Mohon tunggu...
Aprilia Ayu Pramiswari
Aprilia Ayu Pramiswari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanya mahasiswa biasa yang ingin berbagi kisah #temanbaca

in this world of worries, be the warrior

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Stop Diskriminasi, Start Peduli Kasih

22 April 2022   00:02 Diperbarui: 22 April 2022   01:20 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nyatanya suami Kartini tidak seburuk yang Ia pikirkan. Ia mendukung cita-cita Kartini yang ingin memajukan perempuan di Indonesia, termasuk mengelola sekolah untuk kaum putri di kompleks kantor bupati.

Selama pernikahannya, Kartini memiliki satu anak yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat. Kartini wafat 4 hari setelah melahirkan, yakni pada 17 September 1904 dalam usia 25 tahun.

Cita-cita dan semangat perjuangannya tertuang dalam surat-surat yang dikirimkan kepada sahabatnya, termasuk kepada Abendanon. Kartini juga kerap menuliskan pemikirannya di majalah De Hollandsche Leile. Dari sana, dia terkenal dan mendapatkan sahabat pena, yakni Stella Zeehandelaar. Kartini mengungkapkan keadaan dirinya dan kaum wanita di Jawa atau Indonesia pada umumnya. Kepada Stella, Kartini menulis:

“… kami para gadis, sejauh pendidikan berjalan, terbelenggu oleh tradisi dan konvensi kuno kami, hanya mendapat sedikit keuntungan dari keuntungan ini. Merupakan kejahatan besar terhadap adat istiadat tanah kami sehingga kami harus diajar sama sekali, dan terutama bahwa kami harus meninggalkan rumah setiap hari untuk pergi ke sekolah. Karena kebiasaan negara kita melarang gadis dengan cara yang paling keras untuk pergi ke luar rumah..."

Kartini memang konsisten memperjuangkan kesetaraan antara kaum perempuan dan laki-laki di lingkungannya. Aturan adat dan konstruksi sosial dalam masyarakat Jawa membuat perempuan berada di bawah laki-laki.

Dengan caranya, Kartini ingin menyadarkan bahwa kaum perempuan di Jawa atau Indonesia seharusnya lebih dihargai dan mendapatkan kesetaraan seperti halnya kaum pria.

"...aku mau!, Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata " Aku tiada dapat! " Melenyapkan rasa berani. Kata " Aku mau! " Membuat kita mudah mendaki puncak gunung. " - R.A. KARTINI

Untuk perempuan Indonesia percayalah perempuan bukanlah sekadar pemain cadangan yang duduk di kursi empuk pinggir lapangan, tidak hanya berperan sebagai seorang ibu atau istri saja, melainkan seorang perempuan bisa lebih dari itu. Bisa lebih dari mereka selagi ada kata MAU!. Berjuang melawan eksploitasi dan penindasan sebagai perempuan, sekaligus sebagai manusia, untuk mendapatkan hak-hak yang seharusnya. Karena perubahan itu tidak akan terjadi tanpa perjuangan menuju hal yang lebih baik. #stopdiskriminasi #perempuanindonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun