Mohon tunggu...
Ahmad Rouf
Ahmad Rouf Mohon Tunggu... Human Resources - Pengembang milepedia; ensiklopedia milenial

Pemilik MANTRA MILENIAL, pengembang milepedia; ensiklopedia milenial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibuku Pertiwi

15 November 2019   17:32 Diperbarui: 15 November 2019   17:54 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ia yang penuh kasih. Membesarkan serta memperjuangkan untuk dan demi apapun. Demi dia, Ia rela dan merelakan, misal meski tak makan asal dia makan. Ia yang kurang tidur karena dia merintih tengah malam, minta ditimang agar pulas kembali. Ia yang menyiapkan makanan tapi lupa makan. Ia yang khawatir manakala waktunya pulang dia tak kunjung jua.

Ia kuat di hadapan dia. Ia tak pernah berkeluh kesah. Jika ada nada marah, itu bukan amarah tapi mengarahkan. Tanda kasih sayang. Ia yang bersimpuh air mata kala anggota keluarga terpejam mata. Ia bermunajat, Aku tahu itu. Ia terakhir dan pertama persoalan membuka-menutup mata. Begitulah ia, seorang Ibu. Pantaslah jika banyak terabadikan diberbagai cara. Misal dilagu Indonesia Raya, ibuku terabadikan "Jadi Pandu Ibuku..."; Dalam tata ruang dikenal "Ibu Kota", dan masih banyak lagi.

Sebegitu istimewanya IBU. Itu semua karena perjuangannya.

Ibuku begitu besar perjuangannya, Ibu pertiwi begitu besar perjuangan mendapatkannya. Kini tiba saatnya kita bertugas untuk "menjadikan". Akan dijadikan seperti apa: Ibu kita. Dan, akan dijadikan apa: Ibu pertiwi, kita.

Katanya nun jauh di Ibu kota sana, para elit riuh gemuruh sesama kawan. Aku di sini berkhidmat pada Ibuku. Elitis di sana diberi kesempatan menjadikan Ibu pertiwi. Akan dijadikan seperti apa Ibu pertiwi. Katanya, gegara rangkulan diperdebatkan. Pikirku, mereka itu berkawan atau musuhan. Jangkauanku sekadar lewat koran, mengikuti tingkah polah yang melabeli diri negarawan.

Tadi pagi Aku membaca, di media sosial kenamaan. Sebuah utas penuh tanda Tanya. Tempat para elitis berkicau, terkadang persoalan pribadi ia sampaikan, padahal pejabat publik diminta menyembunyikan persoalan pribadinya di khalayak. Media sosial memang dahsyat, hanya saja bila setiap yang  keluar lewat jarinya tak disadari bebas terbaca, itu bahaya.

Kembali ke utas yang hendak saya ceritakan. Sipembuat utas memulainya dari faham cara pandang, sebut saja ideologi, saya pikir  utas itu dah biasa, yang tak biasa karena menanyakan "Indonesia cocok dengan cara pandang yang mana?"

Lebih dari 70 th Indonesia merdeka. Pertanyaan "Indonesia cocoknya dengan cara pandang yang mana?"  adalah menjadikanku berfikir, ada apa dengan Ibu pertiwi; jangan-jangan selama ini Ibu pertiwi dirawat dengan tanpa cara pandang; jangan-jangan Negara Indonesia tidak punya cara pandang yang disepakati. Ada apa dengan Ibu pertiwi, engkau apakan Ia. Terus, apa makna Ideologi Pancasia yang digarap Badan Pembinaan Ideologi Pancasila?

Kalau masyarakat berpengetahuan bertanya, apakah Indonesia cocok atau seperti apakah faham yang cocok dengan Indonesia mengemuka. Terus Pancasila itu apa? Atau jangan-jangan Pancasila sekadar pajangan dan cukup dihapal tanpa penghayatan. Atau jangan-jangan Pancasila tidak memiliki posisi khusus di NKRI.

Toh, misal Pancasila sebagai ideologi. Aku bersedih, saudaraku  dipersulit hanya persoalan ibadah menurut keyakinanya. Bila sila "Ketuhanan yang Maha Esa" Adalah cara pandang, kajadian serupa harusnya tak ada. Kita menghormati sesama, lintas agama atas, nama menghormati Ibu pertiwi.

Bila Pancasila sebuah Ideologi, sila "Persatuan Indonesia" Seperti apa maknanya? Akhir-akhir ini, walau di desa Aku melihat, mendengar nun jauh di sana, tak henti-hentinya berselisih; Ada saja cara untuk berselisih. Atas nama agama, atas nama beda pandangan, atas nama dukungan, berujung lapor melapor sesama anak bangsa. Di mana musyawarah. Ataukah memang musyawarah di Ibu pertiwi dengan lapor-melapor itu. Kalau iya, Aku menerima. Di desa, yang Aku tahu, musyawarah berakhir legowo, hilang sudah dendam, yang mengemuka perdamaian. Apakah iya, dengan lapor-melapor dapat mengubur dendam, bila berahkir di penjara?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun