"Di balik setiap angka yang tampak pasti, selalu tersimpan cerita manusia yang tak terhitung."
  Terinspirasi dari Wilhelm Dilthey
Pendahuluan
Dalam dunia modern yang kian terobsesi pada data, algoritma, dan efisiensi, angka sering kali menjadi ukuran tertinggi dari kebenaran. Laporan keuangan dipuja sebagai simbol rasionalitas, dan keputusan ekonomi seolah diambil secara mekanis tanpa mempertimbangkan sisi kemanusiaan. Namun, apakah angka benar-benar mampu merepresentasikan seluruh realitas kehidupan manusia?
Akuntansi sejatinya bukan hanya ilmu tentang pencatatan transaksi atau pengukuran laba, tetapi juga tentang bagaimana manusia memahami dan menafsirkan kehidupannya sendiri melalui angka. Ketika seseorang mencatat pendapatan, mengatur beban, atau menghitung pajak, ia sebenarnya sedang berhadapan dengan nilai-nilai seperti keadilan, tanggung jawab, dan niat baik.
Pendekatan hermeneutik Wilhelm Dilthey membuka ruang bagi refleksi semacam ini. Ia mengingatkan bahwa manusia tidak hidup dalam dunia angka yang netral, melainkan dalam dunia yang penuh makna (Lebenswelt). Akuntansi, dengan segala prosedur dan standarnya, pada dasarnya adalah bahasa yang digunakan manusia untuk berbicara tentang kehidupannya sendiri tentang kerja keras, kejujuran, dan legitimasi moral.
Di era digitalisasi dan globalisasi ekonomi, ketika akuntansi semakin dipengaruhi oleh sistem otomatis dan kecerdasan buatan, pendekatan hermeneutik menjadi semakin relevan. Ia mengembalikan dimensi manusia dalam praktik akuntansi agar angka tidak sekadar menjadi data, tetapi juga cerminan nilai dan makna kehidupan.
Apa Itu Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey ?
Pendekatan hermeneutik Wilhelm Dilthey membuka ruang bagi refleksi mendalam terhadap makna manusia di balik praktik akuntansi. Ia mengingatkan bahwa manusia tidak hidup dalam dunia angka yang netral, melainkan dalam dunia yang penuh makna (Lebenswelt). Akuntansi, dengan segala prosedur dan standarnya, pada dasarnya adalah bahasa yang digunakan manusia untuk berbicara tentang kehidupannya sendiri tentang kerja keras, kejujuran, dan legitimasi moral.
Di era digitalisasi dan globalisasi ekonomi, ketika akuntansi semakin dipengaruhi oleh sistem otomatis dan kecerdasan buatan, pendekatan hermeneutik menjadi semakin relevan. Ia mengembalikan dimensi manusia dalam praktik akuntansi agar angka tidak sekadar menjadi data, tetapi juga cerminan nilai dan makna kehidupan.
Epistemologi Hermeneutik Wilhelm Dilthey dalam Akuntansi
Epistemologi membahas bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan kebenaran. Dalam akuntansi, epistemologi menentukan bagaimana kita memahami realitas ekonomi: apakah melalui angka-angka yang dapat diukur, atau melalui makna yang dihayati. Wilhelm Dilthey menolak pandangan bahwa pengetahuan sejati hanya bisa diperoleh lewat metode ilmiah yang objektif. Bagi dia, pengetahuan tentang manusia hanya dapat dicapai melalui pemahaman mendalam terhadap kehidupan sesuatu yang ia sebut sebagai Verstehen.