Mohon tunggu...
Aqiilah Zulfa Rahmania
Aqiilah Zulfa Rahmania Mohon Tunggu... Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis sebagai ruang untuk menuangkan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menanggapi Artikel "Tragedi Affan Kurniawan: Wajah Komunikasi yang Represif"

15 September 2025   11:52 Diperbarui: 15 September 2025   13:46 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simbol "hero green" yang terinspirasi dari Affan Kurniawan (Sumber : Instagram @menjadimanusia.id)

https://www.kompasiana.com/studyrizallk6810/68b9b88734777c41b7028cb3/tragedi-affan-kurniawan-wajah-komunikasi-kekuasaan-yang-represif?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Desktop

Artikel berjudul "Tragedi Affan Kurniawan: Wajah Komunikasi Kekuasaan yang Represif" yang ditulis oleh Bapak Study Rizal LK. MA. mengisahkan tragedi yang menimpa seorang anak muda bernama Affan Kurniawan di Jakarta. Affan bukan aktivis ataupun mahasiswa, melainkan seorang driver ojek online yang hidupnya berakhir tragis dengan terlindas mobil taktis Barracuda milik Brimob yang tengah melaju di tengah kerumunan aksi demonstrasi. 

Artikel tersebut menyoroti bagaimana sebuah tragedi yang terjadi dapat mencerminkan cara negara berinteraksi dengan rakyatnya. Tragedi terlindasnya Affan Kurniawan tidak bisa hanya dianggap sebagai "kecelakaan", melainkan perlu kita telusuri maknanya lebih jauh sebagai refleksi atas cara negara memperlakukan rakyatnya. Seringkali negara bertindak secara intimidatif dengan menunjukkan kekuatan penuh dan membuat rakyat seolah tidak punya pilihan selain patuh. Hal ini mencerminkan bentuk kekerasan simbolik yang sudah lama mewarnai cara negara berhubungan dengan masyarakat.

Dari sosok Affan, kita dapat melihat representasi rakyat biasa. Ia merupakan anak muda yang sedang mencari nafkah, namun hidupnya harus berakhir di kerumunan karena kejamnya perbuatan aparat. Hal ini menunjukkan bahwa negara masih mengabaikan keselamatan dari warganya sendiri. Padahal, seharusnya aparat bertindak sebagai pelindung bagi warga negara di tengah berlangsungnya demonstrasi supaya rakyat merasa aman untuk menyuarakan pendapat dan memperjuangkan hak-haknya.

"Affan Kurniawan, dalam kesendiriannya mencari nafkah, tidak pernah membayangkan dirinya menjadi simbol perlawanan terhadap komunikasi kekuasaan yang represif. Tetapi kematiannya memaksa kita semua untuk bertanya ulang: sampai kapan rakyat harus terus menjadi korban? Jika negara sungguh ingin meraih kembali kepercayaan publik, maka ia harus berhenti berkomunikasi dengan bahasa senjata dan mulai berbicara dengan bahasa kemanusiaan."

Pantulan dari tragedi ini juga terlihat di media sosial, dimana banyak sekali postingan di media sosial yang menampakkan warna "hero green" sebagai simbol solidaritas untuk mewakilkan betapa memilukannya tragedi yang menimpa Affan Kurniawan.

Saya rasa, Affan Kurniawan mampu menjadi simbol yang sangat kuat untuk menggambarkan bagaimana peliknya keamanan di negara ini. Hal yang sangat wajar terjadi ketika rakyat tidak tinggal diam dan tergerak untuk menyuarakan keadilan bagi Affan Kurniawan dikarenakan ojek online dekat dengan kehidupan manusia sebagai transportasi untuk bepergian, memesan makanan dan minuman, ataupun pengiriman barang yang mana hal tersebut merupakan rutinitas sehari-hari. 

Melalui kepergian Affan, terdapat pesan yang tidak bisa kita abaikan yaitu masih rapuhnya keamanan di negara ini serta bagaimana buruknya tindakan negara yang tidak dapat memberikan rasa aman bagi rakyatnya. Sudah seharusnya tragedi ini menjadi titik balik agar negara memperlakukan rakyat dengan rasa kemanusiaan bukan dengan intimidasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun