Mohon tunggu...
aqueillashaktiwan
aqueillashaktiwan Mohon Tunggu... Mahasiswa

Nama lengkap saya adalah Abbie Aqueilla Shaktiwan. Saya seorang mahasiswa S1 Sistem Informasi di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Saya memiliki minat yang kuat di bidang multimedia dan memiliki keterampilan komunikasi, kerja tim, dan kepemimpinan yang baik. Saat ini saya sedang belajar mengenai audit, karena saya bercita-cita menjadi auditor profesional di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Membangun Masa Depan Tanpa Kekerasan: Peran GN AKSA dalam melindungi Anak dari Kekerasan Seksual

23 Februari 2025   01:45 Diperbarui: 23 Februari 2025   01:49 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan Nasional Anti Kekerasan Seksual Anak(Sumber: aqueillashaktiwan)

Kekerasan seksual terhadap anak merupakan masalah serius yang terus meningkat di Indonesia. Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) melalui Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) mencatat bahwa pada rentang Januari hingga Juni 2024, terdapat 7.842 kasus kekerasan terhadap anak, dengan 5.552 korban perempuan dan 1.930 korban laki-laki. Kekerasan seksual menempati urutan pertama dari jumlah korban terbanyak sejak tahun 2019 hingga 2024. (KemenPPA.go.id) 


Pengenalan Gerakan Nasional Anti Kekerasan Seksual Anak (GN AKSA)

Menurut News Republika, GN AKSA atau Gerakan Nasional Anti Kekerasan Seksual Anak merupakan inisiatif yang dibentuk untuk menanggulangi permasalahan ini. Gerakan ini diinisiasi melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual terhadap Anak, yang menginstruksikan berbagai kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah untuk mengambil langkah-langkah pencegahan dan penanganan kekerasan seksual terhadap anak secara terkoordinasi dan terintegrasi. 

Evolusi Gerakan Nasional Anti Kekerasan Seksual Anak

Gerakan Nasional Anti Kekerasan Seksual Anak (GN AKSA) lahir sebagai respons terhadap meningkatnya kasus kekerasan seksual pada anak, yang menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perlindungan bagi mereka. Seiring berjalannya waktu, gerakan ini mulai mendapatkan perhatian luas melalui berbagai program edukasi, seperti sosialisasi, konseling, serta pendekatan berbasis lagu dan permainan untuk menjangkau anak-anak dengan cara yang lebih efektif. Namun, dalam perjalanannya, GN AKSA menghadapi berbagai tantangan, terutama keterbatasan sumber daya dan cakupan program yang masih terbatas. Untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar, gerakan ini perlu memperluas kolaborasi dengan pemerintah, lembaga sosial, serta media guna menekan angka kekerasan seksual terhadap anak. Selain itu, penambahan sumber daya dan pengembangan metode kampanye yang lebih inovatif juga menjadi langkah penting dalam memperkuat dampak gerakan ini.

Peran GN AKSA dalam Pencegahan Kekerasan Seksual terhadap Anak

GN AKSA berfokus pada beberapa strategi utama untuk mencegah dan menangani kekerasan seksual terhadap anak, antara lain:

  1. Advokasi Kebijakan: Mendorong revisi dan penegakan undang-undang yang lebih ketat terkait perlindungan anak. Salah satu capaian penting adalah revisi kedua UU No. 23 Tahun 2002 yang dikenal dengan Perpu Kebiri, yang memberikan sanksi lebih berat bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak. (arsip.kemenkopmk.go.id)

  2. Edukasi dan Sosialisasi: Melaksanakan program edukasi kepada masyarakat tentang bahaya kekerasan seksual dan pentingnya perlindungan anak. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan komunitas, untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anak. 

  3. Penyediaan Layanan Bantuan: Mengoptimalkan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di berbagai daerah untuk memberikan pendampingan dan rehabilitasi bagi korban kekerasan seksual. (arsip.kemenkopmk.go.id)


Teori yang mendasari GN AKSA

Simbolik teori yang mendasari munculnya GN AKSA (Sumber: aqueillashaktiwan)
Simbolik teori yang mendasari munculnya GN AKSA (Sumber: aqueillashaktiwan)

1. Teori Ketidakpuasan (Discontent Theory)

Teori ketidakpuasan menjelaskan bahwa suatu gerakan sosial muncul akibat adanya ketidakpuasan yang dirasakan oleh sekelompok masyarakat terhadap kondisi yang ada. Dalam konteks GN AKSA, gerakan ini lahir sebagai bentuk reaksi terhadap meningkatnya angka kekerasan seksual pada anak, terutama pada kelompok usia rentan 11-17 tahun. Ketidakpuasan ini kemudian mendorong berbagai elemen masyarakat, termasuk organisasi perempuan di Kabupaten Sleman, untuk berinisiatif membentuk GN AKSA sebagai upaya konkret dalam memberikan perlindungan dan advokasi bagi anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual.

2. Teori Perlawanan (Repertoire of Contentions)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun