Mohon tunggu...
Anung Anindita
Anung Anindita Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Indonesia SMP Negeri 21 Semarang

twitter: @anunganinditaaal instagram: @anuuuung_

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Surat Untuk Kartini", Perlawanan Perempuan terhadap Stigma

21 April 2020   19:36 Diperbarui: 21 April 2020   19:40 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MNC Picture via celebrity.okezone.com

Dalam film tersebut, Kartini juga sempat berkata, "Jika aku terlahir 100 tahun dari sekarang, pasti banyak yang mendukung perjuanganku." Namun, ia tetap memulai sesuatu meski dukungan kepada dirinya sangat kecil untuk merealisasikan mimpinya yang begitu besar itu. 

Di sini, Kartini mengajarkan bahwa tidak akan terjadi suatu perubahan jika tidak ada tindakan. Maka, segala sesuatu harus dimulai, sekarang. Perjuangan yang susah payah dimulai pada masa lampau saja, saat ini, masih memperoleh hambatan. Hal ini berarti perjuangan untuk perempuan harus terus-menerus diperjuangkan.

Rupanya, tidak hanya Ningrum yang semakin mengidolakan Kartini, sang ayah, Sarwadi pun semakin bertahan dengan perasaannya. Dukungan Ningrum dan ayahnya sedikit banyak telah merealisasikan mimpi Kartini. Pemikiran Sarwadi tentang hakikat perempuan pun berubah. 

Kini, Sarwadi bersepakat dengan Ningrum bahwa perempuan harus pandai dan tidak boleh cepat menikah karena seperti diceritakan bahwa Sarwadi menikah dalam usia yang masih sangat muda. Padahal, sebelumnya Sarwadi berprinsip bahwa perempuan sejatinya yang bisa patuh kepada suami, lihai di dapur, dan piawai merawat anak.

Kedekatan antara Sarwadi dan Kartini yang hanya sebatas teman tentunya tidak bisa diterima begitu saja. Berbekal kebiasaan Kartini berkirim surat, Sarwadi pun menulis surat cinta untuk Kartini. 

Surat berisi hal-hal penting dalam hidup Sarwadi dan diksi indahnya yang mendeskripsikan Kartini nyatanya tidak pernah terbaca oleh Kartini. 

Hal tersebut terjadi karena Kartini harus menyetujui pinangan Bupati Rembang beristri tiga. Kenyataan inilah yang selalu dilibatkan di balik perjuangannya. "Kartini bukan pembela perempuan, buktinya dia mau dinikahi oleh pria beristri" begitulah kiranya stigma yang menempel kepada Kartini.

Seperti halnya yang tertuang dalam film tersebut, Kartini pernah berucap, "Semua orang mengira saya menyerah kepada kodrat. Iya, saya tidak mengelak, tetapi tidak semuanya benar. Saya akan menjamin anak dan cucu saya tidak mengalami nasib yang sama." 

Pernyataan ini menjelaskan bahwa ada kiranya sesuatu yang tidak bisa diubah, seperti halnya Kartini yang terlahir dari keluarga bangsawan dan segala aturan yang mengharuskan menikah dengan kasta yang sama, sehingga melahirkan pasrah. 

Namun, tekad bulatnya memperjuangkan perempuan tidak berhenti. Alasannya menerima piangan Bupati Rembang adalah karena mimpinya masih bisa terus terajut karena pemahaman mereka sama tentang perempuan.

Jika bukan karena Kartini, pemikiran-pemikiran tentang keseteraan perempuan mungkin tidak selebat ini tumbuh. Jika bukan karena pingitan dan kejaran pinangan, Kartini juga tidak akan banyak membaca dan berdiskusi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun