Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudah Siapkah dengan Konsekuensi Pilih Sekolah atau Kampus?

11 Januari 2021   22:49 Diperbarui: 11 Januari 2021   22:51 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Sasint@Pixabay.com

Liburan semester ganjil telah berlalu, saatnya memasuki semester genap, yang berarti juga tahun ajaran baru akan segera datang. Saatnya mempersiapkan diri untuk pilih-pilih sekolah atau kampus. Pernah mengalami, bukan?

Bagi mereka yang telah punya tujuan dari awal tentu hal itu bukan lagi masalah. Berbeda lagi dengan mereka yang belum menentukan pilihan karena harus menunggu perolehan nilai. Pernah merasakan juga?

Hal ini bisa dianggap mudah, tetapi bisa menyulitkan juga. Sebagaimana pernah saya alami saat memilihkan sekolah untuk putri saya yang ke dua.

Dari awal, saya sudah punya pilihan SMP mana yang akan kami tuju. Namun, pada saat pendaftaran aturan diubah. Pendaftaran yang awalnya menggunakan seleksi nilai berubah menjadi seleksi jarak, melalui jalur zonasi, sementara jarak rumah ke sekolah lumayan jauh.

Bagaimanapun juga kami yang butuh sekolah, peraturan harus tetap ditaati. Jarak rumah ke sekolah yang lebih dari satu kilometer pasti akan terpental, meskipun nilainya tinggi.

Setelah gagal melalui jalur zonasi kami masih ada kesempatan melalui jalur nilai. Akan tetapi, kuota siswa dari jalur nilai tidak sebanyak dari jalur zonasi. Mau tidak mau harus ikut aturan, akhirnya tersisih dari pilihan pertama, diterimalah di pilihan ke dua.

Masih bersyukur juga, sih, karena pilihan ke dua masih sekolah favorit. Namun, rencana awal yang telah dipersiapkan jadi berubah. Belum rezekinya di sana.

Tinggal bagaimana kita memberi pandangan kepada si anak. Apa yang harus dipersiapkan di sekolah yang baru dan apa konsekuensi dari pilihan itu.

Berbeda lagi dengan si kakak yang lulus SMA dan akan mengikuti UTBK. Dari awal juga sudah menentukan jurusan dan universitas yang dituju. Namun, hasil ujian tidak sesuai ekspektasi. Akhirnya, mencoba jalur lain baik mandiri atau vokasi.

Jalur Mandiri pasti lebih mahal biayanya, sedangkan jalur vokasi pasti beda lagi pertimbangannya. Semua kembali pada si anak yang akan menjalani, tetapi peran orang tua dalam memberikan arahan juga sangat dibutuhkan.

Faktor biaya dan lama pendidikan juga harus dijadikan pertimbangan. Jika sekolah vokasi mungkin hanya tiga tahun, berbeda dengan yang non vokasi bisa empat sampai lima tahun, otomatis biaya juga akan menyesuaikan lama belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun