Mohon tunggu...
Hendrie Santio
Hendrie Santio Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Serabutan

Seorang Serabutan yang mencoba memaknai hidup

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bagaimana Kelanjutan Cool Japan Setelah "Parasite" Menang Oscar?

13 Februari 2020   20:57 Diperbarui: 15 Februari 2020   01:01 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proyek Cool Japan (Kru Japan) merupakan inisiasi dari administrasi pemerintahan Shinzo Abe untuk merengkuh status sebagai Culture Superpower menyikapi kemajuan Hallyu milik Korea Selatan

Kemenangan film Parasite dalam Perhelatan Oscar ke-92 sebagai film terbaik dapat dianggap sebagai penegasan kekuatan diplomasi soft power Korea Selatan di dunia. 

Hallyu atau Korean Wave yang dimulai pada tahun 2003 silam sebagai niche culture perlahan mulai mendapat tempat di kalangan penikmat produk budaya mainstream. 

Keberhasilan ini sekaligus juga menguatkan kesuksesan boyband BTS yang dianggap mewakili keberhasilan Kpop menembus langit-langit permusikan dunia yang selama ini dikuasai oleh para musisi dari belahan dunia barat. 

Di tengah keberhasilan Korea Selatan menancapkan pengaruh budayanya di belahan dunia, Jepang melalui program Cool Japan-nya tampak belum dapat menunjukkan hasil berarti.

Mengapa Cool Japan dikaitkan dengan Korean Wave? Hal ini dikarenakan karena secara strategis, posisi soft power Jepang mendapat tantangan serius dari kebangkitan industri budaya populer negara tetangganya tersebut.

Mengenal Cool Japan

Ide Cool Japan sebagai kebijakan utuh merupakan realisasi dari keinginan pemerintahan Jepang untuk mengkonversi produk budaya yang mereka miliki menjadi kekuatan terutama dalam hal ekonomi.

Setelah pembentukan cetak biru awal pada tahun 2010, program resmi Cool Japan secara resmi dimulai dengan pembentukan undang-undang no 51 tahun 2013. Undang-undang ini sendiri mengatur tentang pendanaan segala aktivitas yang berkaitan dengan promosi nilai-nilai Jepang dalam bentuk produk budaya. 

Pemerintahan Shinzo Abe sendiri telah menyiapkan dana sebesar 50 milyar Yen (500 juta Dollar AS) untuk mendukung segala aktivitas promosi selama 20 tahun sejak diundangkan. Untuk menunjukkan keseriusannya, Abe mendorong kementerian Luar Negeri Jepang sebagai salah satu penyelia proyek ini.

Ilustrasi cosplay anime (Shutterstock via KOMPAS.com)
Ilustrasi cosplay anime (Shutterstock via KOMPAS.com)

Cool Japan dan Gerakan Ultranasionalis anti Korean Wave

Kembalinya Shinzo Abe sebagai perdana menteri Jepang pada tahun 2012 menandai perubahan arah politik yang lebih konservatif setelah empat tahun berada dalam kendali haluan moderat. 

Harian South China Morning News mengabarkan bahwa Abe kembali duduk di kursi pemerintahan dengan membawa segudang agenda nasionalis garis keras. Meski menekankan lebih banyak mengusung isu perbaikan ekonomi, nyatanya pemerintahan Abe banyak menunjukkan wajah politik internasional yang cukup keras. 

Dalam tahun-tahun pemerintahannya, Jepang secara aktif bersengketa dengan pemerintah Tiongkok terkait kepemilikian pulau Senkaku-Diaoyu. Selain sengketa, Pemerintahan Abe juga mendulang kontroversi setelah mengaktifkan kembali angkatan bersenjata aktif yang selama ini dilarang dalam artikel 9. 

Sikap keras pemerintahan Abe juga terlihat ketika pada 2019 silam ia memasukkan Korea Selatan dalam daftar hitam perdagangan akibat sengketa kasus kejahatan perang jugun ianfu yang belum selesai hingga keberadaannya sebagai penasihat bagi kelompok sayap kanan populer di Jepang, Nippon Kaigi.

Melihat wajah ultranasionalistik yang menjadi perbedaan tajam antara Abe dengan pendahulunya, tidak dapat dipungkiri bahwa peluncuran proyek Cool Japan tidak memiliki maksud yang berbeda dengan corak pemerintahan Abe. 

Dalam pidatonya Abe mengungkapkan bahwa Cool Japan bertujuan untuk memperkenalkan wajah Jepang yang hangat melalui budaya. Meskipun terkesan pasifis, ditenggarai terdapat ambisi Abe untuk nembangkitkan kembali kekuatan pengaruh internasional Jepang yang menurutnya sedang "tertidur". 

Penggunaan kata "tertidur" sendiri bukanlah sebuah metafor biasa. Hal tersebut cukup akurat untuk menggambarkan ketertinggalan budaya populer Jepang ketika Korean Wave mulai mendapat tempat di benua Asia.

Beberapa proyek Cool Japan sengajar diarahkan langsung untuk bertarung dengan produk serupa dari Korea Selatan seperti musik dan drama. 

Hal ini dibuktikan dengan adanya porsi pendanaan bagi grup idola populer Jepang AKB48 untuk berekspansi di Filipina dan Thailand. Selain kedua hal tersebut, Cool Japan juga diarahkan untuk mendukung mempromosikan anime dari studio-studio terkemuka seperti Ghibli dan Pierrot Works.

Disengaja atau tidak, peluncuran Cool Japan juga hadir bersamaan dengan munculnya gerakan ultranasionalis sayap kanan di Jepang yang gencar menolak "invasi" hallyu di negara mereka. 

Dua tahun sebelum Cool Japan benar-benar diluncurkan, telah ada demonstrasi besar-besaran memprotes Fuji TV yang dianggap terlalu banyak menayangkan drama Korea. Tidak lama setelah itu, salah satu figur televisi Jepang Matsuko Deluxe secara terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya terhadap K-pop.

Puncaknya musisi K-pop dilarang total untuk tampil dalam acara festival musik tahunan prestisius, Kohaku yang turut dipengaruhi oleh insiden Dokdo-Takeshima. Larangan musisi K-pop untuk tampil di Kohaku akhirnya dicabut pada tahun 2017. 

(sumber: akb48.at)
(sumber: akb48.at)

Tanda Tanya Cool Japan Pasca Parasite

Meskipun diyakini cukup sukses mendorong sektor pariwisata Jepang, pengamat menilai bahwa Cool Japan telah kehilangan daya untuk bersaing langsung dengan Korean Wave. 

Beberapa proyek strategis jepang seperti pendirian stasiun televisi Wakuwaku Japan tidak mampu mendorong jumlah penikmat musik dan dorama Jepang secara signifikan.

Sementara proyek pendirian Isetan Japan Store di pusat kota Kuala Lumpur malah berujung rugi sebesar 4,5 juta dollar Amerika Serikat. Belum lagi proyek pendirian US Japanese Tea Cafe yang harus berujung dengan pecah kongsi antara Cool Japan Fund dan Grup Bisnis Nagasaki. 

Dari dalam negeri proyek ini dikritik oleh seniman terkemuka dari negeri sakura macam Gackt dan Takashi Murakami. Baik Gackt maupun Murakami satu suara bahwa pemerintahan Abe tidak mempunyai konsep yang jelas terkait Cool Japan.  Sebagai informasi, Cool Japan sendiri telah merugi hingga 4,4 milyar Yen atau sekitar 550 milyar rupiah. 

Di sisi lain, hallyu yang merupakan kompetitor dari Cool Japan justru semakin menancapkan pengaruhnya di dunia selepas mendapat penolakan di Jepang. 

Kebangkitan Hallyu di wilayah barat diinisiasi oleh keberhasilan Boyband Bangtan Boys (BTS) yang sempat merajai tangga lagu di Amerika Serikat dan berhasil menjual habis tiket konser mereka di stadion bersejarah di Amerika serikat, Rose Bowl.

Belum usai kejutan yang dihadirkan oleh BTS, film Parasite kembali menjadi berhasil membawa nama hallyu berekspansi dengan memenangkan penghargaan di dua ajang prestisius internasional yaitu Cannes Film dan Oscar. 

Sementara dua produk kultural Korea Selatan berhasil memenangkan banyak hati masyarakat dunia, pemerintahan Abe nampaknya masih mencoba meraba-raba cara untuk menyukseskan Cool Japan.

Belum lama ini pelaksana proyek Cool Japan melalui Cool Japan Fund menyuntikkan dana ke salah satu perusahaan startup asal Indonesia yaitu Go-jek melalui seri F. 

Melalui kerjasama ini, Naoki Kitagawa sang direktur mengungkapkan harapannya agar Go-jek dapat membantu menyebarkan kebudayaan Jepang terutama melalui platform streaming service mereka kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun