Engage University, atau kampus yang dekat dengan masyarakat, menggambarkan peran perguruan tinggi yang aktif dalam pemberdayaan komunitas lokal.Â
Ini menekankan pentingnya hubungan timbal balik antara pendidikan tinggi dan masyarakat, di mana kampus tidak hanya berperan sebagai pusat pengajaran dan penelitian, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial yang berdampak langsung terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat sekitarnya.Â
Model ini mencerminkan filosofi pendidikan yang memadukan akademik dengan aksi nyata di lapangan, menghubungkan teori dengan praktik, serta memanfaatkan pengetahuan untuk memecahkan masalah sosial.
Seperti yang diungkapkan oleh Kiyosaki dalam bukunya, investasi dalam aset nyata adalah kunci untuk menciptakan nilai yang bertahan lama. Konsep ini dapat diterjemahkan oleh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dengan menekankan pada pengembangan komunitas dan penerapan ilmu pengetahuan yang berdampak langsung bagi masyarakat.Â
Pengabdian masyarakat, penelitian aplikatif, serta kolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil merupakan sarana penting bagi Engage University dalam menciptakan dampak positif. Program-program seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN), pengembangan potensi lokal melalui pendekatan berbasis aset, dan inovasi sosial berbasis kewirausahaan adalah contoh nyata dari implementasi Engage University.
Engage University tidak hanya menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan akademik, tetapi juga lulusan yang memiliki keterampilan untuk bekerja secara efektif dalam masyarakat dan memimpin perubahan sosial.Â
Dalam konteks Indonesia, di mana banyak tantangan sosial-ekonomi yang harus diatasi, peran Engage University menjadi semakin relevan. Kampus memiliki tanggung jawab untuk membantu masyarakat mengatasi masalah yang dihadapi, baik melalui pemberdayaan ekonomi, peningkatan kualitas pendidikan, hingga upaya pelestarian lingkungan.
Transformasi perguruan tinggi menjadi Engage University bukanlah tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah pergeseran budaya institusional yang diperlukan. Perguruan tinggi yang selama ini berfokus pada penelitian akademik murni dan pengajaran di dalam kelas harus membuka diri untuk lebih terlibat dengan masyarakat.Â
Ini memerlukan perubahan dalam cara berpikir, di mana pengetahuan akademik tidak hanya berfungsi untuk menambah literatur ilmiah tetapi juga untuk memecahkan masalah sosial di sekitar kampus.
Selain itu, terdapat tantangan dalam hal pendanaan dan keberlanjutan. Program-program pengabdian masyarakat seringkali memerlukan sumber daya yang signifikan, baik dalam hal keuangan maupun tenaga.Â
Dalam situasi di mana perguruan tinggi mungkin menghadapi keterbatasan anggaran, memastikan bahwa program-program ini tetap berjalan dengan baik menjadi tantangan tersendiri. Perguruan tinggi harus kreatif dalam mencari pendanaan, baik melalui kolaborasi dengan pemerintah, sektor swasta, maupun organisasi non-pemerintah.