Mohon tunggu...
Hendrie Santio
Hendrie Santio Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Serabutan

Seorang Serabutan yang mencoba memaknai hidup

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Jalan Sunyi Pemain Profesional Dota 2 di Indonesia

28 April 2020   15:06 Diperbarui: 17 Mei 2020   01:34 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber liputan6.com

Beberapa pemain seperti Randy "Dreamocel" Mohammad Saputra dan Muhammad "Inyourdream" Rizky sudah cukup memiliki reputasi minimal di regional lantaran kerap berhasil menembus kualifikasi turnamen resmi hingga mencapai peringkat yang lumayan.

Bagi pemain seperti Ramz, tetap bertahan di dota 2 artinya ia masih harus terus mengasah keberuntungannya di kualifikasi dengan pendapatan tidak menentu.

Sementara kita semua tahu bahwa bahwa sistem liga profesional menjanjikan pendapatan stabil plus akses ke penggemar yang lebih baik.

Kondisi ini bukan berarti tidak mengundang pemain yang telah mapan, Alfie "Khezcute" Nelphyana dalam wawancara dengan WePlay mengungkapkan bahwa karir dota 2-nya yang sedang menanjak ini bukan berarti tidak lepas dari ironi mengingat gim-gim baru juga terus bermunculan di luar sana.

(Lagi-Lagi) Kurangnya Perhatian Developer dan Induk Organisasi

Menilik sebab musabab meredupnya dota 2 , tidak bisa dipungkiri kondisi pendapatan perkapita dan akses internet menjadi faktor utama.

Kebutuhan spesifikasi perangkat komputer yang amat tinggi ditambah dengan kebutuhan bandwidth yang sangat besar untuk menyokong kelancaran bermain lantaran server regional yang tidak berada di Indonesia menjadi resep jitu dota 2 dengan segera tergantikan oleh mobile legends yang bisa dibilang dapat dimainkan di "hape kentang".

Hanya saja, di luar faktor itu, ada beberapa hal yang memang tidak digarap serius oleh para stakeholder sebut saja sang developer dan pemerintah dalam hal ini adalah induk organisasi terkait. Sejak diluncurkan hingga hari ini, Valve selaku pengembang gim memang terkenal sangat pelit untuk belanja iklan.

Dapat dikatakan bahwa dota 2 hanya dipromosikan dengan word to mouth belaka. Hal ini tentu mempengaruhi tingkat pertumbuhan pemain dota 2 di Indonesia yang sebagian besar adalah pindahan dari mod dota pertama.

Meski masih menyandang sebagai gim dengan hadiah turnamen terbesar di dunia hingga sempat masuk di situs berita online nasional, Valve dirasa telah menyia-nyiakan momentum untuk menggarap massa di Indonesia yang memiliki tingkat penduduk berekonomi menengah cukup besar.

Tidak hanya di Indonesia , Valve sendiri juga sebenarnya tidak sanggup mendulang pemain dota 2 dari negaranya sendiri, Amerika Serikat. Namun dengan kuatnya sejarah dota di Indonesia, meredupnya dota 2 di Indonesia adalah wujud dari lost generation, generasi yang hilang. 

Sementara Valve gagal menggarap basis pemain, Induk organisasi esports di Indonesia yang berafiliasi dengan pemerintah juga tidak berbuat banyak untuk mendukung keberlangsungan lanskap profesional di dota 2. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun