Mohon tunggu...
Aprilia Purwaningsih
Aprilia Purwaningsih Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi S1 Psikologi

Mahasiswi psikologi yang memiliki minat lain di bidang seni.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pola Asuh Ketat dan Kesehatan Mental

16 November 2023   13:57 Diperbarui: 16 November 2023   14:21 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pola asuh atau parenting setiap orang tua berbeda-beda. Di antaranya, pola asuh yang ketat ditandai dengan standar tinggi, peraturan kaku, dan sedikit ruang untuk penyimpangan atau kebebasan anak untuk mengekspresikan dirinya sendiri. Pola asuh yang ketat ini banyak dikenal atau sering didengar dengan sebutan strict parents, hal ini telah lama menjadi topik yang menarik dikalangan psikolog dan pakar perkembangan anak seperti dikutip dalam artikel CNBC Indonesia.
Pola asuh yang ketat atau sering juga diartikan sebagai pola asuh otoriter ditandai dengan tingginya tutuntutan dan rendahnya pemahaman atau pengertian kepada anak. Orang tua yang mengadopsi gaya pola asuh tersebut biasanya memiliki ekspetasi yang tinggi, kurangnya pemberian validasi, dan penerapan disiplin kaku tanpa banyak dialog. Meskipun pendekatan ini dapat mengarah pada kepatuhan dan kedisiplinan, hal ini juga dapat berdampak signifikan terhadap perkembangan anak dan kesehatan mentalnya khususnya rasa percaya diri.
Pola asuh yang ketat dapat berdampak pada tingkat stres, kecemasan, dan depresi yang lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan anak mendapatkan tekanan untuk memenuhi standar ketat yang ditetapkan oleh orang tuanya dan ketakutan akan hukuman dapat menciptakan lingkungan yang penuh kecemasan atau lebih populer dengan sebutan anxiety. Paparan sres yang berkepanjangan ini dapat menyebabkan masalah pada kesehantan mental.
Selain itu, pola asuh yang ketat dapat menghamabat perkembangan harga diri. Anak yang terus dituntut untuk patuh terhadap apapun yang orang tua tetapkan mereka tidak dapat menginternalisasikan keyakinan bahwa dirinya cukup baik. Anak-anak yang mendapatkan pola asuh ketat juga sering kali tidak memiliki kebebasan untuk memilih hal yang mereka inginkan. Sehingga hal-hal tersebut berujung pada rendahnya harga diri dan kepercayaan diri pada anak tersebut.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua pola asuh yang ketat menghasilkan sesuatu yang selalu negatif. Ada garis tipis antara bersikap tegas dan mengendalikan sepenuhnya hak-hak yang dimiliki seorang anak. Orang tua yang meberikan standar yang tinggi kemudian ia meberikan dukungan, pengertian, validasi, dan dorongan justru dapat menumbuhkan rasa ambisi serta tanggung jawab pada anak-anak mereka sehingga hal tersebut tidak merusak kesehatan mentalnya.
Meskipun pola asuh yang ketat dapat menambahkan disiplin dan kepatuhan, hal ini juga dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mental anak jika tidak diimbangi dengan kehangatan, pengertian, dan dialog atau komunikasi yang konstruktif. Penting bagi orang tua untuk mencapai keseimbangan dan memastikan mereka membesarkan individu yang disiplin dan bertanggung jawab tanpa mengorbankan kesejahteraan mental mereka.
Setiap anak itu unik dan apa yang cocok untuk satu anak belum tentu cocok untuk anak lainnya. Mengasuh anak pada akhirnya adalah tentang memahami dan menanggapi kebutuhan individu pada masing-masing anak. Saat ini kesehatan mental harus dianggap sebagai hal yang penting. Oleh karena itu, orang tua hendaknya memikirkan kesehatan mental anak dengan cara mempraktikkan pola asuh yang baik agar kesehatan mental anak juga baik.
Setiap keluarga mempunyai pola asuh yang berbeda-beda dalam membesarkan anak-anaknya dan seringkali merupakan warisan dari model pengasuhan yang diterima dari orang tua sebelumnya. Model orang tua dapat diartikan sebagai pola interaksi antara anak dan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik seperti makan, minum dan kebutuhan psikologis seperti rasa aman, rasa nyaman, dan kasih sayang.
Serta sosialisasi norma-norma yang diterapkan di masyarakat agar anak dapat hidup harmonis. Dengan kata lain, model orang tua juga mencakup model interaksi antara orang tua dan anak dalam konteks pendidikan karakter pada anak.  
Dapat dikatakan bahwa pola asuh orang tua sangatlah berpengaruh pada tumbuh kembang anak anak dan juga berpengaruh kepada sikap serta perilaku anak di masa remaja, dewasa. Kita juga harus memperhatikan tentang bagaimana respon anak terhadap perilaku yang kita ajarkan dan kita berikan. Kita juga harus memperhatikan tentang singkatan kita dalam membatasi kegiatan anak supaya tidak menjerumus kepada pola asuh yang ketat atau strict parents.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun