.Perbedaan dalam menentukan status basmalah. Sebagian ulama menyebut basmalah di setiap awal surat sebagai ayat pertama. Sementara ulama lainnya menyatakan itu bukan ayat pertama dalam surat tersebut[13].

5.Penentuan fasilah dan rois alayat

5.1Fasilah

Fasilah ialah kalam atau pembicaraan yang terputus dengan kalam sesudahnya. Fasilah terkadang berupa ra`sul ayat (rois alayat) dan terkadang bukan ra`sul ayat.Fasilah ini terjadi pada akhir penggalan pembicaraan.

Dinamakan fasilah karena pembicaraan terputus (berakhir) di tempat itu . Fasilah itu bukan sajak . Sedang orang yang mengatakan sama dengan sajak itu tidak benar, karena fasilah dalam Alquran ialah meruntutkan makna, dan bukan fasilah itu sendiri yang dimaksud.

Sedangkan sajak, maka sajak itu sendirilah yang dimaksud, baru kemudian arti perkataan itu dialihkan, diarahkan kepadanya. Ini yangterjadi sebab hakikat sajak ialah menguntaikan kalimat dalam satu irama.

Macam-macam fasilah dalam Alquran ada empat, di antaranyamutamaatsilah, mutaqaribah fil huruf, mutawaziah, dan mutawazin. Bila diuraikan menjadi sebagai berikut:
5.1.1Fasilah Mutamaatsilah seperti dalam QS. at-Tur: 1-4.
5.1.2Fasilah Mutaqaribah Fil Huruf,seperti QS. Alfatihah 3-4, karena dekatnya mim dengan nun dalam akhir kata.

5.1.3 Fasilah Mutawaziah, yaitu bila dua kata sama dalam irama dan huruf-huruf sajaknya, seperti QS. Alghasiah: 13-14.
5.1.4 Fasilah Mutawazin, yaitu bila hanya irama yang diperhatikan dalam penggalan kalimat, seperti QS. Alghasiah: 15-16. [14]

5.2 RoisAlayat

Rois Alayat disebut juga Ra`sul ayat. Ra’sul alayat adalah akhir ayat yang padanya diletakkan tanda fasal (pemisah) antara satu ayat dengan ayat yang lain. Oleh karena itu, mereka mengatakan setiap ra`sul ayat adalah fasilah, tetapi tidak setiap fasilah itu ra`sul ayat, sebab fasilah meliputi dan mengumpulkan keduanya. Itu disebabkan ra`sul ayat memutuskan ayat sesudahnya. [15]

Sesuatu yang dipakai untuk memisahkan ayat-ayat Alquran adalah bagian dari ilmu tajwid. Lingkaran kosong yang di tengah-tengahnya terdapat nomor itu dipakar untuk menunjukkan berakhirnya suatu ayat. Sedangka nomor dalam lingkaran itu merupakan petunjuk pada urutan nomor ayat-ayat dalam suatu Alquran.[16]

6.Perbedaan pendapat tentang kedudukan basmalah

Ulama berbeda pendapat dalam masalah kedudukan basmalah. Sebagian ulama mengatakan sesungguhnya kalimat basmalah itu merupakan bahasa induk. Imam Mawardi menyatakan dikatakan kepada seseorang bahwa basmaah merupaka mubasmalah, yakni bahasa induk.

Akan tetapi menurut ulama Malikiyah, basmalah tidak termasuk bagian dari ayat Alquran. Ini berbeda dengan ulama Syafiiyah yang meyakini bahwa basmalah itu termasuk ayat dari tiap-tiap surah Alquran.

Sementara menurut pendapat mereka yang ittifaq (mufakat bersama), basmalah termasuk ayat pada awal surah Alfatihah. Sedangkan pendapat yang menyatakan basmalah itu termasuk dalam ayat selain surah Alfatihah juga dianggap sah.

Basmalah dikatakan sebagai bagian ayat Alquran karena basmalah diturunkan sebagai pemisah di antara surah-surah dalamAlquran. Akan tetapi, menurut mazhab Imam Hanifah, basmalah tidak termasuk bagian dari surah Alfatihah dan juga tidak termasuk bagian dari semua surah dalam Alquran. Pendapat inilah yang terkenal dari Imam Ahmad.

Ulama tidak berselisih mengenai status basmalah yang terdapat di pertengahan surah Annaml. Basmalah dalam surah ini dianggap sebagaibagian dari surah Annaml.

Letak perselisihandi kalangan ulama dalam menetapkan status basmalah sebenarnya apakah menjadi bagian ayat Alquran ataukah karenafaktor diturunkannya Alquran yang menggunakan bermacam-macam qiraat.[17]

DAFTAR REFERENSI

1.http://artikata.com/arti-320079-ayat.html

2.http://id.wikipedia.org/wiki/Ayat

3.ttp://www.referensimakalah.com/2012/02/pengertian-surah-al-quran_9731.html

4.Muhammad Ahmad Abdullah, Kaifa Taqrouau Tahfadu wa Tajawwadu Alqurani Alkarim, Darul Ghada Aljadid Almansurah.

5.http://yurirobithoh.blogspot.com/2011/05/ilmu-ilmu-quran.html

6.http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran

7.http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran

8.Muhammad Ahmad Abdullah, Abdur Rahem, Metode Cepat dan Efektif Menghafal Alquran Alkarim. Jogjakarta: garailmu, 2009

9.http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran

10.http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran

11.http://www.konsultasisyariah.com/berapa-jumlah-ayat-al-quran

[1] http://artikata.com/arti-320079-ayat.html

[2] — QS: Ali Imran Ayat: 7http://id.wikipedia.org/wiki/Ayat

[3] http://www.referensimakalah.com/2012/02/pengertian-surah-al-quran_9731.html

[4] Muhammad Ahmad Abdullah, Kaifa Taqrouau Tahfadu wa Tajawwadu Alqurani Alkarim, Darul Ghada Aljadid Almansurah, hal 44.

[5] http://yurirobithoh.blogspot.com/2011/05/ilmu-ilmu-quran.html

[6] http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun