Mohon tunggu...
Anugrah Roby Syahputra
Anugrah Roby Syahputra Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sumatera Utara. Menulis lepas di media massa. Bukunya antara lain Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Staf Ditjen Bea & Cukai, Kemenkeu. Pegiat Forum Lingkar Pena. Penulis lepas. Buku a.l. Gue Gak Cupu (Gramedia, 2010) dan Married Because of Allah (Noura Books, 2014)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Anda Meminta Maaf Sebelum Ramadhan?

1 Agustus 2011   03:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:12 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’. Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.” Al A’zhami berkata: “Sanad hadits ini jayyid”.

Bagaimana, kalau kalimat permohonan maaf itu berbunyi seperti kalimat-kalimat ini: Rasa-rasanya, kita akan dengan mudah, memberikan maaf kepada kalimat permohonan maaf seperti ini. Padahal, dalam tuntunan, kita disyariatkan untuk memohon maaf secara spesifik atas kesalahan yang kita perbuat. Biasanya, kalimat permohonan maaf yang disampaikan, dalam bentuk yang mujmal/umum. Misalnya saja: "Mohon maaf lahir dan batin, apabila saya mempunyai salah kepada anda..." Aljawab, betul, lantas mengapa baru sekarang meminta maaf, khan dari bulan kemarin-kemarin, kita sudah bertemu??? Mungkin, kemudian teman anda itu berkilah: "Lho, minta maaf itu khan tidak ada salahnya?"  Nampaklah kaitan yang erat, bahwa nawaitu/niat dari sebagian dari kaum muslimin yang 'gemar' meminta maaf itu, berkaitan dengan keafdholan/keutamaan yang ingin mereka dapatkan. Yakni, masuk dalam bulan Ramadhan, dalam kondisi 'suci' dari dosa ke sesamanya. JAUH berbeda bukan???

- Maafkan saya ya, bulan lalu, saya mengambil uang yang ada di lacimu, nggak banyak kok, seratus ribu aja...!

- Maaf ya, pekan lalu, saya sengaja menggoda istrimu...

- dan seterusnya.

Apakah anda akan dengan mudah menerima permohonan maaf untuk kasus-kasus seperti diatas? Mudah-mudahan iya. Namun, sepertinya tidak akan semudah, seperti ketika kita menerima permohonan maaf dalam bentuk umum!

Kalau kemudian, ada teman anda yang berkata: "Bukankah ini, sudah menjadi adat istiadat kita?" Maksudnya, tentu saja, jika adat istiadat/urf, maka selama syariat tidak melarang, urf itu bisa diterima.

Aljawab, sepanjang yang saya ketahui, bertahun-tahun berpuasa di tanah kelahiran saya (Surabaya), tidak pernah saya menerima kalimat permohonan maaf, ketika akan masuk ke dalam lebaran. Yang ada, justru  adat nyekar makam (ziarah kubur) kepada orang tua. Sedangkan untuk yang masih hidup, tidak pernah saya menerima permohonan maaf dari teman-teman, seperti yang saya jumpai di Jakarta ini.

Artinya apa? berarti 'adat' permohonan maaf ini, tidak berlaku untuk semua. Ini, kalau tetap dipaksakan masuk sebagai adat.

Namun -seperti yang sudah disinggung diatas- bahwa kebanyakannya, memohon maaf itu dalam rangka bertujuan untuk 'membersihkan kesalahan diri' kepada sesama manusia, sehingga ketika menjalankan puasa, tidak ada 'tanggungan' dosa lagi kepada sesamanya.

Nah, perkara afdholiyah/keutamaan memohon maaf saat menjelang Ramadhan, sudah masuk kepada perkara ibadah! Kalau sudah bicara masalah ibadah, maka ini sudah lain hukumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun