Kumandang azan Magrib kembali menggetarkan sanubariku. Lima puluh hari menjelang Idul Fitri, aku masih belum juga mendapat izin pulang. Tiket pun belum boleh kupesan.Entah apa yang memberatkan hati Mbak Ninuk, hingga dia bergeming dengan keadaan.
Aku yang hanya menumpang hidup sangat tak nyaman dengan kondisi ini. Sedangkan aku masih memiliki orang tua, yang lebih berhak dan pantas kukunjungi saat lebaran.
Beberapa kali pernah kutanyakan, tetapi jawabannya selalu sama. Diam dan membisu seribu bahasa. Seolah ada sesuatu yang ia khawatirkan, atau mungkin lebih ia takutkan.
Keberadaanku di Amuntai ini memang sangat diharapkan oleh Mbak Ninuk. Setelah sekian lama membujukku, baru dua bulan ini aku mau mengikutinya. Untuk itu, ia rela memberikan fasilitas lebih bagiku.
Motor yang baru dipesan langsung sampai di garasi. Kamar dengan fasilitas AC dan televisi, masih diperindah lagi dengan tempat tidur klasik lengkap dengan lemari dan nakas, tak ketinggalan seprei bermotif cantik ikut menyemarakkan suasana ruangan. Bahkan, ia tak ragu menguruskan kartu tanda penduduk yang baru untukku. Sedangkan identitas kependudukanku yang lama masih aktif.
Aku berani memutuskan pindah ke Amuntai ini dengan iming-iming akan diperkerjakan di sebuah perusahaan bonafid yang jadi impianku. Selain itu, juga sedang bermasalah dengan kekasihku. Tanpa pikir panjang lagi, kuterima tawaran Mbak Ninuk lalu aku berangkat untuk menghindari keruwetan hidup.
Kini, setelah beberapa minggu jauh dari keluarga, terasa kesunyian itu kian menyiksaku. Teman yang dulu selalu datang silih berganti, kini tak pernah lagi kutemui. Jarak telah memisahkan kami.
Hari-hari kulalui sendiri, setelah Mbak Ninuk dan Mas Udin berangkat ke kantor, hanya aku dan pembantu yang ada di rumah. Erna selalu melarangku membantu pekerjaannya, dengan alasan dia akan menganggur jika sebagian telah kukerjakan. Akhirnya, aku menghabiskan waktu dengan membaca dan menonton televisi.
Jika bosan mulai melanda, kuputar koleksi video lama simpanan Mbak Ninuk. Sembari mengenang masa lalu, pun membangkitkan kerinduan pada orang-orang yang kucinta. Kubayangkan saat-saat indah pertemuan dengan mereka.
***Â
Mengikuti berita akhir-akhir ini di televisi, membuatku jadi sangat khawatir. Dunia sangat resah dengan menyebarnya virus baru yang menyebabkan kematian. Apalagi penyebarannya sangat cepat.