Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kecupan Terakhir

19 Februari 2018   22:11 Diperbarui: 19 Februari 2018   22:16 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak semua orang menyukaiku dan menyukaimu, biarlah hati berbicara, semenjak melihatmu, aku telah jatuh hati dengan polahmu yang lucu menggemaskan tatapan matamu terlihat polos, ah aku jatuh hati pada pandangan pertama.

Hatiku tersandera olehmu setiap hari namamu selalu kusebut, belaianku selalu membuatmu tertunduk diam  ah aku semakin jatuh hati Padamu. 

Sampai hari itu, aku melihat kau tak berdaya, kuraih dan kupeluk pelan , matamu terbuka menatapku tak berkedip, mulutmu terbuka perlahan tak bersuara, pelan tapi pasti matamu tertutup begitupun napasmu.

Engkau pergi dalam genggamanku, ku peluk dan ku kecup, "maafkan aku", kecupan terakhirku menghantar kepergianmu, sosokmu tak tergantikan, engkau selalu hidup di hatiku. Selamat jalan tenanglah disana 

Adsn 

Kota Cirebon, 190217

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun