Stabiltas sistem keuangan adalah kondisi mekanisme ekonomi untuk mengelola pertumbuhan ekonomi dan menghindarkan dari kondisi krisis. Tujuannya adalah menciptakan sistem keuangan yang stabil, sistem ekonomi yang sehat sehingga dapat menjalankan fungsinya. Untuk menciptakan kondisi demikian tersebut, diperlukan peran berbagai pihak, salah satunya adalah masyarakat.Â
Dalam rangka berkontribusi dalam misi menjaga stabilitas sistem keuangan (SKK), masyarakat sudah seharusnya tidak menutup mata tentang hal-hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi pada masa yang akan datang. Kesadaran berlandaskan kekhawatiran ini dapat menciptakan tindakan preventif. Namun, dengan alasan tertentu, masyarakat abai dengan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi.Â
Penerapan magetan (cermat mengelola pendapatan) bisa dimulai dari diri masing-masing sebagai implementasi riil untuk menjaga stabilitas keuangan. Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, banyak masyarakat menengah ke atas mengeluhkan sulitnya memenuhi kebutuhan. Keterbatasan bantuan dari Pemerintah yang tidak menjangkau kamu tersebut dan ketidaksiapan atas abai yang dipegang teguh kiranya membuat stres berkepanjangan. Melalui kejadian ini, siapa pun dapat belajar bahwa memang dibutuhkan magetan (cermat mengelola pendapatan). Beberapa hal yang bisa diterapkan adalah sebagai berikut.
1. Menabung
Sebenarnya, sudah banyak aplikasi dan sumber pembelajaran mengenai persentase "baik" untuk menabung berdasarkan pendapatan. Namun, mudahnya adalah selalu konsisten menyisihkan beberapa pendapatan untuk disimpan. Proses "menyisihkan" ini pun bukan jadi opsi kedua. Artinya, hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan sebagian pendapatan untuk ditabung, selebihnya untuk pemenuhan kebutuhan. Karena kebutuhan setiap persona berbeda, tidak ada kategori khusus tentang keharusan atau konsistensi nominal. Yang terpenting adalah konsisten melakukan penyisihan uang untuk ditabung. Selain itu, agar lebih bisa mengontrol, penyisihan uang tabungan ini berbeda tempat dengan sumber asal gaji. Kebiasaan ini tentu akan berdampak baik untuk pencairan solusi ketika situasi keuangan sedang memburuk.Â
Banyak yang belum peduli tentang pentingnya menabung, mereka hanya menyimpan sebagian pendapatan jika bisa dan mewajarkan jika tidak bisa. Konsep tersebut sudah selayaknya tidak disuburkan saat ini. Penyimpanan uang sebagai tabungan masa depan di bank adalah opsi terbaik demi terjaminnya keamanan dan kesejahteraan.Â
2. Selektif Berutang
Entitas manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi setiap harinya menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru sebagai dampak atas interaksi tersebut. Kebutuhan persona satu akan memengaruhi kebutuhan persona lain. Padahal, belum tentu hal tersebut benar-benar ada dalam lingkar kebutuhan yang harus dipenuhi. Misalnya, yang sering dilakukan adalah memaksakan melakukan kredit untuk ponsel tren baru. Melakukan kredit untuk barang-barang yang tidak begitu penting, terlebih jika benda tersebut tidak membantu secara signifikan untuk pendapatan, adalah hal yang tidak perlu dilakukan. Kredit yang bisa diwajarkan untuk dilakukan adalah kredit rumah atau kendaraan yang memang dinilai primer dan membantu akses pemenuhan kebutuhan.
Jadi, lebih baik tidak berutang daripada memaksakan memotong pendapatan hingga mengabaikan menabung demi pemenuhan tren masyarakat yang tidak pernah bertahan lama. Tidak perlu memaksakan membeli barang-barang promo dalam demo-demo di arisan, misalnya, jika memang tidak ada pemasukan berlebih untuk kebutuhan tambahan. Sikap selektif berutang atau menghindarinya merupakan salah satu realisasi magetan (cermat mengelola pendapatan) demi terwudunya stabilitas sistem keuangan.
3. Setop Boros
Poin terakhir sebenarnya berkorelasi pula dengan kedua poin di atas. Adanya interaksi persuasif antarpersona  terkadang melunturkan kontrol diri. Kebutuhan yang ingin dipenuhi berkadar sama dengan orang lain, tetapi pendapatan yang didapat berbeda dari orang tersebut. Pengendalian atau kontrol diri dapat dilakukan dengan mencegah sifat iri. Selain itu, yang terpenting juga adalah realistis dalam memandang kemampuan diri sendiri.Â