Mohon tunggu...
Arahato Arahato
Arahato Arahato Mohon Tunggu...

Arahato adalah seorang penyayang benda mati dan makhluk hidup. Belajar menulis dengan menerjemahkan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Jargon Ekonomi | Memahami Evolusi Homo Economicus

4 Maret 2013   07:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:21 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Hari-hari ini tampak para ekonom unjuk diri di mana-mana – surat kabar, televisi, kampus dan sekolah, toko buku – dan berbicara dengan istilah-istilah khusus serupa jargon. Memahami apa yang mereka maksud seringkali sulit tanpa pelatihan formal. Dan pendekatan yang paling mungkin adalah memandang dunia sebagaimana mereka berpikir. Maka mari kita coba upayakan dengan pendekatan berikut ini.

Apa yang paling dibutuhkan oleh orang Indonesia adalah pendidikanagama yang kuatekonomi yang solid. Terlalu sering dalam berita politik kita mendengar orang-orang membuat saran yang tidak masuk akal, sepertimembiarkan sesama jenis menikah atau melegalkan aborsimenetapkan harga pokok atau mengupayakan UMR. Jika orang Indonesia pahamajaran dasar agamaprinsip ekonomi, mereka dengan cepat akan menolak gagasan tersebut.

Apa yang orang Indonesia gagal pahami adalah bahwa kebutuhan hidup – makanan, pakaian, rumah dan kendaraan – disediakanbukan oleh manusia tapi oleh Tuhanbukan oleh pemerintah tapi oleh pasar. Menjalankan ajaran TuhanFungsi pasar bebasmenjamin bahwa tiap orang menerima apa yang layak mereka terima, dan semua kebutuhan hidup disediakan untuk mereka.TuhanPasarMahakuasa dan Mahatahu, sehingga pemerintah yang tidak mematuhi ajaran-Nya hanya akan menindas kita.

Memang,TuhanPasaradalah suatu hal yang menakjubkan dan kita harus membawa-Nya ke dalam semua bidang kehidupan. Lembaga besar pemerintah kita harus berbasisimanprivatisasidan harus patuh kepada disiplinTuhanPasar. KekuatanTuhanPasarmemastikan bahwa hasilnya akan lebihefektif efisien.

Banyak orang menolak untuk percaya padaTuhanPasardan mencoba untuk melindungi diri dari kehendak-Nya: profesor yang bekerja sama dengan ilmuwan materialis pegawai negeri sipil, stasiun televisi publik yang bekerja sama dengan organisasi sekular penerima subsidi pemerintah, dan politikus yang bekerja sama denganinvestor modal penerima sumbangan dari donatur. Tidak mengherankan, ketiga kelompok tersebut adalah sarang-sarang sentimen anti-agamapasar.

Rata-rata orang tidak mampu membeli kemewahan. Mereka tahu bahwa mereka dilahirkantelanjangmiskindan harus bekerja keras serta mengikuti instruksi dariimambosmereka sehingga suatu hari mereka dapat menjadimuliakaya. Ini adalah perjuangan yang panjang dan sulit dan tidak semua berhasil, kecuali mereka yang mengimaniSurga yang kekal Dana Abadi.

Hanya dengan mematuhiajaran-ajaran dari Kitabprinsip-prinsip ekonomi—menyembah, menghormati, dan menghargaiTuhan, orang tua, dan pemimpin agamapasar bebas, perdagangan bebas, dan aliran modal—maka kita akanmentas daridosakemiskinan. Tetapi orang-orang Indonesia hanya akan menyetujui rencana tersebut jika kita mengajar mereka tentang kebenarannya. Hanya melalui instruksi mandatagamaekonomidi sekolah-sekolah negeri, kita bisa berharap mampu menyelamatkan negara kita darikekufurankebangkrutan.

(Tulisan ini merupakan penafsiran ulang terhadap artikelUnderstanding Economic Jargonyang ditulis oleh Aaron Swartz.)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun