Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hati yang Retak (2)

27 Mei 2020   13:18 Diperbarui: 27 Mei 2020   14:45 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Pixabay.com

Siang itu, suasana kantor sedang sepi. Jam makan siang yang dimanfaatkan beberapa karyawan untuk ke luar membeli makan membuat kantor jadi lengang.

Aku yang kebetulan sedang berpuasa tidak ikut teman lain makan di luar. Lagi pula ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan. Maklum, akhir bulan semua tagihan harus sudah direkap. 

Entah dari mana arahnya, tiba-tiba Pak Ashari sudah berdiri di depan mejaku. Aku yang dari tadi menunduk sama sekali tak memperhatikan keberadaannya, hingga suara bariton itu menyapaku.

"Kok, kamu nggak bareng yang lain? Nggak makan? Sudah bawa bekalkah?" tanyanya berurutan.

Aku terkejut dan segera mendongakkan kepala ke arah asal suara itu. Sosok lelaki tinggi dengan senyum menawan dan pandangan teduh berdiri di depan mejaku. Jantungku berdetak lebih kencang, apakah aku telah melakukan kesalahan sehingga si Boss menghampiri mejaku?

"Eee, ada yang bisa dibantu, Pak?" tanyaku gugup.

"Enggak, kok kamu nggak makan siang bareng yang lain?" Kembali ia mengulang pertanyaan.

"Ooh, saya sedang puasa, Pak. Jadi, nggak ikut keluar kantor." Aku berusaha menjawab dengan tenang.

"Baguslah! Sering puasa sunah kamu?" Sambil bertanya ia berusaha duduk di bagian meja yang kosong.

Aku terdiam melihat tingkahnya. Tak terasa keringat dingin mulai membasahi tubuhku. Aku benar-benar gugup dan bingung dengan tingkah si Boss.

"Aku boleh duduk sini, ya? Sekali-sekali duduk di meja karyawan." Sebuah senyum terkembang dari bibir bos tampan. 

Ilustrasi oleh Pixabay.com
Ilustrasi oleh Pixabay.com
Jleebb!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun