Mohon tunggu...
anindya rahadi
anindya rahadi Mohon Tunggu... -

mahasiswa yang semester enam di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. angkatan 2007. menyukai buku, dan kegiatan membaca sambil makan atau minum susu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dan Pelangi Tak Pernah Pergi

10 Desember 2009   06:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:00 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang pernah tau kalau sebuah pelangi tak pernah berhenti menanti saat pertemuannya dengan langit? Siapa yang tau ketika waktu itu akan tiba dia selalu menghias dirinya dalam balutan warna yang indah... tidak ada yang pernah tau.

Langit juga masih membisu, menatap arakan anakan meganya dalam diam. mungkin dia tidak pernah sadar, pelangi tengah mempersiapkan diri untuk bertemu dengannya. meskipun hari tanpa hujan dan matahari begitu garang... pelangi tak pernah lelah berharap... kalau hari bisa mendadak mendukung untuk keberadaan hujan. maka dia akan muncul dan pertemuannya dengan langit akan terjadi. setelah sekian lama dia siapkan... dengan penantian yang begitu panjang... demi langit yang tak pernah datang memenuhi janji.

Pelangi adalah lambang ciptaan masa lalu, simbol keanggunan seorang gadis. dengan rambutnya yang segelap malam, bercahaya bagai bintang, matanya yang cokelat, wajahnya yang penuh dengan binar cahaya dan bibirnya yang sewarna goresan krayon merah.

Sementara Langit adalah symbol keberanian, sedikit menjurus pada kenekatan yang membutuhkan pengorbanan besar. Langit mempunyai segala hal yang Pelangi inginkan.

Awal pertemuan Pelangi dengan Langit seperti sebuah episode yang telah direncanakan dengan matang dalam sebuah scenario. Hanya selintas pandangan mata dan arti Langit bagi Pelangi adalah senilai sepotong roti saat dia kenyang. Tidak ada yang istimewa yang bias menarik perhatiannya. Roti adalah benda biasa, seberapa menggoda seleranya dia… jika kita sedang kenyang… tak ada yang bisa menarik perhatian.

Tidak ada yang akan mengira kalau pertemuan itu menjadi sesuatu yang sebelumnya tidak pernah Pelangi kira. Mimpi-mimpinya tentang Langit datang dan pergi… terasa terlalu indah untuk disebut mimpi. Pelangi jadi menantikan saat-saatnya dia berbaring di atas tempat tidurnya dan menatap langit-langit. Membayangkan apa yang akan dia peroleh ketika memejamkan mata.

Apakah saat-saat itu akan datang lagi? Saat dalam kegelapan tidurnya dia melihat Langit, tersenyum padanya dalam senyum yang kelewat indah… lantas langit mengulurkan tangannya untuk menyambut tangan Pelangi. Saat-saat yang ingin selalu diingat Pelangi sekalipun itu hanya mimpi. Kenapa Langit bisa begitu memesona sekarang dimatanya?

Cinta memang aneh. Datang sembarangan, pergi juga sembarangan. Tak pernah diundang tapi selalu datang… selalu jatuh pada orang-orang yang sebelumnya kita tak memiliki persangkaan khusus padanya.

Dan Pelangi mulai sering ingin makan gado-gado, hanya karena dia tau kalau Bi Encah berjualan gado-gado didepan rumah Langit. Begitu sering mondar-mandir dihadapannya saat lelaki itu duduk diruang tamu rumahnya untuk bertemu Adam, kakak Pelangi. Niatnya jelas… memperoleh perhatian Langit.

###

Tuhan masih begitu sayang pada Pelangi… Dengan segala karunia keelokannya, perasaannya begitu beruntung karena mendapat sambutan. Cintanya pada Langit berbalas setelah demikian banyak perjuangan menempuh ombak besar yang dia lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun