Mohon tunggu...
Anugrah Roby Syahputra
Anugrah Roby Syahputra Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sumatera Utara. Menulis lepas di media massa. Bukunya antara lain Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Pegiat Forum Lingkar Pena. Penulis lepas. Buku a.l. Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Quo Vadis Sumatera Utara (sebagai) Provinsi Literasi

1 Agustus 2019   10:05 Diperbarui: 3 Agustus 2019   09:38 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gawai dan tantangan menumbuhkan minat baca. Sumber: rapidsofttechnologies

Ditambah lagi bila guru secara monoton hanya menggunakan metode membaca mandiri, dijamin pada satu waktu siswa akan menemukan titik jenuh. 

Padahal masih ada metode membaca nyaring (read aloud), membaca bersama (shared reading) dan membaca terpandu (guided reading) yang bisa jadi lebih mengasyikkan. Akhirnya aktivitas literasi malah dianggap sebagai momok menakutkan atau sekurangnya membosankan

Literasi pada dasarnya adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam modul yang diterbitkan Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud, literasi terdiri enam jenis yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital serta literasi budaya dan kewargaan. 

Merujuk definisi ini, literasi tak bisa sekadar dimaknai kegiatan baca tulis, tapi juga menghidupkan budaya ilmu dan riset. 

Pada titik tertingginya, kita hendak menciptakan pola pikir masyarakat modern yang disebut High Order Thinking Skills (HOTS). Lalu bagaimana seharusnya?

Literasi dari Keluarga

Berdasarkan prinsip yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara bahwa di dalam tripusat pendidikan terdapat tiga pihak yang sangat berpengaruh, yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat. 

Maka dari itu, keluarga memiliki peranan penting sekaligus menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan program Gerakan Literasi Nasional. Khususnya dalam menumbuhkan budaya baca.

Suka tidak suka, harus kita akui bahwa salah satu musuh terbesar gerakan literasi adalah gawai (gadget). Gawai memang tak berdosa karena ia benda netral ibarat pisau bermata dua. Tergantung bagaimana kita mengendalikannya. 

Sayangnya, di republik ini kebanyakan pengguna gawai adalah pecandu permainan daring (game online) seperti PUBG dan Mobile Legend. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun