Film dokumenter Corpus Christi adalah film yang menceritakan perjalanan iman Teguh Ostenrik, perupa/seniman yang banyak menghasilkan karya patung, lukisan dan juga musik.Â
Pemutaran film berdurasi 48 menit ini dibuka oleh direktur produksi film, Kafi Kurnia. Dijelaskan bahwa film dokumenter ini sebenarnya belum usai. Kafi menyebutkan, diharapkan film ini dapat mencapai 60 menit setelah proses editing.Â
Film Corpus Christi ini merupakan sejumlah monolog dari beberapa orang. Diawali dengan musik gending dan gambar seseorang melukis di lantai membuat perjalanan kontemplasi saat menontonnya. Kemudian bergantian, Teguh Ostenrik mengisahkan dirinya dan karya karya yang dibuatnya di lingkungan gereja. Katolik. Patung Kristus dan Bunda Maria yang dibuatnya untuk Gereja St. Mary of Angels Singapura adalah karya religius yang memulai rangkaian Corpus Christi ini.Â
Kafi Kurnia menuturkan pengalamannya bekerja bersama Teguh dalam blog-nya dan saat membuka acara pemutaran film ini.Â
Monolog dari pastor Th. Aq. M. Rochadi Widagdo. Pr, menginterpretasikan karya Teguh dalam film ini terasa mengugah refleksi umat dalam beribadah. Bahwa ibadah yang komunal seyogyanya tetap memiliki aspek privat yang penuh emosi yang mengelitik. Bagaimana keberanian Teguh Ostenrik dalam berkarya. Tak heran Teguh dipilih menjadi Seniman 2009 di sebuah majalah di Indonesia.Â
Karya Teguh lain dibuat dari besi besi bekas, berupa patung Yesus Kristus di gereja Yohanes Maria Vianney di Cilangkap. Dalam film digambarkan bagaimana proses desain dilakukan mulai dari goresan pensil hingga akhirnya patung tersebut dibawa dalam truk dan dipasang di gereja tersebut. Tubuh Kristus yang selama bertahun tahun divisualisasikan dengan gaya humanis sempurna, oleh seniman berdarah Jawa ini malah ditampilkan dalam kerapuhan yang magis dan sakral. Kerapuhan yang menyatukan derita dan kebangkitan Kristus dalam sebuah kesatuan yang baru. Simbolisasi kelahiran baru dalam tumpukan besi bekas dan berkarat.Â
Setelah karya Teguh di Cilangkap, film ini juga mengambil setting di Bukit Doa Mahawu Tomohon-Manado. Karya Corpus Christi kali ini dilengkapi dengan jalan salib sepanjang 1 km dengan 14 stasi perjalanan Kristus ke Bukit Golgota. Karya ini merupakan sebuah prosesi yang membawa penganut Nasrani larut dalam misteri derita Kristus yang magis, dalam keintiman yang merangkul iman.Â
Menarik bahwa karya Teguh menggambarkan juga kesakralan kebangkitan yang masih dalam penyerahan diri, bukan menunduk, namun menengadah.Â
Dalam potongan monolognya, Teguh menceritakan kepergian ibunya karena sakit. Ia melepas ibunya saat mengerjakan karya Corpus Cristi ini.Â
Film Corpus Christi ini dikerjakan oleh Sineas Eko Nobel yang juga hadir dalam pemutaran kemarin malam, 24 Mei 2018 di Daun Muda Restoran lantai 2. Dituturkan bahwa film ini akan diputar di komunitas Katolik Indonesia sekitar bulan Agustus nanti dan puncaknya di Gereja Katolik St. Mary of the Angels Singapura pada masa Natal 2018.Â
Film yang merupakan sebuah perjalanan batin dan karya seorang Seniman Indonesia yang membawa pemeluk Katolik berkontemplasi dengan iman mereka.Â
Kereeen....
Tadinya saya berpikir film ini adalah film yang dibuat di luar negeri, ternyata.Â
Nah, yang mau nonton dokumenter ini bisa menghubungi Kafi Kurnia, direktur produksi.Â