Mohon tunggu...
Apir Imami
Apir Imami Mohon Tunggu... Lainnya - Pujangga yang mampir sejenak di dunia

Sirami jiwa dengan zikir pada Ilahi# Ibu dari seorang buah hati penyejuk jiwa# Long life education # Life is story # Fighter

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mengunjungi Sejarah Melalui Diary

10 Januari 2021   06:24 Diperbarui: 10 Januari 2021   07:12 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Oleh : Apir Imami

Setiap orang memiliki jejak kehidupan masing-masing. Mulai dari lahir hingga sekarang. Beragam cerita dan kisah tersimpan. Bagaimana tingkah kita di masa lampau? 

Orang-orang yang menyayangi dan mendidik serta mereka yang amat penting dalam hidup kita. Sebagiannya masih sempat diabadikan dalam lembaran demi lembaran kertas berupa tulisan. Sedangkan sebagiannya keburu pergi dibawa arus waktu. Apakah mungkin kita telat dalam menuliskannya? Mulai giat menulis sekitar usia 10 tahun misalnya. Atau memang sengaja membiarkan cerita itu pergi begitu saja? Serta acuh tak acuh dengan aktivitas menulis?

Padahal, melalui kegiatan menulis seolah kita diajak terbang mengunjungi sejarah masa lampau. Sangat berbeda dengan sebuah video atau foto. Mengabadikan kisah hidup lewat tulisan lebih terasa nyata dan hidup. Seolah kita masih berada dalam suasana saat itu. Lebih merasapi dalam pikiran dan ingatan.

Ketika merindui kehidupan semasa usia Sekolah Dasar misalnya, cukup kembali membuka Diary tersebut yang tersimpan rapi di dalam laci atau lemari yang memang telah menjadi prasasti. Sembari secangkir teh dan roti tawar yang telah terhidang, kita membaca setiap lembaran yang menyimpan ribuan kata yang bernada lucu dan menghibur. Mulai dari bentuk tulisan yang terkesan laksana cakar ayam atau memang dari cara menulisnya yang mengundang tawa. 

Dari situ, kita dapat merasakan dan mengenang bahwa dulu kita pernah melakukan hal-hal yang paling polos . Contoh, mandi hujan bersama kawan-kawan, bermain dengan permainan klasik (bola kasti, estapet, petak umpet, tarik tambang, memanjat pohon dan sebagainya). 

Sering tuh, pas di aksi memanjat pohon, naik ke atas bisa tetapi turun tidak bisa. Ya sudah, nangis sejadi-jadinya minta diturunin. Kalau ketemu kawan yang bersedia membantu, kita bakal dibantu. Tapi kalau berjumpa kawan yang EGP ( Emang gue pikirin), ya sudah biarlah dikau seperti itu malahan yang lain tertawa ngakak di bawah 

Begitu juga dengan berbagai macam cerita di kehidupan masa remaja dan menjelang usia dewasa. Banyak sekali jejak hidup yang dijumpai. Tentang asmara, keluarga, persahabatan, karir, kesehatan dan sebagainya.

Jadi, Diary dapat dikatakan berupa rekaman yang lebih hidup. Sebagai sarana untuk menyimpan sejarah kehidupan. Mengabadikan. Masih dan selalu ada ketika penulis hanya tinggal nama. Tetap terkenang sampai generasi berikutnya.

Jambi, 10 Januari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun